Rosaline hanya memakai dress rumahan karena hari ini ia tak berniat berangkat ke kantor. Meski rambutnya masih sedikit basah, ia tetap menggulung rambutnya secara asal agar tak mengganggunya memasak di dapur. Semalam ia tak sempat makan malam karena perasaannya yang sedang marah tak menentu hingga membuat ia kehilangan selera makannya. Kini ia merasa sangat lapar setelah semalaman ia mengeluarkan banyak energi.
Rosaline memasak nasi lalu ia tinggal menyiapkan lauk dan sayurnya. Sepertinya hanya dengan roti isi saja tak akan bisa membuat perutnya merasa kenyang kali ini.
“Baunya harum.” Adhikari berjalan menghampiri Rosaline di dapur.
Rosaline menyerngit melihat Adhikari yang bertelanjang dada dan hanya memakai celana panjang yang kemarin ia gunakan. “Kamu ngapain nggak pakai baju?”
“Nggak nyaman pakai baju bekas kemarin. Ini aja kalau aku nggak takut kamu ngamuk aku nggak bakal pakai celana ini lagi.”
Rosaline mengerutkan keningnya saat ia mencium aroma kopi. Selesai berpakaian ia kemudian keluar kamar dan menemukan Adhikari yang telah siap menunggunya untuk sarapan.“Aku hanya membuat roti panggang dan kopi hitam. Sebelum ke kantor sarapanlah dulu setelah itu aku akan mengantar kamu ke kantor.”Rosaline mendudukan dirinya di kursi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia bahkan lupa jika semalam Adhikari tak juga meninggalkan apartemennya, entah pria itu tidur di kamar sebelah atau di depan TV ia tak ingin bertanya. Ia tak ingin banyak berdebat dan membiarkan Adhikari melakukan apa yang ingin pria itu lakukan.“Apa tidurmu semalam nyenyak?”“Lebih nyenyak lagi kalau kamu nggak ada di apartemenku.” Rosaline mulai memakan sarapan yang dibuatkan oleh Adhikari.Adhikari terdiam, ia tahu bahwa saat ini Rosaline sedang dilema dengan hatinya meski sebenarnya wanita di hadapannya ini masih sangat mencintainya seperti h
Rosaline terharu menyaksikan acara sakral pernikahan Dini dengan Raka, bahkan ia pun sampai menitikan air mata haru dan bahagianya.Rosaline duduk bersama orangtuanya dan juga Jasmine menyaksikan acara sakral itu.“Ayo kita ke sana, Kak. Kita ucapin selamat buat Kak Dini dan suaminya,” ajak Jasmine.“Iya, ayo.”“Ayo, Ma, Pa,” ajak Jasmine.Mereka berempat berjalan menuju pelaminan untuk mengucapkan selamat pada sepasang pengantin baru itu.“Dini, Raka, selamat ya. Semoga kalian dilimpahkan dengan berbagai macam keberuntungan, kebahagiaan dan cinta. Semoga pernikahan kalian langgeng.” Rosaline memeluk tubuh Dini dan Raka berantian.“Makasih
Kinanti merasa sangat resah karena sudah satu minggu ini Adhikari tak pulang ke rumah. Entah mengapa hatinya merasa tak tenang karena semakin hari suaminya itu semakin sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba saja ia teringat dengan sosok wanita karir mantan kekasih dari suaminya.“Mungkin aja kalau aku juga kerja, Mas Adhi nggak akan kerja banting tulang sekeras ini sampai seminggu nggak pulang-pulang. Bahkan untuk sekedar menerima telpon atau membalas pesan aku aja Mas Adhi nggak sempat,” gumam Kinanti.Kinanti meraih tasnya lalu berjalan mencari keberadaan asisten rumah tangganya.“Bik, aku mau pergi ke rumah mertuaku. Bibik nggak usah masak buat makan siang.”“Iya, Bu.”Kinanti pergi dari rumahnya menggunakan taksi menuju rumah mertuanya. Ada beberapa hal yang harus ia luruskan dengan adik iparnya. Terakhir kali ia bertemu dengan Laksmi dalam hubungan yang tak baik.“Mama.”&nb
Rosaline sudah mulai nyaman dengan kehadiran Adhikari dalam hidupnya. Bahkan selama dua minggu ini Adhikari terus menginap di apartemennya. Ia sudah melupakan bahwa Adhikari masih berstatus sebagai suami dari wanita lain.Setiap hari Adhikari selalu mengantar dan menjemput Rosaline bekerja, ia juga akan dengan senang hati mengantar ke mana saja Rosaline akan pergi. Namun pada kenyataannya mereka tak akan pergi ke mana-mana, mereka hanya bisa mengurung diri mereka di dalam apartemen karena status hubungan mereka yang tak lazim.“Sayang, nanti aku mau pulang ke rumah.” Dengan sedikit rasa takut Adhikari mengutarakan niatnya kepada Rosaline. Saat ini mereka sedang berada di dalam mobil perjalanan menuju ke apartemen.“Udah kangen sama istri kamu?” sahut Rosaline tanpa ingin menatap ke arah wajah Adhikari.“Bukan gitu, Sayang. Kan udah dua minggu ini aku nggak pulang sama sekali.”“Ya pulang aja. Aku juga nggak
Rosaline terbangun saat merasakan ranjangnya sedikit bergoyang. Ternyata Adhikari sedang turun dari ranjang. Ia juga melihat bahwa prianya itu sedang memakai pakaiannya dengan tergesa.“Kamu mau ke mana, Dhi?”Adhikari menolehkan kepalanya ke arah Rosaline. “Sayang, kamu jadi ikutan kebangun? Kamu tidur lagi aja, ini baru jam tiga.”“Kamu mau ke mana?” Rosaline mendudukkan dirinya bersandar di kepala ranjang seraya mengapit selimutnya di kedua sisi tangannya agar selimutnya bisa menutupi tubuhnya yang saat ini masih dalam keadaan telanjang.“Aku harus segera pulang sebelum Kinanti sadar aku pergi dari rumah.”Wajah Rosaline berubah muram, ia tak suka mendengar ucapan yang prianya itu lontarkan. Tahu akan hal itu, Adhikari berjalan menghampiri wanitanya itu.“Sayang, nggak mungkin kan kalau aku tiba-tiba kembali tinggal di sini padahal aku kemarin sore baru pulang ke rumah. Aku janji akan
“Masuk!” seru Rosaline saat pintu ruang kerjanya diketuk dari arah luar.“Pagi, Ibu Rosaline!” seru Dini dengan suaranya yang ceria. Ia berjalan menghampiri Rosaline.“Dini? Kamu udah pulang? Gimana bulan madunya? Asik dong?” Rosaline berdiri dari kursi kebesarannya dan langsung memeluk tubuh Dini.“Semuanya sempurna! Aku nggak nyangka kalau ternyata nikah itu enak banget. Dan yang terpenting sekarang ini aku dan Raka udah bisa bercinta kalau kita udah sama-sama bergairah.”Rosaline tersenyum. “Terus gimana sama Raka? Dia juara di ranjang nggak?” goda Rosaline.“Andai aja kamu tahu dan bisa ngrasain, Rose. Ternyata begituan itu rasanya enak banget!” ucap Dini seraya tersenyum dan hal itu membuat Rosaline tertawa karena geli dengan ucapan dan ekspresi Dini.“Aku sebenernya mau cerita lebih banyak lagi tapi aku takut kamu malah jadi kepengen. Kan bahaya kalau kamu sa
Keesokan paginya Rosaline berangkat dari rumah orangtuanya menuju kantor. Kali ini tentu saja ia harus berangkat ke kantor lebih awal karena jarak dari rumah orangtuanya lebih jauh dari pada di apartemen.Pagi ini Jasmine juga terlihat lebih ceria tak seperti semalam yang cemberut, itu semua karena kakaknya ternyata menyetujui usulan konyolnya.Sampai di kantor ternyata ia memiliki jadwal pertemuan dengan orang-orang perwakilan dari Paraduta Grup, tentunya salah satu dari orang itu adalah Adhikari.“Ibu Rosaline, meeting akan segera dimulai. Orang-orang dari Paraduta Grup sudah ada di ruang meeting.”“Iya, mari kita ke sana.” Rosaline berdiri lalu merapikan pakaiannya setelah itu barulah ia berjalan menuju ruang meeting.Rosaline dan Adhikari saling tatap untuk beberapa saat, namun sorot mata mereka kali ini berbeda dengan sorot mata mereka beberapa waktu lalu.Meeting berjalan dengan sangat baik dan lancar karena ten
Kinanti pergi ke rumah Hastari dengan membawa tas berisi beberapa stel pakaiannya setelah Adhikari berangkat kerja.“Loh, Kinan?! Ada apa?” seru Hastari saat melihat kedatangan Kinanti ke rumahnya. Ia begitu panik karena saat ini Kinanti juga sedang membawa tas berukuran sedang.“Mama, aku kangen banget sama Mama.” Kinanti langsung memeluk tubuh Hastari.“Ayo, masuk.” Hastari mengajak Kinanti memasuki rumah.“Kamu nggak lagi ada masalah kan, Nak?” tanya Hastari panik.“Nggak kok, Ma. Mama tenang aja, aku ke sini karena Mas Adhi lagi dinas ke luar kota aja,” ucap Kinanti seraya mengulas senyumannya. Ia harus bisa menenangkan mamanya agar tak perlu terlalu khawatir.Hastari mendesah lega, tadi ia pikir anak dan menantunya sedang ada masalah hingga sekarang ini anaknya pulang ke rumahnya dengan membawa pakaiannya. “Syukurlah, Mama pikir kalian bertengkar.”“Ngg