Kami semua sudah duduk melingkar meja makan, Almeera dan Al Jazair juga sudah datang bergabung dengan kami semua. "Assalamualaikum Om, Opa, Papa...."sapa Almeera dan Al Jazair secara bersamaan.Mereka juga menyalami tangannya Papa Hermawan dan Mama Inda dan juga Bang Rendi secara bergantian. "Waallaikum salam Nak....ayo kita duduk kita makan siang bareng bareng..."sahut kami semua, mama Inda langsung menyuruh mereka berdua untuk duduk bergabung dengan kami semua. Terlebih dahulu aku melayani kedua orang tuanya Bang Rendi seperti aku melayani Abah dan Ummi selama ini,aku juga melayani Bang Rendi, kemudian aku menyiapkan untuk diriku sendiri.Almeera dan Al Jazair sudah tidak mau aku layani, mereka sudah mandiri. Suasana meja makan hening seketika karena kami semua fokus dengan makanan yang di atas piring depan kami masing-masing,kami melahapnya dengan tanpa suara, yang terdengar hanya suara dentingan sendok makan dan garpu yang beradu di atas piring hingga selesai,kami juga menyesap
Bang Rendi langsung masuk tanpa melepaskan genggaman tangannya dari tanganku,dia juga tidak lupa menutup pintu dan menguncinya dari dalam. "Bang....lepasin tangan aku, katanya mau main sama Al Keenan mana ..."aku berusaha melepaskan genggaman tanganku dari Bang Rendi, bukannya di lepaskan yang ada dia langsung memeluk tubuhku dari belakang dan melingkar kan kedua tangannya di atas perutku, hembuskan nafas Bang Rendi tepat mengenai daun telingaku, seketika bulu kudukku meremang.Sepertinya suamiku ini sedang menahan hasratnya. Takk.. Bang Rendi dengan secepat kilat menyentuh salah satu tombol remot yang tergelar di atas nakas,dan seketika itu juga terjadi pembatas ruangan antara tempat tidur kami dengan boksnya Al Keenan. Tiba tiba Bang Rendi sudah mendorong tubuhku hingga jatuh di atas kasur, Bang Rendi mulai memagut bibirku dengan ganas,karena mendapatkan serangan secara mendadak, jantungku berdetak lebih kencang juga, Bang Rendi berusaha menyeruak kedalam mulutku, dengan kasar di
Sementara di salah satu ruangan rumah sakit Bakti Husada,seoran dokter kandungan sedang merasa sangat gugup setelah membaca salah satu nama pasiennya hari ini Al Humairah Razak nama yang sangat familiar.Tidak lain dan tidak bukan dia adalah dokter Sony Sanjaya. 'Apakah ini benar Al.... setelah sekian tahun kita tidak bertemu, akhirnya aku bisa menemukanmu,aku yakin kamu tidak datang sendiri pasti ada Brian Aditama... rasanya aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kalian....' gumam dokter Sony dalam hati. Gesture tubuh dokter Sony yang terlihat tidak seperti biasanya itu, menjadi tanya besar bagi para asistennya.Dokter Sony itu orang sangat irit bicara,dia tidak akan bersuara kalau tidak ada yang penting. Lain yang terjadi dengan dokter Sony lain juga yang terjadi dengan Humairah.Bang Rendi baru saja memarkirkan mobilnya di areal parkiran RS Bakti Husada ini.Bang Rendi sudah turun duluan dan membukakan pintu mobil untuk sang istri Al Humairah Razak. Dengan santai mereka jalan b
Akhirnya aku pasrah saja,ini hanya konsultasi bukan langsung pasang alat kontrasepsi spiral, nanti aku buat janji ulang dengan dokter Maria'lagi lagi aku bermimpi sendiri. "Selamat sore dok...."aku menyapa dokter yang ada di hadapanku ini untuk mencairkan suasana. "Selamat sore juga Humairah...."balas dokter Sony dengan suara lirih. Eits... suara itu sangat familiar pernah dengar tapi tidak tau di mana.Aku mulai menelisik wajah dokter yang barusan memanggil namaku dengan Humairah saja tanpa embel-embel yang lain. "Apa kabar Humairah....kamu pasti bingung kan... apakah kamu masih mengingat aku..."dokter Sony memulai obrolannya dengan panggilan aku kamu.Ambigu.. "Alhamdulillah sehat... dokter Sony ... Eh...benar ini mas Sony....aku tidak salah orang kan..."aku mulai ingat dokter ini Sony Sanjaya teman dekatnya Mas Brian dulu. "Iya betul sekali Humairah,aku Sony temannya Brian.... ngomong ngomong kenapa kamu masuk sendiri biasanya Brian ikut masuk juga kalau lagi konsultasi....oh
Bang Rendi mendengarkan suara dokter Sony barusan,ada yang berubah dari mukanya Bang Rendi, suara itu seperti sangat familiar siapa ya...hal yang sama juga terjadi pada dokter Sony... sejenak mereka saling bertatapan muka untuk memastikan dengan siap mereka berbicara saat ini. "Kamu... Rendi Hermawan kan....iya aku tidak mungkin salah orang...kamu pasti Rendi Hermawan..."dokter Sony lebih dulu menebak siapa sebenarnya Bang Rendi. "Iya aku Rendi Hermawan,dan kamu Sony Sanjaya kan....astaga begitu sempit dunia ini..."Bang Rendi juga memastikan orang yang menjadi lawan bicaranya itu "Iya betul sekali aku Sony Sanjaya... betul sekali...aku nggak nyangka kalau kita bakal bertemu lagi setelah beberapa tahun berpisah...ini suatu keajaiban Ren...." "Iya betul sekali Son..."mereka berdua langsung melakukan suatu gerakan yang menandakan selamat berjumlah lagi, menurut aku itu lucu, sontak saja aku tertawa. "Ha...ha.... kalian berdua ini lucu deh seperti anak ABG saja...." Bang Rendi dan
Setelah berbincang-bincang dengan dokter Sony, akhirnya kami berdua memutuskan untuk pulang. Baru saja kami keluar dari ruangan pemeriksaan, secara tidak sengaja kami berdua, mendengarkan selentingan omongan beberapa orang perawat yang menjadi asistennya dokter Sony. "Sudah beberapa bulan saya menjadi asistennya dokter Sony,baru kali ini saya mendengarkan suara tawanya sangat renyah.... enak di telinga...kamu tau kan dokter Sony itu orangnya kaya apa....irit sekali dalam berbicara,itu membuat orang segan, walaupun hanya untuk sekedar bertanya..." "Iya betul sekali....saya juga nggak nyangka dia bisa tertawa lepas seperti tadi,kalau saya perhatikan dokter Sony itu cukup akrab dengan pasien barusan,itu lho ibu Humairah...." "Sepertinya mereka memang punya hubungan yang sangat dekat, sahabat karib mungkin....tapi tadi saya sempat melihat dokter Sony menatap ibu Humairah dengan sangat dalam... mungkin saja mereka dulu pernah punya hubungan spesial...." "Bisa jadi juga.... kalau pun a
Mobilnya Bang Rendi sudah meninggal area parkiran rumah sakit Bakti Husada.Kami berdua sama sama diam, sibuk dengan pikiran kami masing-masing. "Baby...besok kalau ke rumah sakit lagi tolong kasih tau Abang ya jam berapa, nanti Abang usahain untuk antar kamu.... Abang tidak mau kamu bawa mobil sendiri...."sepertinya bukan ini deh yang di maksud Bang Rendi, pasti masih ada mengganjal di pikirannya.Apa sekalian aja aku kerjain, hitung hitung untuk balas perbuatannya tadi.Aku melayangkan sebuah senyum smirku kepadanya sebelum mengiyakan permintaannya. "Nanti kita liat aja besok.... Abang juga kan kerja...masa mau ijin lagi, tidak enak dengan karyawan yang lain....emang iya sih Abang di sana sebagai bosnya,tapi... alangkah tidak baiknya di lihat oleh para karyawan kalau bos mereka sering ijin....itu kan contoh yang tidak baik Bang...." Criiitttt.... Bang Rendi langsung menghentikan laju mobilnya dengan seketika, cukup membuat aku kaget untung saja aku sudah menggunakan sabuk pengaman
Akhirnya Bang Rendi menghentikan semua aksi liarnya, walaupun dengan sangat terpaksa."Ini hukuman yang pantas untuk kamu.... ingat kamu jangan ulangi lagi sebelum masa nifas kami selesai,lain hal lagi kalau kamu sudah melewati masa itu... Abang akan melakukan dengan sangat senang dan tidak setengah setengah...."tangan Bang Rendi masih berusaha menyentuh bibirnya Humairah yang masih basah dan sedikit bengkak akibat ulahnya sendiri."His.... dasar mesum...."Humaira masih berusaha menormalkan pikirannya."Baby... kamu harus tau Abang tidak suka kalau milik Abang di lirik orang lain dengan tatapan penuh hasrat, Abang tidak akan pernah mau berbagi dengan orang lain walaupun itu hanya dengan menatap wajah kamu ini...ini....ini .... semua milik Abang tidak boleh ada orang yang melirik apalagi ada yang menyentuhnya, kalau sampai itu terjadi Abang tidak segan segan melenyapkan mereka dari muka bumi ini... kamu paham kan maksud Abang...."Bang Rendi meluapkan semua isi hatinya sambil menyentuh