Mobil CR-V berwarna putih sudah terparkir di depan rumah Marsha. Hari ini adalah hari keberangkatannya menuju ke Swiss, tepatnya Zurich, di mana sepupunya tinggal. Sudah ada satu koper berukuran cukup besar dan tas ransel di bangku teras. Haris sudah siap mengantarkan kekasihnya ke bandara menggunakan mobil. Meskipun ia masih SMA, tetapi Haris sudah bisa mengendarai mobil, bahkan sejak awal SMA. Perempuan yang ditunggu belum juga keluar dari kamarnya. Marsha masih sibuk berdandan dan memilih pakaian yang tepat untuk berangkat ke Zurich.
“Maaf, ya, Ris, nunggu lama,” ujar Marsha yang baru saja keluar. Haris yang tadinya sedang duduk bangkit dan menghadap kekasihnya. “Nggak apa-apa, masih ada yang perlu dibawa lagi nggak?” tanya laki-laki itu. Haris lantas mulai memasukkan koper Marsha ke dalam bagasi mobilnya.
“Nggak ada deh kayaknya, bentar aku cek lagi,” timpal Marsha. Haris mengangguk dan menjawab, “Santai aja, masih dua jam
Udah siap semua?”Haris, Felix, Putra, Hugo, Ishak, dan Bayu kini sudah siap dengan tas carrier berukuran 60 liter di punggung mereka masing-masing. Kaus hitam dan putih lengan pendek bergambar grafis dengan dalaman manset hitam serta celana kargo sudah terpasang rapi di tubuh mereka. Tidak lupa aksesoris tambahan seperti topi dan bucket hat juga sudah berada di kepala milik beberapa dari mereka. Mereka berenam seperti paket lengkap idaman para wanita. “Duh, kita udah kayak boyband Korea aja, nih,” ujar Putra.“Lo aja sendiri, gue mah nggak mau,” timpal Haris dan disahuti oleh Hugo, “Gue juga.” Putra menurunkan senyumnya mendengar perkataan kedua temannya. Ia lalu beralih ke arah Felix karena pasti laki-laki itu akan selalu berada di pihaknya. “Ya udah, gue aja sama lo, ya, Lix.” Felix tidak menanggapi. Laki-laki itu sibuk memasukkan cover bag ke dalam tas carrier-nya.“Kalau udah siap semua, kita
Suasana bandara yang ramai memenuhi pandangan Marsha ketika pertama kali menginjak negara Swiss. Ya, akhirnya Marsha telah sampai di Swiss tepatnya Kota Zurich setelah tujuh belas jam lamanya ia duduk di kursi pesawat. Perempuan itu berjalan mendorong kopernya menuju lobby bandara. Sepupunya bilang jika ia sudah menunggunya sejak tadi. Marsha berusaha menajamkan matanya untuk mencari sepupunya di antara banyak orang yang berlalu lalang. Gotcha. Marsha melihat Peter sedang berdiri sambil bersandar di sebelah mobil berwarna hitam. Ia segera menghampiri sepupunya itu.“Hey, Peter,” sapa Marsha setelah sampai di depan sepupunya sedangkan Peter belum menyadari kehadiran Marsha karena suara yang terlalu bising. Marsha pun mencolek pundak Peter dan laki-laki itu langsung menoleh. “Oh, Hey,” sapa Peter. Ia lantas memeluk Marsha dan bercipika-cipiki dengan sepupu kesayangannya. Peter lalu membantu Marsha membawakan kopernya dan meletakkannya di bagasi belakang
“Gila, baru jalan sebentar aja pemandangannya udah bagus banget. Nggak nyesel gue ikut ndaki ke sini bareng kalian.” Bayu, Ishak, Haris, Felix, Putra, dan Hugo sudah tiga puluh menit berjalan di jalur pendakian Gunung Papandayan. Rute perjalanan yang mereka lalui relatif mudah untuk pemula seperti Haris dan teman-temannya. Saat ini mereka sedang berhenti di jalur yang terdapat banyak kawah di sepanjang jalan. Keenam laki-laki itu mengambil kesempatan untuk berfoto sejenak menggunakan kamera yang Felix bawa. Pemandangan yang disuguhkan oleh Gunung Papandayan sangat indah karena terdapat banyak kawah yang masih aktif padahal mereka baru saja berjalan selama kurang lebih tiga puluh menit. Mereka berenam kini telah sampai di Kawah Mas. Kawah Mas merupakan salah satu objek menarik yang ada di Gunung Papandayan. Kawah ini merupakan salah satu kawah yang masih aktif di Gunung Papandayan. Kawah ini dikelilingi lereng yang curam. Beberapa di antaranya masih rapuh dan mudah me
"Guten morgen, Marsha!"Ucapan selamat pagi dari Peter terngiang-ngiang di kepala Marsha yang masih belum sepenuhnya sadar. Perempuan itu berjalan keluar kamar dan melihat sudah ada sepupunya serta kedua orangtua Peter yang kini sedang duduk berhadapan untuk sarapan bersama. Senyum lebar langsung terpancar ketika Marsha menyapa om dan tantenya. "Guten morgen, Marsha. Ayo sini sarapan dulu," sapa Paman Sam. Sang tante yang sedang memasak untuk sarapan ikut menyapa keponakannya.Marsha lantas ikut duduk di meja bundar bersama dengan sepupu dan om serta tantenya. Sang tante kemudian menyajikan empat mangkuk yang berisi seperti oatmeal dengan tambahan buah-buahan di atasnya. "Ini sarapan yang biasa kita makan di pagi hari, Nak. Namanya Bircher Müesli. Isinya ada campuran oat, kacang-kacangan, jus lemon dan di atasnya ditaburin sama stoberi dan bluberi," jelas sang tante. Marsha mengangguk paham ketika mendengar penjelasan dari tantenya. Tida
Suasana Gunung Papandayan ketika malam hari sangatlah dingin. Pondok Salada kini sudah ditutupi oleh kabut dan embun di sekitarnya. Para pendaki yang tadinya sedang duduk santai di depan lantas masuk ke dalam tenda masing-masing untuk menghangatkan diri. Sama seperti Bayu, Ishak, Haris, Felix, Putra dan Hugo, keenam laki-laki itu sudah berjejer rapi di dalam tenda dengan sleeping bag yang masing-masing mereka bawa. Meskipun suhu di luar tenda sangat dingin, mereka berenam tetap berbincang satu sama lain sambil berbaring. Mereka tidak sadar jika sudah mengobrol cukup lama sampai pukul dua belas malam. Satu per satu dari mereka pun sudah tertidur pulas. Mereka berenam harus menyiapkan energi untuk esok hari karena akan melakukan summit attack. Summit attack adalah istilah yang biasa digunakan oleh para pendaki ketika mereka akan mengejar puncak sejak dini hari. Biasanya para pendaki akan memulai pendakian mereka menuju puncak ketika langit masih gela
Setelah berjalan jauh menuju ke puncak Tegal Alun, keenam laki-laki itu sudah sampai di Pondok Salada pada siang hari. Mereka beristirahat di dalam tenda setelah menguras energinya untuk summit attack. Putra dan Felix kini sudah tertidur pulas tepat setelah mereka sampai di tenda sedangkan Haris dan Hugo hanya berbaring sambil memainkan ponsel mereka masing-masing. Di luar tenda sendiri ada Bayu dan Ishak yang sedang memasak makanan untuk menu makan siang. Bayu dan Ishak tampak tidak kelelahan meskipun mereka baru saja mengejar summit attack yang melelahkan. Maklum, mereka berdua sudah sering mendaki gunung sehingga tidak terlalu terkejut.Menu makan siang hari ini adalah telur orak-arik dengan tumis sosis dan bakso. Ishak mengambil alih peralatan masak dengan dibantu Bayu yang bertugas menjadi asistennya. Pertama-tama, Ishak akan memasak nasi terlebih dahulu karena sejak kemarin mereka berenam belum mendapatkan karbohidrat yang berasal dari beras. Ishak ten
Felix segera lompat ke bawah tebing untuk menyusul Haris yang kini sedang berbaring kesakitan. Haris jatuh ke bawah tebing dengan posisi miring yang menyebabkan tangan kanannya mengalami luka-luka dan mengeluarkan darah cukup banyak. Laki-laki itu terlihat seperti sedang menahan sakit dan Haris sedang berusaha untuk bangun tetapi dirinya tidak kuat sehingga terjatuh kembali. Felix lantas membangunkan Haris dari posisinya dan berusaha untuk mengangkatnya ke atas tebing. Untung saja terdapat dua pendaki yang menyaksikan kejadian tersebut dan mereka segera membantu Felix untuk mengangkat Haris. Salah satu dari pendaki itu menawarkan diri untuk menggendong Haris menuju ke tenda mereka. Dengan sigap mereka segera membawa Haris menuju tempat di mana tendanya berada. Bayu, Ishak, Putra, dan Hugo yang sedang duduk di depan tenda sambil berbincang sontak kaget ketika melihat temannya yang kini digendong oleh pendaki lain. Mereka tambah kaget saat melihat terdapat luka yang cukup leba
Rombongan Haris dan teman-temannya telah sampai kembali di basecamp pada malam hari. Sebelumnya, Bayu sudah memberitahu kepada pihak basecamp untuk memesan mobil angkutan umum yang akan membawa mereka segera ke Terminal Guntur sehingga kini sudah ada mobil terparkir di depan basecamp. Mereka berdelapan, termasuk kedua pendaki yang menolong Haris, beristirahat sejenak di basecamp. Kedua pendaki itu memutuskan untuk ikut turun ke basecamp dan mereka menawarkan bantuan untuk menggendong Haris ketika turun. Bayu dan teman-temannya tentu saja merasa sangat berterima kasih pada kedua pendaki itu karena mau merepotkan diri mereka sendiri untuk sekadar membantu Haris.Kondisi Haris menjadi lebih baik karena ia sudah beristirahat dengan cukup sebelum turun ke basecamp. Laki-laki itu kini sedang ditanyai oleh petugas basecamp mengenai kecelakaan yang menimpa dirinya. Haris juga akan mendapatkan asuransi kesehatan dari pihak