Share

Orang Gila

Cahaya matahari pagi mengintip kedua orang yang masih terlelap, Flora mengernyitkan matanya. Tubuhnya amat lelah karena semalam telah bertempur hebat, dia tidak menyangka Suaminya tak memberinya celah untuk istirahat.

Dia memutar posisinya menghadap pria yang saat ini masih tertidur lelap, tampan. Hanya satu kata yang dapat dia ucapkan.

Pria yang sudah menemaninya kurang lebih 7 tahun serta sudah memberikan kesempatan untuknya menjadi seorang Mama.

Sebelumnya semua amat sempurna, tetapi kenapa semua mengikis perlahan. Kebahagiaan menghilang seiring berjalannya waktu.

Apakah cintanya memang sampai di sini, ataukah ini memang cobaan sesaat?

Semua pertanyaan memenuhi otak Flora, dia tak tau apakah rencananya ini akan membuatnya sadar atau malah mengacaukan segalanya.

Lamunan Flora terpecah saat mendengar suara ponsel Demian, dia melempar pandangan ke arah jam yang masih menunjukkan pukul 5 pagi.

Apakah urusan kantor harus sepagi ini, dengan malas Flora mencari benda pipih yang sedari tadi berbunyi nyaring. Bahkan si Empunya saja tidak bergerak sedikitpun.

Flora meraih ponsel yang berada di nakas sebrang, dia melewati Demian yang tertidur pulas. Namun tangan kekarnya tiba-tiba mendekap erat dan membawanya kedalam selimut.

"Mau kemana sih?" gerutu Demian, matanya masih terpejam.

"Ada telfon, siapa tau penting." sahut Flora yang mengeluarkan kepalanya dari dalam selimut.

"Biarin aja, masih pagi juga." ucap Demian semakin mempererat dekapan.

Tanggung kalau tidak di angkat, Flora segera melihat layar ponsel dan mencari tau siapa yang menelepon pagi buta seperti ini.

Matanya semakin membulat membaca nama yang lebih mirip seperti kode ini. 'Berkas Kantor' lucu sekali nama kontaknya.

Tanpa pikir panjang Flora segera membuka ponsel itu kembali, sayangnya tujuannya terhalang akibat ponsel tersebut di kunci.

Bukan Flora namanya bila tidak punya akal, dia menaruh jari Demian dan mengarahkan wajahnya ke layar ponsel. Dan sekejap kunci itu terbuka.

Flora menyibak selimutnya dan mengambil gambar dia dan Demian yang setengah polos. Dirinya tau diri kalau tubuhnya tak semolek pemilik kontak ini, tetapi satu foto ini mungkin bisa mematik api bukan?

Setelah mempunyai beberapa foto, Flora segera mengirimkan lewat aplikasi hijau Demian. Dengan cepat terlihat dua centang biru di pojok bawah gambar.

Terukir senyum tipis, tak menunggu waktu lama ponsel tersebut berdering. Tak mau melewatkan kesempatan emas, Flora segera menarik tombol hijau ke atas.

"Kelihatannya kau tidak sabar?" kekeh Flora.

"Maaf Bu, ada berkas yang harus di tanda tangani oleh Pak Demian." jawab Rebecca dengan nada kesal.

Meskipun dia sudah tertangkap basah, tapi dirinya tak mau terlihat malu di hadapan upik abu ini.

"Tadi aku sudah mengirim foto bukan, Pak Demian sedang tidak bisa di ganggu." ucap Flora dengan anda dingin.

"Tapi Bu client sudah menunggu berkasnya, jadi tolong ..." Rebecca sudah tak mampu menahan emosi.

Padahal Demian pernah bilang tidak pernah menyentuh Istrinya lagi karena tubuh kerempengnya yang membuat dia tidak bernafsu. Dan lihat, apa yang dia lihat sekarang?

Keduanya polos dengan pose di dalam selimut, dasar buaya. Kenapa setiap lelaki sama saja, tidak bisa tahan kalau tidak melihat buah Peach yang terbelah.

Flora semakin kegirangan mendengar suara wanita di ujung sambungan, sepertinya dia mulai terbakar emosi.

"Jadi kau tidak bisa mengurus semuanya? Kalau kau mau, aku bisa menghubungi orang yang dapat membereskan ini semua," Flora semakin tegas.

Dia tidak mau terlalu mengalah lagi, perusahaan ini adalah miliknya dan dengan entengnya sekertaris sepertinya bisa membuat keputusan sendiri, benar-benar tidak tau malu.

"Maafkan saya Bu, saya akan membereskan semuanya." jawab Rebecca menutup telpon.

Flora tertawa kecil, dia tak menyangka sekertaris itu sampai berbuat senekat ini. Sepertinya memang benar dia harus mengamankan berkas perusahaan dengan cepat.

Bila dengan terang-terangan dia tak tau malu merebut suaminya, bukan masalah sulit untuk mengeruk asetnya di perusahaan.

Dia segera mencari ponselnya, tangan menyibak selimit dan beberapa bantal yang berantakan di sekitarnya.

Pergerakan Flora membuat Demian terbangun dan tidak bisa melanjutkan tidurnya.

Dia mendengar sang Istri menelpon seseorang, entah siapa itu? Bodohnya Demian sama sekali tak menyangka bahwa itu Rebecca.

"Apa ada masalah di rumah?" tanya Demian sambil mengucek matanya.

"Tidak, Mbok bilang ada tikus yang masuk kamarku. Dia masuk lemari dan setelah itu tidur di kasur kita," jawab Flora enteng.

"Dasar tikus kurang ajar, bukanlah ada Pak kebun?" sahut Demian polos.

"Iya tadi aku udah suruh mereka untuk membunuh tikus itu," sahut Flora mengembangkan senyum.

"Bagus, lalu buang ke sungai biar bau busuknya nggak kemana-mana." Demian membuka selimut dan hendak turun dari kasur.

"Oke Sayang," Flora mengeluarkan suara manjanya.

Demian baru sadar saat melihat ponselnya sudah tak berada di tempat, matanya terbuka lebar, rasa kantuk yang melandanya mendadak hilang.

Dia mengurungkan niatnya untuk pergi ke kamar mandi dan tidur kembali.

Melihat ini Flora tak mampu menahan tawa, sepertinya sang Tikus sudah menyadari semuanya.

"Kon nggak jadi?" tanya Flora pura-pura tidak mengerti.

Ponsel Flora berdering kencang, dia mencari sumber suara. Dia tak menyangka ponselmua berada di kolong kasur, entah bagaimana caranya benda itu bisa sampai di bawah sana.

Flora merapikan rambut dan segera mengambil posisi menggelayut manja kepada Demian.

"Halo Sayangku semua," sapa Flora dengan ceria.

Di layar ponselnya terpampang dua orang anak kecil berusia lima tahun dengan paras yang sama persis. Keduanya melambaikan tangan ke arah Flora dan Demian.

Mereka sangat bahagia melihat Dady dan Momynya bersama, ada raut wajah sedih namun lebih dominan ke bahagia.

Baru kali ini mereka melihat Dady dan Momynya tidur seranjang.

"Momy kapan pulang? Mbok nggak bisa buat roti bakar seperti punya Momy," rengek sang Putra.

"Sudahlah Mom jangan dengarkan dia, aku akan membuat roti bakar untuknya." sahut Putrinya.

Keduanya tampak imut, mereka adalah Keyla dan Reynard. Anak kembar yang telah membuat hari-hari Flora lebih bahagia.

Berkat mereka Flora kuat sampai di titik ini, menahan semua sakit hati karena perselingkuhan. Bertahan di rumah tangga yang bisa hancur kapan saja.

Ini adalah alasan utama Flora menghindari perceraian, dia tidak mau kalau anak-anak akan merasakan kesepian tanpa hadirnya sosok Dady.

Mereka masih kecil dan membutuhkan banyak kasih sayang.

"Halo Jagoan dan Princess Dady, tumben sudah bangun?" sapa Demian tak kalah ceria.

"Kami tidak bisa tidur pulas, Mbok tidak bisa memasak untuk kami Dad. Ayo cepat pulang," Rey terus merengek.

Mungki ini yang di maksud lebih dewasa wanita dari pada pria. Padahal umur mereka sama, namun Key sudah memiliki pemikiran dewasa.

Baru beberapa detik kebahagiaan yang di rasakan Flora, akan tetapi ...

"Halo Guys ... Tante mau cari Dady kalian? Apakah ada di rumah?" tanya sekarang wanita yang berdiri di belakang kedua putra-putri Flora.

Anehnya dengan wajah ceria kedua anaknya menyambut hangat kedatangan wanita tersebut, mereka memeluknya hangat seolah sudah mengenal akrab.

"Tante Rebecca?"

Apa? Di jam seperti ini, Jam lima pagi. Dengan mudahnya dia masuk rumah orang tanpa permisi, tikus ini benar-benar tidak tau malu.

Sementara di belakang Mbok hanya biasa saja, apakah mereka benar-benar merencanakan sesuatu yang Flora tidak tau?

Jangankan Flora, Demian bahkan tak berkedip. Nyali wanita itu cukup besar juga, apakah dia tidak pernah berpikir keselamatan berkerja? Apa yang akan di pikirkan Flora saat dia bertamu di jam pagi buta seperti ini?

"Si-siapa dia?" tanya Flora berusaha mengorek informasi dari kedua buah hatinya.

"Dia Tante Rebecca, dia adalah bunda kami ..."

"Apa!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
bnr2 nih c Rebecca Sama demian laknat semua,sengaja yah mau ngejauhin flora Sama anaknya2 dasar lonte
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status