Share

Chapter 17 : Sunset But It is Sad

Senyum cerah mewarnai wajah Marsha. Wajah cantiknya kini sudah berseri tidak seperti saat pagi hari tadi. Hal ini disebabkan oleh hubungannya dengan Haris yang telah membaik. Bahkan ketika berada di Pura Ulun Danu mereka berdua menyempatkan diri untuk berfoto bersama. Ketiga teman mereka termasuk Lia, Putra, dan Hugo merasa lega apabila Haris dan Marsha sudah tidak bertikai seperti tadi malam. Akan tetapi, Felix belum menampakkan diri sejak di Kebun Raya Bedugul. Ia langsung memisahkan diri saat bus baru saja berhenti di parkiran. Felix kembali muncul jika bus akan segera berangkat menuju destinasi selanjutnya.

Tujuan wisata selanjutnya adalah Garuda Wisnu Kencana Cultural Park yang berlokasi di Desa Ungasan, Kabupaten Badung Bali. Landmark ini berdiri dengan megah dan merupakan maskot Bali, yaitu patung Garuda Wisnu Kencana yang menggambarkan sosok Dewa Wisnu menunggangi Garuda. Patung ini mulai dibangun pada tahun 1997 oleh seniman I Nyoman Nuarta dengan tinggi 121 meter dan dibuka pada 22 September 2018. Selain patung Dewa Wisnu yang menunggang Garuda, di sini juga terdapat patung lainnya yaitu patung kepala Garuda setinggi 18 meter.

Para murid langsung berhamburan untuk berfoto di depan patung ketika sampai di Garuda Wisnu Kencana Cultural Park. Lokasinya yang luas ini membuat beberapa murid memisahkan diri bersama dengan gerombolannya masing-masing. Marsha kini bersama Lia sedang berjalan di depan patung megah tersebut. Lia kemudian meminta kepada sahabatnya untuk mengambilkan gambar untuknya. Setelah melakukan beberapa gaya di depan kamera, Lia menyuruh Marsha untuk bergantian berfoto di depan patung. Marsha hanya menuruti perkataan Lia untuk bergaya di depan kamera. Mereka berdua menghabiskan waktu selama sepuluh menit untuk berfoto di depan patung. Selain itu, Marsha dan Lia juga berfoto bersama murid dengan murid kelas IPA 3 lainnya untuk diabadikan sebagai kenang-kenangan.

“Haris ke mana, ya, Li?” tanya Marsha kepada Lia. Perempuan itu belum melihat batang hidung kekasihnya sejak pertemuan terakhir mereka di Kebun Raya Bedugul.

“Lagi foto sama anak kelasnya kali, Sha. Mending kita keliling aja yuk,” ajak Lia.

Mereka berdua pun memisahkan diri dari rombongan kelas dan berjalan ke arah tempat yang dikelilingi oleh tebing kapur. Setelah menemukan spot foto baru, Lia segera bergaya di depan kamera lagi. Marsha sudah siap dengan kamera milik Lia yang dikalunginya. Sahabatnya ini rela membawa kamera kesayangannya untuk mengabadikan momen saat study tour. Terlihat dari jauh ada Felix yang sedang berjalan sendirian sambil memotret pemandangan sekitar dengan kamera di tangannya. Tanpa sadar Marsha kini sedang menatap ke arahnya dan Felix pun menyadari keberadaan Marsha langsung ikut menatap ke arahnya.

“Li, ada Felix tuh. Mau gue fotoin nggak?” ucap Marsha lalu mendekat ke Lia. Ia lantas beralih mencari keberadaan Felix setelah mendengar ucapan Marsha. Ketika kedua mata mereka berdua bertemu, Felix dan Lia saling melempar senyum satu sama lain. Felix pun terlihat sedang berjalan ke arah Marsha dan Lia.

“Berdua aja?” sapa Felix basa-basi.

“Iya nih, kalau lo kok sendirian aja, Lix?” tanya Lia balik.

“Iya, tadi gue misah sama yang lain. Mau ngefoto pemandangan yang ada di sini,” jawab Felix. Kedua perempuan itu mengangguk membalas ucapan Felix. Felix yang awalnya sedang menatap Lia kini beralih menatap Marsha.

“Udah foto sama Haris belum, Sha?” tanya laki-laki itu. Marsha lalu menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Dia sekarang di mana sih? Dari tadi gue belum ketemu.”

“Tadi sih lagi duduk di rerumputan deket patung sama anak kelas kayaknya. Oh iya, Sha, maaf ya semalem jadi bikin masalah antara lo sama Haris,” ucap Felix. Ia belum sempat berbicara lagi dengan Marsha sejak kejadian tadi malam.

Marsha membalasnya dengan senyuman dan berkata, “Nggak apa-apa kok, Lix. Lagian itu bukan salah lo, cuma salah paham aja.”

“Bagus deh kalau gitu.” Felix lalu beralih ke kameranya dan memotret tebing kapur yang tampak aesthetic.

Marsha yang melihat kesempatan menyuruh Lia untuk segera mengambil foto bersama Felix sebelum akhirnya Felix pergi dan meninggalkan mereka berdua. Ia lalu memberikan kode kepada Lia, tetapi Lia malah menggelengkan kepalanya dengan cepat karena malu. Marsha pun dengan inisiatif sendiri menyuruh Felix untuk berfoto bersama tanpa adanya persetujuan dari Lia.

“Eh, pemandangannya lagi bagus nih, kalian berdua mau gue fotoin nggak?” tukas Marsha. Ucapannya seketika membuat Lia melotot kearah sahabatnya itu yang saat ini sedang tersenyum jahil.

Felix pun menengok ke arah mereka berdua, “Ayo, mau di mana?” timpal Felix.

“Di sini aja, background-nya tebing kapur kan bagus tuh,” jawab Marsha. Ia lalu menyuruh kedua insan tersebut untuk mengambil posisi di depan tebing kapur. Felix dan Lia pun menuruti perkataan Marsha dan segera berdiri berdampingan. Marsha kini sudah bersiap dengan kamera di tangannya.

“Nggak mau dirangkul lagi, Lix, kayak kemarin?” ledek Marsha. Hal itu membuat Lia melotot ke arahnya lagi dan berkata, “Buruan ah nggak usah banyak omong.”

Felix terkekeh mendengar ucapan Marsha dan Lia. Tanpa aba-aba tangannya kini sudah mendarat dengan mulus di bahu Lia dan membuat perempuan itu menjerit di dalam hati. Marsha sontak tertawa melihat apa yang laki-laki ini lakukan kepada sahabatnya.

“Mantap. Pepet terus, ya, Lix,” ucap Marsha setelah mengambil foto mereka berdua. Lia pun saat ini sudah menahan malu.

“Ya udah kalau gitu, gue tinggal duluan, ya,” ucap Felix berpamitan. Marsha dan Lia pun membalas ucapan Felix dan mempersilakannya pergi. Setelah kepergian Felix, Lia langsung mencubit lengan sahabatnya itu.

“Enak ya lo ngeledekin gue mulu,” tukasnya.

“Aww, sakit. Hahaha tapi lo juga seneng kan,” ledek Marsha sambil tertawa. Setelah itu, mereka berdua pun segera berjalan untuk melanjutkan berkeliling di area sekitar Garuda Wisnu Kencana yang luas tersebut.

Sepertinya para guru di SMA Antariksa Jakarta saat ini sedang berbaik hati kepada para muridnya. Bagaimana tidak, hari ini yang tadinya hanya mengunjungi dua objek wisata yaitu Kebun Raya Bedugul dan Garuda Wisnu Kencana Cultural Park tetapi ternyata para guru menambahkan bonus wisata untuk para murid dengan mengunjungi Pantai Jimbaran yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat wisata sebelumnya. Terlebih lagi mereka akan mengunjungi pantai tersebut saat sore hari di mana Pantai Jimbaran terkenal dengan pemandangan sunset yang indah seperti di Pantai Kuta.

Para murid pun langsung berhamburan keluar dari bus untuk segera menuju ke pesisir pantai. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul lima sore dan sekitar tiga puluh menit matahari akan tenggelam. Beberapa murid ada yang hanya duduk di bibir pantai sambil mengobrol dengan teman di sebelahnya bahkan ada juga murid yang menyewa kursi panjang dan payung untuk bersantai dan menunggu sunset datang. Marsha dan Lia saat ini sedang duduk bersantai di salah satu tempat makan yang ada di pinggir pantai sambil meminum es kelapa muda yang diminum langsung dari kelapanya.

“Haris mana sih, ya. Dari tadi nggak kelihatan, gue chat juga belum dibales,” ucap Marsha.

“Baterainya low kali, dia nggak bisa bales chat dari lo,” timpal Lia yang kini sedang menyeruput es kelapa di depannya.

“Lo udah ada kontak Felix kan, Li? Tanyain dong dia di mana, siapa tau lagi bareng sama Haris. Sekalian foto berdua juga tuh bentar lagi kan sunset,” ucap Marsha kepada sahabatnya. Lia yang awalnya menolak ucapan Marsha kini beralih ke ponselnya untuk memberikan pesan kepada Felix. Ia merasa iba dengan sahabatnya ini karena belum bertemu dengan sang kekasih sejak tadi siang.

“Nih udah gue tanyain ke Felix,” tukas Lia menunjukkan bukti obrolannya dengan Felix kepada Marsha. Namun, tiba-tiba muncul panggilan telepon dari Felix ke ponsel Lia. Perempuan itu pun kaget dan Marsha menyuruh untuk segera mengangkatnya.

“Halo, Felix?” ucap Lia membuka obrolan.

“Halo, kalian berdua sekarang di mana?” tanya Felix to the point.

“Gue sama Marsha lagi duduk di kafe paling ujung. Kenapa, Lix?” tanya Lia.

“Gue ke sana sekarang, ya,” ucap Felix. Laki-laki itu lantas segera mematikan panggilannya.

“Kenapa, Li?” tanya Marsha kepada Lia begitu panggilannya terputus oleh Felix. Lia lalu mengangkat bahunya tidak tahu dan menjawab, “Nggak tau tuh, katanya dia mau nyusulin ke sini.”

Ketika Marsha dan Lia sedang berjalan menuju ke bibir pantai karena sebentar lagi matahari akan terbenam, tiba-tiba muncul Felix di hadapan mereka. Laki-laki tersenyum dan mengatakan, “Lo berdua di sini ternyata, tadi gue susulin ke kafe nggak ada.”

“Haris sama temen-temennya mana, Lix?” tanya Marsha yang sedari tadi sudah menunggu kekasihnya. Marsha pikir laki-laki itu akan datang menyusul bersama Felix, tetapi nyatanya ia hanya datang seorang diri.

Felix tidak membalas ucapan Marsha dan mengalihkan pembicaraannya, “Ke sana aja yuk,” ucap Felix. Marsha dan Lia pun akhirnya menuruti perkataan Felix dan mengikuti laki-laki itu yang sudah berjalan di depan.

Ketika sampai di bibir pantai, Marsha dan Lia mulai mengambil foto dari pemandangan indah yang diberikan oleh Pantai Jimbaran ini. Mereka berdua kemudian meminta tolong kepada Felix untuk mengambil foto mereka berdua. Setelah itu, Marsha menawarkan diri lagi kepada Felix dan Lia untuk mengambil foto mereka berdua. Kedua insan itu pun menerima tawaran Marsha dengan malu-malu. Langit saat ini berubah menjadi warna jingga yang sangat indah.

“Haris mana sih, dari tadi nggak kelihatan. Padahal sunset-nya lagi bagus banget,” cibir Marsha kepada dirinya sendiri.

“Sha, gue mau ngomong sesuatu. Tapi gue harap lo jangan marah,” ucap Felix dengan hati-hati.

“Ngomong apa?” tanya Marsha curiga.

“Sebenernya tadi gue lihat Haris lagi foto sama perempuan lain, waktu gue tanyain ke Putra katanya perempuan itu mantan Haris.” Felix kini menyalahkan dirinya sendiri karena telah salah berbicara kepada Marsha. Terlihat jelas jika mata perempuan itu menunjukkan amarah bahkan air mata sudah menggenang di pelupuknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status