Kekhawatiran murni yang membara dalam diri Pandora nyaris memisahkkanya dari raga. Tubuh Pandora gemetaran menunggu waktu – waktu yang begitu buruk. Menunggu ketika Kingston dibawa oleh beberapa petugas rumah sakit. Dan bahkan setelah hampir setengah jam berlalu, dia hanya melihat suster menerobos keluar, seolah sedang mencari sesuatu yang lebih penting, lalu kembali dengan usaha yang ntah bagaimana membuat Pandora tak berdaya di bawah sandaran dinding.Dia masih ingat kali pertama, akhirnya ikut bersimpuh di dekat Kingston demi memastikan bagaimana, mengapa suaminya tidak pernah membuka mata setelah itu.Sungguh. Pandora masih ingat dengan sangat terperinci apa yang dia temukan, sesuatu yang terasa mengumpal di balik jaket tebal Kingston. Dia masih sangat ingat detail seperti apa saat secara paksa membuatnya menurunkan resleting jaket tebal tersebut. Ternyata; kaos polos yang dikenakan pria itu sebelum menyusul August, telah tercabik – cabik menjadi irisan panjang, yang disambung den
“Astaga, perutmu sudah terasa buncitnya.”Rasa takjub tidak bersembunyi ketika Anna bicara. Gerakan tangan itu luar biasa pelan merambat di beberapa bagian yang cukup keras sedikit menonjol memperlihatkan bentuk nyata; menandakan kehidupan baru di rahim Pandora berkembang sangat baik.Hal tersebut adalah satu kenyataan yang mengingatkan Pandora kepada Kingston. Janin di dalam dirinya ada karena sentuhan rahasia bersama pria itu; ntah di ruangan mana, di kamarnya, di tempat olahraga, di meja kantor, di dapur, atau ... tiba – tiba Pandora merasa merasa wajahnya memanas, tak sanggup menggapai beberapa ingatan erotis lain tentang hubungan bersama pria itu.Dia mengerjap cepat, kemudian tersenyum tipis ke arah Anna. Baru saja mereka keluar dari kelas terakhir di hari jumat. Pandora menunggu jemputan dan Anna siap menemaninya sambil bicara, kalau – kalau lapar, mereka akan memesan makanan.“Apa saat kau melahirkan, kau akan ambil cuti untuk satu semester?” tanya Anna. Nada bicara gadis itu
Pandora terperanjat mendapati suara batuk sekali dua kali begitu pelan menyusup di tengah malam. Dia membuka matanya untuk mengetahui sumber percikan tersebut. Sedikit menahan napas saat menangkap pergerakan samar dari pria di sampingnya.Kingston bergerak ....Itu terlihat sangat jelas bagaimana tembakannya membuat semua sulit sekali dipercaya. Pandora tidak bisa menahan diri; segera bergeser, mengubah posisi tidur menyamping menjadikan siku di lengannya sebagai tumpuan.“King ....” Dia berbisik sangat pelan. Menyentuh rahang yang ditumbuhi rambut memanjang—kasar dan geli menjamah tekstur kulit di ujung jarinya.Besok pagi Pandora memang berencana akan mencukur rahang Kingston. Sudah menyiapkan seluruh perlengkapan yang disisihkan di sudut sofa. Dan menungu Kingston sungguh – sungguh membuka mata, itu yang sedang dia lakukan saat ini. Mengamati dengan saksama bulu mata Kingston samar – samar memberikan satu tindakan yang begitu meragukan.Jantung Pandora kentara berdebar setelah kali
Ketukan palu mengakhiri pembacaan putusan dari hakim ketua; pengajuan perceraian telah dikabulkan. Akhirnya ....Pandora mengamati bahu Chris merosot lega. Kemudian memindahkan perhatian ke arah Kingston. Suaminya yang duduk dengan tenang, turut memastikan bahwa tatapan mereka bertemu; saling memperhatikan, membiarkan senyum melebar sebagai satu – satunya interaksi paling intim.Rahang yang telah Pandora cukur minggu lalu, baru saja dia lakukan hari kemarin—membuat wajah Kingston bersih tanpa akar – akar rambut tersisa.‘Makhluk tua yang awet’Rasanya Pandora ingin mencecar Kingston secara langsung. Dia tak bohong kalau percikan dalam dirinya begitu takjub mempelajari struktur wajah yang berkali – kali kelipatan; terlihat lebih muda dari semestinya.“Setelah ini aku akan memeriksa lukamu,” ucap Pandora setengah berbisik.Begitu hakim meninggalkan ruang sidang. Dia menyadari ayahnya beranjak bangun dari kursi di depan. Tidak ada kata yang bisa menggambarkan bagaimana Chris memperlakuka
Melahirkan; menjadi kata paling mengerikan bagi Kingston. Pria itu membungkuk di depan westafel; memuntahkan sesuatu dari dalam dirinya setelah menerima golakan yang menuntut secara mendesak. Kingston terlihat lebih tersiksa—tak lagi berusaha memaksakan diri menatap gumpalan darah ketika makhluk – makhluk mungil itu keluar.Salah Kingston sendiri ....Sekarang Pandora menghela napas mendapati sang suami seperti itu. Jari – jari tangannya memijit tengkuk leher Kingston. Terlepas dari kekhawatiran, perasaan Pandora melonjak membayangkan bagaimana jika dia yang melahirkan? Apakah juga akan sama?Dia segera mengguncang dirinya keluar dari bayangan yang masih terlalu jauh. Kingston masih harus, setidaknya, mungkin, masih akan mengalami hal – hal saat ini sampai trimeter kedua yang baru, baru akan tiba satu minggu ke depan. Tetapi Pandora akui; niat pria itu ingin menemani cheetah-nya melahirkan adalah ide paling konyol. Kucing besar Kingston sungguh telah ditempatkan di tempat khusus. Pa
Pandora mengerjap beberapa kali ketika pintu kelas, sesaat, terbuka menampilan sesosok pria sangat familiar. Dia bertanya – tanya benarkah itu Kingston, sedang menunggu, sementara seharusnya pria itu tahu waktu untuk pulang belum tiba.Mata kuliah tiga sks; satu sks sekitar 45 menit, dikalikan kelipatan tersebut. Tetapi hanya perlu satu jam lagi bagi Kingston mengetahui mereka akan melanjutkan kegiatan lain.Pandora tetap memusatkan perhatiannya di sana. Barangkali, teman sekelas akan segera kembali dari kegiatan berpamitan ke kamar mandi. Dia langsung melongokkan kepala saat ganggang pintu terlihat terbuka. Sekali lagi ingin memastikan; benar, Kingston ada di sana. Begitu sibuk mengulik ponsel hingga tidak memedulikan orang – orang sekitar.“Sudah ditunggin aja.”Pandora memindahkan perhatian, terkejut oleh suara bisikan Anna. Betapa gadis itu tahu apa pun yang sedang dia perhatikan.“Kau selalu lihat apa yang kulihat,” ucap Pandora setengah jengkel, setengah turut berbisik. Anna han
Pandora diam tidak mengatakan apa pun selama dalam perjalanan menuju pulang. Ada rasa takut yang ntah mengapa terus mengikuti bahunya. Kata – kata dokter kandungan semacam sebuah analisis yang mengejutkan. Sesuatu; rancu dan aneh terjadi pada janin yang dia kandung. Ya, itu, itu semua diucapkan dokter saat proses penampilan gambar di layar monitor berlangsung.Benar – benar bagian tak terduga. Pandora tak pernah mengira akan diberi pilihan untuk tidak mempertahankan. Secara pasti dia dengan tegas merasa keberatan. Bagaimanapun keputusannya adalah tetap seperti yang saat ini bisa dia lakukan. Pandora bahkan tak ingin terlalu lama di rumah sakit, segera pergi membiarkan Kingston mengurus sisanya.“Kita sudah sampai, Kucing manis.”Pandora menarik napas panjang. Memberanikan diri menatap ke arah pria yang sedang sibuk membuka sabuk pengaman. Kingston turun dengan tenang. Luar biasa tidak memberikan petunjuk apa pun mengenai perasaan dan apa yang sedang pria itu pikirkan. Tetapi mungkin—P
“Anak itu tak akan pernah bisa dilahirkan di hadapan manusia.”“Satu – satunya pilihan bagimu adalah membawa Pandora ke istana.”“Hanya di sini dia bisa melahirkan keturunanmu. Tidak peduli bagaimana risiko yang akan kalian hadapi.”“Jika dia akan mengorbankan nyawanya, itu konsekuensi yang harus kau terima.”“Aku sudah sering memperingatimu, Rhodes.”Empat bulan lama-nya, dan pembicaraan serius itu masih menjadi suatu lipatan yang menggunung di benak Kingston. Tidak ada solusi, sedikitpun untuk memecahkan kegelisahan bertingkat yang membuat Kingston nyaris tidak bisa memikirkan apa pun, selain bagaimana cara mempertahankan keduanya, Pandora dan makhluk mungil; masih bersemayam di dalam perut yang telah membengkak.Kingston menegakkan tubuh ketika pintu kelas dibuka. Postur tingginya tidak sulit menemukan Pandora paling terbelakang; sedikit kesulitan melangkah dengan keadaan perut sebesar itu. Paling tidak, Kingston harus menunggu beberapa mahasiswa mendahuluinya, kemudian diliputi ge