"Putrimu? Siapa yang kamu maksud? Bukankah putrimu sudah meninggal?" tanya Mahendra dengan ekspresi terkejut. "Maharani," jawab Maya tegas dengan menatap Mahendra tajam. "Maharani adalah putriku yang terpaksa harus aku titipkan di panti asuhan karena di paksa menikah denganmu." Mahendra dan Arka kompak melebarkan matanya kaget. Mereka berdua benar-benar btidak menyangka jika gadis dari panti asuhan itu adalah putri kandung Maya. "Ya gadis yang kamu katakan tidak jelas asal usulnya itu adalah putriku." Lanjut Maya dengan mengarahkan tatapannya pada Mahendra. "Astag,,," Arka menggelengkan kepalanya tak percaya. "Jangan-jangan sejak dulu Mama memang sengaja mendekatkan aku dengan Maharani karena ingin aku menikahinya?" tebaknya memicingkan mata curiga. "Benar, aku ingin kamu menikahi Maharani agar aku bisa dekat dengannya tapi sayangnya Papamu menolaknya hanya karena masalah asal-usul Maharani," aku Maya melirik sinis kearah suaminya yang masih tidak bisa percaya pada kebenaran yang
"Lalu mau kamu apa? Katakan!" tantang Mahendra. "Aku mau Arka menikahi Putriku. Cinta atau tidak itu tidak penting. Yang aku mau putriku mendapatkan status sebagai keluarga Mahendra Putra." Jawaban Maya sontak saja membuat Arka tercengang. Ternyata se-egois itu wanita yang sangat dihormatinya itu. "Tidak, aku tidak akan pernah menuruti keinginan Mama," tolaknya tegas. "Aku juga tidak akan memaksa Arka menuruti keinginan kamu," sahut Mahendra mendukung keputusan putranya. "Mintalah hal lain sebagai kompensasi perceraian kita!" "Berikan Setengah dari saham perusahaan dan aset pribadimu padaku," ujar Maya pelan dan tenang namun efeknya sangat luar biasa untuk ayah dan anak didepannya. "Astaghfirullah, ternyata Mama sangat egois dan serakah," ucap Arka tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya."Aku tidak akan melakukan itu jika tidak mengecewakan aku. Jika kamu ingin kembali pada Aisyah maka kamu harus siap kehilangan separuh dari warisan kamu," ujar Maya tanpa sedikitpun
Pagi ini saat akan berangkat mengajar Aisyah di kejutkan dengan keberadaan sebuah buket bunga di atas meja teras rumahnya. Buket mawar putih dengan sebuah kartu ucapan berwarna pink muda yang bertuliskan 'Semoga harimu menyenangkan Aisyah A. R.' Pandangan Aisyah tertuju pada pintu pagar rumahnya yang rusak. Sudah hampir dua minggu pintu itu tidak berfungsi seperti seharusnya. Karena itu siapa saja bisa bebas masuk halaman rumahnya, salah satu pengiriman bunga yang di pengang Aisyah saat inim"Aku harus segera mencari orang untuk memperbaikinya," gumam Aisyah lalu kembali meletakkan buket tersebut di atas meja lalu mengarahkan pandangannya pada jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Sudah pukul setengah tujuh, Aisyah bergegas menuju sekolah tempatnya mengajar. Ia sampai di sekolah bersamaan dengan bel sekolah berbunyi. Nampak Shania yang juga baru sampai sedang memarkir motornya lalu berjalan cepat menyalip Aisyah. "Tumben nih ibu guru Aisyah terlambat," godanya s
Aisyah menarik nafas panjang, menahan rasa kesal di hatinya melihat tingkah aneh mantan suaminya itu. Sudah sejak satu jam yang lalu pagar rumahnya selesai di perbaiki namun pria itu masih belum meninggalkan rumah Aisyah. Dengan berbagai alsan Arka menolak perintah Aisyah untuk segera pergi dari rumahnya. "Aku harus memastikan pintu pagarnya tidak roboh lagi. Sekalian aku ingin tahu kinerja dari anak buahku." Arka kembali memberi alasan saat Aisyah memintanya pergi. "Ini sudah satu jam dan pintu pagar itu tidak nampak ada yang salah. Itu besi menempel dengan erat dan tepat. Saya rasa tidak akan ada masalah lagi." Aisyah berusaha berbicara dengan sopan meski hatinya sudah sangat jengkel. Entah apa yang sudah terjadi pada Arka hingga membuat pria itu menjadi sangat aneh. Bukankah selama ini Arka begitu membenci dirinya, kenapa sekarang tiba-tiba berubah menjadi sangat peduli dengannya. Mungkinkah ini karena cerita Shania dua minggu lalu? Pikir Aisyah. "Bolehkah aku numpang sholat s
"Aku mantannya,,," aku Arka lalu mengarahkan tatapannya pada Aisyah "Kami..." "Apa yang ingin Anda katakan? Jangan membuat orang salah faham," ujar Aisyah memotong kalimat Arka. Bukan Aisyah ingin menyembunyikan statusnya namun ia hanya mengikuti keinginan Arka yang sedari awal tidak ingin mengungkapkan hubungan mereka. "Mantan? Maksudnya apa?" Shania menatap tak percaya pada Arka dan Aisyah. "Sepertinya Pak Arkana Mahendra ini sangat suka sekali bercanda. Selera humornya lumayan juga," sahut Andaru menimpali pengakuan Arka dengan candaan. Ucapan Andaru sontak saja memancing amarah Arka. Dengan tatapan tajam Arka berbicara, "Saya tidak sedang ingin bercanda. Aku memang,....""Maaf." Lagi-lagi Aisyah menyela ucapan mantan suaminya itu. "Saya permisi duluan," ucapnya lalu menarik tangan Andaru dan berjalan meninggalkan Shania dan Arka yang mengepalkan kedua tangannya erat. "Laki-laki itu bernama bernama Andaru. Dia menyukaimu Bu Aisyah, sudah dua tahun lebih Andaru berusaha melulu
"Kamu jatuh cinta pada laki-laki brengsek itu?" Arka menatap lekat wajah Aisyah, pria itu ingin tahu seperti apa perasaan mantan istrinya itu sekarang. Meski tidak bisa di pungkiri dalam hati Arka berharap jika Aisyah menjawab tidak. Sama halnya dengan Arka, mata tajam Andaru juga mengarah pada wanita yang berdiri diantara dirinya dan Arka. Ada rasa penasaran juga di hati Andaru dengan perasaan wanita yang sangat ia puja itu. Aisyah menghembus nafas kasar, kesabaran benar-benar mulai menipis dan hampir habis menghadapi mantan suaminya. Aisyah tidak pernah menyangka jika Arka orang yang tidak hanya keras kepala tapi juga tidak tahu malu dan egois. "Suka atau tidak itu bukan urusan kamu," jawab Aisyah tegas. "Berhentilah! Kamu benar-benar mempermalukan dirimu sendiri. Entah apa niatmu tapi jika orang tuamu tahu mereka pasti akan sangat murka karena malu." "Kamu tidak ingin menjawabnya, apa itu artinya kamu memiliki perasaan padanya? Kamu jangan lupa dia yang sudah membuat aku mencer
[Mantan istri dari Arkana Mahendra Putra, benarkan?] Degh.... Aisyah terdiam, tidak tahu harus berkata apa? Sekarang pasti Shania sangat kecewa kepadanya. [Kenapa diam? Apa aku salah? Tega kamu, aku menganggap kamu teman tapi ini balasanmu,] cerca Shania kesal. [Maaf,] Hanya itu yang bisa Aisyah ucapkan. Pikirannya bingung dan merasa bersalah pada Shania. [Maaf? Pasti sangat menyenangkan melihatku seperti orang bodoh membicarakan mantan suamimu,] Suara Shania terdengar kesal dan marah. [Aku minta maaf, tapi demi Alloh aku tidak berniat menyembunyikan darimu. Sebenarnya aku ingin menceritakannya tapi Arka berpura-pura tidak mengenalku.] Aisyah berusaha menjelaskan alasannya tidak jujur. [Tidak perlu menjelaskannya sudah mendengar semua perdebatan kalian tadi.][Apa?] Aisyah menghembuskan nafas kasar [Jadi kamu melihat semuanya?] [Iya. Aku lihat semuanya. Bagaimana dua pria itu memperebutkan dirimu. Jika kamu menganggap aku temanmu, harusnya kamu menceritakan yang sebenarnya meski
Plakk.....Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Aisyah seketika membuat tubuh itu terhuyung dan hampir tersungkur jika saja Andaru tidak sigap memeluk perut ramping Aisyah."Dasar wanita jalang tidak tahu diri!!" bentak sesosok wanita cantik itu dengan tatapan penuh kebencian yang tertuju pada Aisyah. "Kamu gak papa?" tanya Andaru setelah membantu tubuh Aisyah kembali berdiri tegak. "Coba lihat!" Segera Andaru memeriksa wajah Aisyah, sontak saja rahangnya mengeras saat melihat bekas kemerahan di pipi kiri wanita cantik itu. Segera pria itu memutar tubuhnya, seketika tatapan menajam tertuju pada wanita yang menjadi penyebab luka kemerahan di pipi kiri Aisyah, wanita yang sangat dicintainya. "Beraninya kamu," geram Andaru dengan suara tertahan berusaha menahan amarah yang sudah sampai di ubun-ubun. "Sudah biarkan saja, Daru." Aisyah menarik tangan Andaru yang sudah terangkat. "Dia Maharani kekasihnya Arka," sambungnya berbisik memberitahu siapa wanita yang telah menamparnya itu. "C