"Selamat datang di Blue 'brothel' House."
"MADDY!" hardik Kael dengan suaranya yang tinggi dan membuat pegawai di Blue House mengedikkan bahu mereka.
Maddy menghentikan ucapannya di depan Daria dan keempat wanita cantik anak buah Dangelo. Kael yang kesal akhirnya menarik tangan Maddy kasar dan membawanya ke ruangannya.
"Ah!!" seru Maddy saat dirinya didorong kasar oleh Kael ke sofa merah pekat hingga tubuhnya sedikit mengenai pinggiran sofa tersebut.
Kael tiba-tiba telah berada di atas tubuh Maddy, menyamarkan bayangannya di bawah lampu yang terang dan mengapit salah satu tangannya ke wajah wanita cantik nan seksi itu.
"Hah, apa Anda terangsang melihatku marah, Tuan Kael?" tanya Maddy dengan suara menggoda dan tangan memegang jas biru dongker yang dikenakan Kael.
Kael bergeming, hanya menatap Maddy datar dan tajam, tiba-tiba ....
CUP ....
Sebuah kecupan mendarat di bibir Maddy. Kecupan yang tak dalam, hanya sebatas bibi
Brak!! Bantingan pintu mobil yang cukup kencang membuat gema yang di telinga Cleon cukup terasa bergetar. Dengan setelan man in suit yang sejak awal ia kenakan, Cleon mulai melangkah masuk ke dalam kediaman Graciano yang terlihat sepi. Kreekkk .... Pintu berukir emas dengan warna putih dan gagang pintu pun berlapis emas mulai ditarik Cleon, iris ungu kontak lens ungu muda itu menelisik tiap sudut rumah yang tampak seperti Kensington Palace. Kamera yang terpasang di tiap-tiap sudut rumah pun tak terelak dari irisnya. Dapur akhirnya dipilih Cleon sebagai tempat baginya untuk mengisi amunisi di perutnya yang sedari tadi terus mengeluarkan suara-suara pemberontakan. Sandwich isi daging sapi akhirnya dipilihnya sebagai menu makan siangnya meskipun banyak makanan di dalam kulkas yang menggoda dan menggugah selera, namun Cleon adalah seorang picky eater yang hanya akan makan dari tangan-tangan orang yang ia percaya, atau paling tidak untuk saat ini dia lebih
Adley yang mendapati amplop panjang dan coklat besar pemberian Ignacio segera membuka benda tersebut di dalam mobilnya. Dengan rasa penasaran yang besar, Adley langsung membuka 'paket' itu dengan rasa was-was dan berdebar.Srekkkk ....Bunyi sobekan kertas sangat memenuhi ruang di mobilnya. Adley menarik napas panjang dan mengeluarkannya perlahan sambil merogoh isi di dalam amplop itu.'Apa ini?' gumam Adley meraba-raba benda berserat halus dan segera mengeluarkannya, 'foto?' gumamnya lagi.Netra biru laut itu melihat dengan cermat dan teliti ke-10 foto-foto yang diterima oleh Adley. Satu per satu netra birunya menelisik namun tiada ada yang mencurigakan. Hingga dia membelalakkan matanya ketika melihat salah satu foto yang memuat dirinya serta seorang pria yang dulu mengikutinya ada dalam foto itu."Bukankah ini--" Adley membalikkan foto itu, berharap ada sesuatu yang bisa ia dapatkan sebagai petunjuk selanjutnya, "sial! Maksudnya
"Apa aku mengganggumu, Tuan Kael?" Suara bariton Dangelo membuat Kael terkejut dan segera merapikan pakaiannya. Dangelo hanya tersenyum satu garis menarik bibir atasnya melihat perbuatan Kael dengan salah satu 'kelinci putih' miliknya, Audrey. Dangelo melirik Audrey yang hanya mengenakan pakaian yang ada di bagian dalam tubuhnya dan terlihat kikuk di depan sang majikan. "Apa saya mengganggu Anda?" tanyanya sekali lagi. "Keluarlah, aku ada urusan." Perintah Kael seraya menepuk pelan bahu Audrey. Audrey dan Dangelo saling bertatap pandang, Dangelo mengangguk seakan memberi tanda padanya, "Ada apa, Tuan Dangelo? Kenapa Anda tiba-tiba datang ke sini tanpa memberitahu?" tanya Kael yang telah selesai berpakaian. "Jika saya memberitahu Anda, maka saya tak akan pernah tahu kelakuan seorang mahasiswa teladan universitas terkenal di negara ini dan juga seorang CEO dari tempat terkenal." Seloroh Dangelo dengan pandangan seakan memandang rendah Kael.
"Apa kau mau menggantikan posisi suamimu di perusahaaan yang ia pegang saat ini? Dan buat seakan itu sebagai suatu 'kecelakaan'?" Sebuah pernyataan yang entah dari mana atau siapa yang mengatakannya pada Kael, hingga dia bisa berkata seperti itu. Adley yang telah keluar dari Blue House dan menuju parkiran. Dirinya tak habis pikir, bagaimana mungkin seorang mahasiswa hukum bisa mengatakan hal seperti itu! Jemari lentik nan panjang terawatnya mengetuk-ngetuk stir mobil yang semakin lama semakin kencang ketukannya, gemas juga cemas! Irisnya menyeloroh ke depan kaca mobilnya dan tiba-tiba, ia melihat Dangelo juga Amber keluar dari sebuah restoran yang berseberangan dengan Blue House. Dengan tawa lebar, sang wanita terus menggelayuti lengan Dangelo bagai lem kayu. Dan sang pria, tampak menikmati tawa lepas sang wanita. "Sudah kuduga! Mereka bukanlah klien 'biasa'! Siapa sebenarnya dua orang ini?" ucap Adley melihat keduanya bersiap akan meninggalkan tempat tersebut.
"Kita akan lakukan black conspiracy!" Senyum tipis di bibir atas Cleon terlihat samar namun ekspresi yang menyiratkan 'ada sesuatu' tampak dengan jelas tergambar di wajahnya. "Maaf, Pak. Tapi apa itu black konspirasi?" tanya salah satu dari mereka. Cleon hanya terdiam menanggapi pertanyaan salah satu pegawainya. Ia malah mengambil telepon yang ada di meja kerjanya dan menghubungi Stacy. "Stacy, ke ruanganku. Sekarang!" [Baik, Pak.] Tok ... tok ... "Masuk." "Pak, Anda memanggil saya?" tanya sang asisten pribadi, Stacy berdiri di antara pegawai lelaki yang dipanggil Cleon. "Kalian, keluarlah! Ada yang ingin kubicarakan dengan asisten baruku ini," titah Cleon melirik Stacy. "Baik, Pak." Kini hanya tinggal Stacy dan Cleon yang ada di ruangan itu. Cleon berdiri menghampiri Stacy, memutarinya dan berkata, "Aku memiliki sebuah misi untukmu!" "Misi? Misi apa, Pak?" tanya wanita itu de
"Aku menikahi Lucas karena satu alasan!" "Apa?" "Balas dendam!" "Apa!?" **** 'Jangan kau kira bisa lari dariku, Lucas! Aku tahu apa yang sedang kau lakukan di belakangku! Kali ini, aku tak akan membiarkan hal itu menimpa pada putriku! Nyawa pun akan kuberikan demi melindunginya.' Kediaman Graciano Mini dress warna hitam nan seksi dipilih Adley sebagai 'pembuka' untuk menyambut kedatangan sang 'suami'. Eyeliner yang tajam ditambah riasan nude dan pemerah bibir yang sangat mencolok, membuat Adley menunjukkan sisi yang lain dari dirinya. Kecantikan yang paripurna! Begitulah kiranya yang bisa menggambarkan sosok Adley Britta Calla. "Hmm, seharusnya ini bisa membuat pria itu 'jatuh cinta' denganku. Tapi kenapa sulit sekali menaklukkan Gunung Kilimanjaro, huh." Tin ... tin ... tin .... Adley melihat jam dinding yang terpasang di kamar utama mereka, "Pukul delapan, it's time for show!" Ucapnya setelah selesai m
"Bagaimana jika kita mainkan permainan yang kau mainkan sebelumnya?" bisik Cleon di telinga Adley."A--apa maksudmu?" Adley terkesiap dan memandangnya."Apa kau pikir aku tak tahu, hah! Kau yang akan mendapatkan keuntungan jika aku bekerja sebagai CEO di perusahaan keluarga! Sementara aku bekerja, kau bisa bebas dan leluasa bertemu dengan saudaraku!"Adley hanya terdiam, 'Kupikir dia curiga akan apa,' gumam Adley menatap datar ke arah sang suami."Kenapa diam? Benar begitu, kan?" tanya Cleon lantang.Adley menyeringai. "Kenapa kau senyum seperti itu? Apa yang lucu, hah?""Sejak kapan kau mulai memperhatikan gerak-gerikku, suamiku? Apa kau ... cemburu?" seloroh Adley."Jangan gila! Kita menikah tanpa cinta, tanpa mengenal satu sama lainnya, dan kini kau bilang aku cemburu? Sinting kau!""Benarkah? Jika kau memang tak ada rasa cemburu, berarti aku bebas mau pergi ke mana dan dengan siapa. Sekarang ... lepaskan tanganmu!" pe
Wanita itu merendahkan tubuhnya, mensejajarkan tingginya dengan duduk di seberang meja Daria."A-Anda ... Nona Teonna!" serunya.Adley hanya mengulas senyum ramah. "Apa kabar? Kau kenal aku?" tanya Adley sok jual mahal."Eh, itu ...," Daria tampak tersipu malu menundukkan kepalanya."Hahaha, tenang saja. Aku hanya bercanda. Tapi, dari mana kau tahu namaku dan bagaimana kau yakin jika aku adalah Teonna?""Hanya menebak."Teonna mengulas senyumnya. Dia melihat wanita muda nan cantik dengan wajah eksotis itu terkesiap. "Kau itu cantik, apa kau tahu?" seloroh Adley menatap Daria lekat.Tersipu malu dan terkejut, dia membalas, "Terima kasih, Anda juga terlihat sangat cantik bahkan layaknya anugerah dewi Athena.""Hahaha, Athena, ya ... bijak dan adil. Tapi sayangnya, aku tak sebijak dan seadil dia." Ucap Adley tersenyum lepas. "Oh, ya ngomong-ngomong Daria, dari mana asalmu kemarin?""Uzbekistan, Nona.""Ah, ya.