“Grrr... Grr...” Suara getaran yang renyah tiba-tiba saja terdengar di tempat yang seharusnya kedap suara itu. Jelas bahwa Surya kini berada di dalam tempat vakum yang telah dia buat menggunakan kubus milik bunglon beberapa saat sebelumnya. “Apa lagi ini?” tanya Surya saat mencari tahu bunyi apa itu sebenarnya. Pemuda berbadan tegap itu kemudian mulai melihat ke seluruh sudut yang ada di tubuhnya. Setelah beberapa saat mencari, Surya akhirnya menemukan tempat mana yang bergetar itu. Hal itu berada tepat di kantung yang ada di baju miliknya. Surya yang melihat getaran halus itu hanya bisa menyipit dibuatnya. “Apakah perutku meronta-ronta ingin makan lagi? Tapi mengapa aku tak merasakan lapar?” tanya Surya bingung. “Grrr... grrr...” hal yang ada di perut Surya itu terus saja bergetar selama beberapa saat lagi. Karena Surya begitu penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi, pemuda tegap itu akhirnya meraih area perutnya itu dengan begitu waspada. “Grrr... Grrrr.” Dengan ini
Di dalam area yang tertutup oleh filamen berwarna biru, tampak sebuah pedang gelap tengah mengudara dengan tampilan yang bergetar. Pedang itu memang benda mati, namun hal panjang gelap itu terlihat begitu hidup saat gemetar ketakutan di udara. Pedang itu tampil begitu pengecut saat memundurkan tubuhnya seolah takut melihat ke satu arah. Arah yang menjadi hadapan pedang itu melihat adalah seorang pemuda tegap yang sedang berdiri di depannya. Pemuda itu terlihat begitu biasa, tak ada sedikitpun hal yang mencengangkan dari pemuda itu kecuali senyuman aneh yang terus saja menghiasi wajahnya. “Hahahahahahaha akhirnya!” teriak pemuda sebelumnya dengan tidak jelas. Pralaya yang melihat hal ini menjadi terkejut. pedang itu lagi-lagi tampil seperti makhluk hidup saat menunjukan gerak-gerik ragu. Pedang pralaya itu seolah berkata. “Ada apa dengan manusia aneh ini?” Sementara pedang gelap itu tengah gemetar seolah ketakutan, Surya yang menjadi alasan dari sikap pedang itu hanya bisa terus
“Hiyaaa!” teriak seorang pemuda saat meraih sebuah benda panjang gelap yang bergerak ke arah tangannya. Pedang yang sudah sedari tadi melesat dengan cepat ke arah pemuda itu berada hanya bisa terkejut dan mencoba untuk menghentikan dirinya. Namun sayang seribu sayang, pedang itu sama sekali tak bisa mewujudkan keinginannya itu karena di berada di udara. Tak ada satu hal pun yang bisa menahannya sekarang, bahkan untuk gaya gesek, udara begitu lemah untuk menahan. Dengan ini pedang itu hanya bisa pasrah dengan menyesal ketika masuk ke pelukan pemuda yang ada di hadapannya. Jelas bahwa pedang itu telah masuk ke dalam perangkap pihak lain. Pedang yang tertangkap itu hanya bisa bertanya-tanya, apa kebutuhan tuannya menjebaknya seperti itu. Sementara pralaya tengah dalam pemikiran yang rumit, Surya malah masih girang saat menangkap pengacau kecil yang selalu mengganggunya. Pemuda berbadan tegap itu baru saja menjebak pralaya dengan begitu tak masuk akal, Surya mengiming-imingi pedang
“Ahhhh dasar pedang bodoh!” keluh seorang pemuda yang tengah terduduk dengan meringis di tanah. Sosok yang terduduk itu tampak begitu kesakitan saat sedang memegang pinggangnya. Sementara itu, benda panjang gelap yang sebelumnya berada di kaki pemuda itu kini tengah mengambang dengan ragu di udara. Jelas pedang itu begitu bingung dengan prilaku yang baru saja ditunjukkan oleh majikannya. Setelah beberapa saat selesai mengeluh akan pinggangnya, Surya akhirnya memutuskan dirinya untuk mulai bangkit beranjak dari duduknya itu. Surya dengan ini mulai bangkit dengan pelan sambil menatap ke arah pedangnya itu dengan tampilan yang bermusuhan. “Dasar pedang bodoh! Apakah kau tak mau ini?” tanya Surya saat mengangkat tampilan buah yang akrab. Pralaya yang sudah dari tadi mengambang di udara mulai bergetar seolah paham apa yang tuannya katakana. Pedang itu begitu bernafsu ketika bergerak dengan sigap menuju ke arah tangan Surya. Surya yang masih saja dendam itu kembali tersenyum dengan
“Hmmm... Pralaya....” Di gua yang gelap penuh rongga, tampak seorang pemuda tengah membuka mulutnya dengan ragu ketika berbicara dengan benda panjang gelap yang ada di hadapannya. Pedang yang mendengar kan kata-kata pelan Surya itu hanya bisa menegang seolah dia bertanya apa yang sebenarnya diinginkan oleh Surya. Bersamaan dengan itu, pralaya juga sedikit waspada karena dia ingat bahwa tidak ada yang baik setiap dia berurusan dengan majikannya itu. Dengan ini pedang bodoh itu hanya bisa terus menatap ke arah Surya dengan tampilan yang waspada seolah siap bertarung kapan saja. Sementara itu, Surya yang melihat hal ini mau tak mau menjadi berkonflik karenanya. Jelas pemuda dengan badan tegap itu masih ragu dengan rencananya. Namun karena Surya sama sekali tak memiliki hal lain yang bisa membantunya, pemuda itu hanya bisa dengan enggan membuka mulutnya. “Tuan pedang yang tampan, aku ingin mengajukan penawaran untuk mu...” Surya berkata dengan begitu menjilat. Pralaya yang mendeng
“Arghhhhh” Sebuah teriakan yang tak menyenangkan terdengar di sebuah area gua berongga yang gelap dengan begitu tak menyenangkan. “Kedebuk!” Suara benda jatuh dari ketinggian pun terdengar setelah suara teriakan histeris sebelumnya. “Aduh... pinggangku.” Kata seorang pemuda dengan badan tegap begitu mengeluh. Pemuda itu kini terduduk dengan tampilan menyedihkan saat memegang bagian punggungnya. “Sial! Ini tak semudah yang kubayangkan!” kata sosok itu melanjutkan untuk mengeluh. Pemuda yang sedang terduduk dengan tampilan menyakitkan itu adalah Surya, dia baru saja berupaya menggunakan pralaya untuk terbang ke langit-langit gua berongga yang ada di sekitarnya. Pemuda itu berpikir bahwa semua masalahnya telah selesai setelah pralaya mau mengikuti perintahnya, namun Surya hanya bisa putus asa saat merasakan bahwa dia terus saja kesulitan menunggang pedang itu. Seolah ada penghalang yang aneh mengacaukan pergerakan Surya. pemuda itu terus saja terjatuh saat mengudara. Surya juga
“Ahhh mari kita segera keluar dari tempat ini!” teriak seorang pemuda dengan begitu kesal namun bersemangat di waktu yang bersamaan. Pemuda berbadan tegap itu dengan ini berjalan cukup ringan menuju ke satu arah. Setelah beberapa saat berjalan, pemuda berbadan tegap itu akhirnya sampai di depan sebuah benda kubus yang akrab. Tanpa berbasa-basi lagi, pemuda itu dengan santainya mengarahkan salah satu tangannya ke arah benda kubus itu. Setelah beberapa saat Surya memegang kubus itu, sejumlah gejolak mulia muncul di sekitarnya. Semacam filamen berwarna biru transparan mulai mengkerut dan masuk dengan teratur ke dalam kubus yang sedang di sentuh Surya. Perlahan tapi pasti, sejumlah area sekitar yang telah lama terisolasi oleh filamen biru itu akhirnya kembali seperti semula. Surya yang melihat hal ini hanya bisa menghirup udara di sekitarnya dengan tidak puas. “Ini masih sama buruknya seperti sebelumnya.” Jelas bahwa pemuda berbadan tegap itu masih kesal karena terjebak di dalam g
“Arghhhh!” teriak seorang pemuda ketika terlempar dengan buruk kebelakang. Setelah pemuda sebelumnya terlempar, tiba-tiba saja ada pemuda lain yang menyerang ke depan untuk melanjutkan. Dengan ini burung besar yang melihat gerakan pemuda itu mulai mengangkat cakarnya untuk menahan serangan. Pemuda yang baru saja akan menyerang itu merasakan ancaman dari cakar besar dan kokoh itu, dengan ini dia mulai sedikit menghidar untuk menutup celah serangan. Burung besar yang melihat hal ini sama sekali tak tampak khawatir, dia malah melambaikan cakarnya tepat di lintasan serangan pihak lain. Dengan ini pemuda yang menyerang sebelumnya hanya bisa tertebas dengan kencang oleh serangan burung besar itu. Serangan seorang pemuda dan juga tebasan cakar burung besar saling beradu. Meskipun itu di katakan beradu, tampilan itu malah lebih cocok di sebut pukulan secara sepihak. Hal ini di karenakan pemuda yang menyerang itu langsung terseret jauh saat mengudara setlah bertabrakan dengan serangan bu