Jadwal OSPEK pun tiba, Agista sangat bingung karena harus berabgkat sangat pagi. Dengan cara apa dia berangkat ke kampus jika dengan jalan kaki.
Namun lagi-lagi Gino yang mampu jadi penolong, dia sudah stand by memarkirkan mobilnya di sebrang jalan rumahnya untuk menjemput Agista. "Itu Gino!" gumam Agista. Gino langsung keluar dan membukakan pintu mobil dan mempersilakan Agista masuk. Setelah masuk dan duduk di samping jok mobil Agista mengucapkan terima kasih dengan penuh haru."Gin, terima kasih ya kamu selalu ada saat aku butuh pertolongan," nada Agista lirih memancing Gino untuk menoleh ke samping untuk melihat wajah Agista. "Gis!" panggil Gino. Agista pun menolahnya, Gino memberinya tisu untuk mengelap air matanya. Agista pun meraihnya dan segera mengelap air matanya. "Uang hasil penjualan rumah di kampung tidak bisa aku nilmati"Aku jilatin nih bekas bibir kamu, biar aku jatuh cinta!"Agista menantang Gino dengan sengaja menjilat bekas bibirnya dibagian atas botol.Gino pun tertawa renyah melihat tingkah Agista yang lucu tersebut."Ammin Yarobal Alamin!"Gino lanjut balas mengaminkan ucapan Agista tersebut sambil mengusapkan kedua tangannya ke wajah culun dia."Ucapan adalah do'a!" sambung Gino dengan menyalakan kembali mobilnya dan melaju ke arah kampus.Gino tak hentinya senyum-senyum sendiri karena tingkah Agista.Hingga sampai di area parkir kampus, Gino segera mencari tempat kosong untuk memastikan mobilnya aman terkendali."Ayo turun!" ajak Gino.Gino dan Agista terlambat lima menit, mereka langsung lari berhamburan ke aula kampus.Sebuah pemandangan yang sangat di luar dugaan Agista, ternyata ketua panitia ospek di k
"Apa nggak ada ancaman yang lebih manis dari pada ini?" Agista balik bertanya sambil mendekatkan wajahnya pada Gino, lalu Agista membalikkan badannya setelah menerima dua lembar uang untuk ongkos ojeg online.Namun ketika tangan kanan Agista memegang pintu mobil dan hampir membukanya. Gino memegang tangan Agista dan menerima tantangan Agista seraya berkata."Ancaman aku akan lebih manis jika kamu menerima aku sebagai pacarmu!""Gin tolong hentikan kekonyolan ini!"Gino tidak menghiraukan seruan Agista, Gino malah mencium punggung tangan Agista dengan penuh kelembutan.Pintu mobil terbuka sedikit, tangan Agista spontan terlepas gara-gara suara mamanya Gino memanggilnya."Gis!""Iya buk!" jawab Agista dengan segera membuka lebar pintu mobil Gino dan mencium tangan mamanya Gino.Gino pun ikut keluar dan segera mencium pipi mamanya dan merangkul mamanya di depa
Ibu Monika melihat-lihat hasil dari jepretan Om Ridwan dan memperlihatkan pula pada Agista."Lihat, kalian serasi banget tahu!""Aamin Yarobal Alamin,"Gino menyahut ungkapan ibu Monika dengan mengaminkan ucapannya.Ibu Monika pun tersenyum merekah karena melihat aura bahagia di wajah putranya tersebut."Gin, kita,berhenti di depan!"Ibu Monika kembali menyerukan Gino untuk parkir di sebuah tempat yang akan dia singgahi lagi."Tapi Bu, saya kan harus kerja di butik Ibu?" sergah Agista."Pemotretan tadi itu adalah bagian dari pekerjaan kamu, dan ini bayarannya!"Ibu Monika memberinya amplop kuning berisi uang, yang dia lihat langsung."Apa ibu tidak salah hitung? Ini jumlahnya banyak sekali Bu!" wajah Agista seketika pucat pasi karena uang yang ada di amplop banyak sekali.
"Ambil baju ini dan segera coba! Keluar sebentar karena aku ingin melihatnya,"Tanpa basa basi lagi Agista menuju kamar pas, dia mencoba pakaian kaos lengan panjang dengan kardigan tanpa lengan berbahan jeans.Agista keluar sebentar untuk memperlihatkan ke Gino."Gin! Bagaimana nih?"Gino mengacungkan jempol sambil melempar senyum manis."Wajah pacar Mas itu cantik dengan postur tubuhnya yang tidak terlalu tinggi tidak pendek juga, memakai baju apa pun sangat menarik. Meski pun memakai hijab, penampilannya tetap modis karena perpaduan celana jeans dan kardigan berbahan jeans juga," ungkap kasir yang berada di samping Gino.Gino tersenyum penuh bahagia ketika kasir tersebut menyangka jika mereka pacaran. Gino membalas kasir tersebut dengan sebuah kata."Perfect!"Setelah mencoba beberapa potong baju yang semuanya bermodel sporty
"I-iya Gin," Agista menjawab dengan ragu.Gino mau melanjutkan pertanyaannya namun tercegah oleh perawat mempertanyakan keluarga dari pasien yang mengalami kecelakaan tersebut."Apa ada keluarga dari pasien yang bernama Yuda?"Agista langsung sigap berdiri dan mengiyakan pada perawat jika dia adalah salah satu dari keluarganya Yuda."Saya Sus!"Gino nampak heran campur marah melihat Agista begitu perhatian pada lelaki yang sudah mencampakkan dirinya."Pasien mengalami luka yang cukup serius, jadi harus dirawat beberapa hari di rumah sakit!" ujar dokter yang memeriksa Yuda di IGD.Agista kebingungan jika menyetujui dia harus mempertanggung jawabkan biayanya dan harus bayar daftar di bagian administrasi. Telunjuknya diketuk-ketuk ke kepalanya berharap muncul sebuah solusi.Sepuluh menit kemudian Agista fokus pada ponsel u
"Cup ah!"Suara bibir Gino mencium kening Agista, mereka saling berpamitan. Namun Gino menahan tangan Agista seraya berujar."Aku harus yakinkan jika tantemu tidak ngomel-ngomel karena kamu pulang larut malam!"Agista mengiyakan ucapan Gino, mereka berjalan ke arah gang sempit rumah Tante Rini dan Om Dudi.Namun baru saja sampai di teras rumah, terlihat dua tas butut bertumpuk di depan pintu."Ini tas apaan?" tanya Agista pada dirinya sendiri."Kamu coba buka dulu!" saran Gino.Agista mencoba mengikuti saran Gino untuk membuka tas tersebut. Baru saja setengahnya Agista sudah sadar jika semua pakaian yang ada di dalam tas tersebut adalah miliknya. Begitu juga di dalam tas yang satunya lagi.Tubuh Agista tersungkur ke lantai dengan air mata yang sulit dia bendung.Gino sang lelaki yang tulus mencintainya merangkul da
"Kamu kok jahil banget sih Mon?" Gino marah pada Mona.Mona nggak terima jika Gino memarahinya karena dia adalah putri dari salah satu dosen di kampus tersebut."Heh, culun! Apa urusan lo?" Mona nyolot dengan pertanyaan Gino."Gua lupa, jika si culun itu memang cocok dengan si kucel,"Kelakar tawa dari gengnya Mona pun sangat keras terdengar sampai keluar kelas. Mereka tidak sadar jika dosen yang akan mengajarnya sudah ada di balik pintu dan mendengar dan melihat semua yang sudah terjadi."Ehmmm!"Pak Robi dosen Akuntansi sudah ada di depan pintu, sontak semua mahasiswa berhamburan kembali ke kursi masing-masing yang semula mengerumuni Agista, Gino dan Mona."Kalian ini sudah berpredikat mahasiswa, jadi berhenti bersikap kekanak-kanakan!" seru Pak Robi.Semua mahasiswa tertunduk tanpa ada satu pun yang bicara."Di
Andika kaget dengan foto wanita yang diberikan Yuni kepadanya. Karena dia Agista yang berkenalan di area parkir kampus saat mobil Gino mogok."Dia kan ceweknya si Gino, memangnya dia punya salah apa sama Yuni?" benak Andika bertanya-tanya."Terus gue harus ngerjain Agista kayak apa yah?" Andika menopang dagu dengan kedua tangannya sambil mencari ide apa yang harus dia kerjakan untuk membuat Yuni merasa puas dengan kerjanya.Keesokan harinya ada sebuah momen yang serba kebetulan, ternyata Andika dan Agista berada di satu komplek kos-kosan yang sama.Agista sadar ketika dia bersiap pergi ke kampus dengan berjalan kaki sedikit dari kos-kosan menuju halte bus. Sebuah motor gede terparkir di depannya."Kamu Agista kan?" Andika membuka helmnya dan segera menyapa Agista."I-iya Kak," Agista menjawabnya dengan gugup."Ayo naik! Kita kan satu arah," tawar Andika.&nbs