Tergoda Gadis Muda
Pantulan sinar matahari menyentuh pipi mulus Lala. Gadis itu mengeliat bagaikan anak kucing.Menatap sekeliling ruangan. Meraba bagian samping. "Eh, kosong. Ke mana dia?"
Lala masih ingat kalau Arka tidur dalam satu sofa dengannya. Rasanya sangat nyaman dan tak bisa dilupakan begitu saja.
Kaki mulusnya turun menyentuh lantai dengan keramik putih polos. Bayangan Lala terlihat di dalamnya.
Lala mendengar suara di arah dapur. Seperti seseorang yang sedang bercakap. Perlahan mendekati dapur tersebut.
Lala mengintip di balik tembok dan mendengarkan percakapan mereka.
Laila memeluk Arka dari arah belakang. Sedangkan, Arka sedang menyiapkan sarapan untuk mereka.
Sosis dan nugget goreng terlihat di meja dekat kompor gas hitam dua tungku. Suara air mendidih terdengar jelas. Arka mematikan kompor tersebut.
"Mas, apa kamu tak rindu denganku?" tanya Laila dengan mesr
Tergoda Gadis Muda"Hijab rapi ternyata mulutnya gak sesuai penampilan," cibir Lala dalam hati. Kalau tak ada Rafatar, Laila sudah diserang dan habis dibantai Lala.Sejak tadi Laila selalu saja melarang ini dan itu. Begaikan pembantu dan majikan. Lala hanya bisa menatap dalam diam.Beberapa kali Arka meminta maaf atas perlakuan mantan istrinya kepada Lala.Laila sengaja melakukan hal tersebut agar Lala tak nyaman dan segera pergi. Namun, Arka melarangnya."Lala, maafkan Laila. Dia gak bermaksud demikian. Jangan diambil hati.""Saya gak ambil hatinya. Munhkin, hatinya sudah mati dan tak terbentuk lagi." Sindirian Lala menancap di dada Laila.Arka melihat jelas sikap Laila mengomel karena bermain tidak-tidak. Entah mengapa Laila bisa sebawel itu biasanya wanita itu tak demikian."Lala, jangan ajak Rafatar lari-larian nanti dia jatuh," teriak Laila yang selalu menyalahkan Lala.&nbs
Tergoda Gadis Muda Senyum di wajah lelaki berjaket hijau terlihat gugup. "Selamat sore, Nyonya Eni." "Sore." Tubuh Eni menegang. "Saya datang mengirimkan paket ini untuk Anda. Silahkan diterima." Eni mengerjap-ngerjapkan mata. Menatap bunga mawar merah yang sangat indah. "Ini untukku?" "Iya, untuk wanita cantik dan memesona," puji lelaki itu. Wajah Eni bagaikan kepiting rebus. Sekian lama menjanda jarang ada yang memuji kecantikannya. Pria berjaket hijau menekuk lututkan dan menyodorkan kotak berudu. "Eni, mau' kah kamu menjadi istriku untuk yang terakhir." Eni terkejut, pinangan lelaki itu sangat mendadak. Tak ada angin tak ada hujan datang tiba-tiba membawa kejutan. Selama ini Eni dan Devin hanya jalan biasa saja. Devin tak pernah mengungkapkan perasaannya. Ia tak ingin memiliki pacar melainkan ing
Tergoda Gadis MudaEni telah siap dengan gaunnya. Menatap pantulan cermin dirinya. Seminggu setelah ujian Lala telah selesai, wanita yang telah menjanda beberapa tahun akhirnya akan segera dimiliki orang. Dirinya sulit jatuh cinta begitu juga Devin.Devin gagal dengan rumah tangganya strinya telah selingkuh dengan temannya sendiri dan divonis memiliki penyakit serius.Tak lama kemudian istri Devin meninggalkan dunia selama-lamanya. Kesalahan istri Davin amat fatal telah melakukan hubungan dengan lelaki lain.Lala berada satu ruangan. Menghampiri sang ibu. Memeluk tubuh Eni dari samping. Tatapan Lala ke arah cermin. Kecantikkan ibunya tak pernah hilang."Ibu cantik sekali," puji Lala. Menatap dari pantulan cermin besar dalam kamar Eni."Terima kasih. Kamu juga cantik." Mencium pipi Lala lembut.Melihat sang ibu bahagia tentu saja Lala bahagia. Lala belum memberitahu keinginannya kuliah di luar
Tergoda Gadis MudaFlashback Arka"Untuk sementara kamu kami penjara," ucap salah satu petugas berseragam coklat.Arka masih berada di kantor polisi. Tuduhan itu amat menyakitkan Arka. Semua laporan mengacu pada dirinya.Arka memang nakal, tetapi ia bukan pembunuh. Menyakiti seseorang dengan cara demikian."Saya tidak bersalah, saya tak mau dipenjara. Saya bukan pembunuh. Saya mau pulang!" teriak Arka tak terima.Kedua orang tua Arka belum diberitahu. Para petugas sedang manjemput mereka di ŕumah Arka."Bawa dia masuk!" perintahnya."Jangan Pak! Saya tak bersalah. Kalian memfitnah saya. Saksi itu berbohong. Itu tidak benar!" Arka bagaikan orang yang kesetanan. Meraung, berteriak dan menolak untuk dibawa masuk."Mohon kerja samanya atau kami bertindak kasar. Untuk sementara kamu berada di sini dulu.""Saya tidak mau!"Para petugas memaksa Arka
Tergoda Gadis MudaFlashback Arka"Kamu mau makan apa?" tanya Laila di kantin kampus Laila. Menatap Arka yang berada di depannya."Es capucino aja. Esnya yang banyak sama kentang goreng." Mulutnya terbuka namun, matanya tetap ke ponsel. Arka fokus ke layar.Laila mendekati ibu kantin dengan langkah perlahan dan menunggu giliran memesan makanan dan minuman.Pada jam segini, kantin terlihat ramai. Para mahasiswa tidak langsung pulang. Mereka akan mengobrol atau nongki di kantin dibandingkan berada ada di rumah.Laila memesan dua es capucino dan, sosis bakar dan kentang goreng ektra mayo. Memberikan uang selembar warna biru. Sudah peraturan dari kantin harus bayar lebih dulu.Laila kembali ke meja dan duduk di kiri Arka. Mendesah pelan melihat sahabat yang sedang serius.Melirik Arka disebelahnya. Mata elang lelaki itu fokus ke arah ponsel. Jari-jemari sibuk menekan layar p
Tergoda Gadis MudaFlashback Arka dan LailaArka mengantar Laila ke taman bermain. Mereka hendak pulang, tapi langit menurunkan air dan membasahi bumi dan menyegarkan udara yang panas."Hujan, kita neduh dulu." Air menetas membasahi kulit mereka. Arka tak membawa jas hujan.Cuaca tadi siang sangat cerah. Arka tak meletakkan jas hujan di motor."Tanggung, bentar lagi sampe rumah. Tinggal belok doang."Tinggal belok beberapa kali. Padahal, jaraknya masih jauh sekali. Laila ingin segera sampai.Mereka pergi mengunakan motor matik milik bapak Arka. Hujan semakun lebat, petir saling bersahutan. Tubuh mereka telah basah. Laila memeluk Arka erat. Meletakkan kepala di punggung pemuda itu."Neduh dulu, ya?" ajak Arka untuk kedua kali. Sedikit berteriak karena hujan deras."Gak mau. Jalan terus!" tolak Laila tak peduli hujan sederas apapun.Ar
Tergoda Gadis Muda Hujan di luar mulai mereda. Laila menutup tubuh dan menangis pilu. Menatap noda merah di seprai coklat polos milik Arka. Walaupun, berwarna gelap ia bisa melihat bercak dara yang masih segar. Noda yang tak amis seperti darah dalam kulit.Hatinya pilu bagaimana nasib bunga yang telah dipetik lebih awal. Kembang yang masih kuncup kini merekah karena telah terjamah. Rahim kering telah basah akibat perbuatan mereka.Cairan putih tertimbun di dalam dan berenang mencari sel telur. Mereka beramai-ramai menembus dinding. Jika, tak berhasil mereka akan mati dan keluar menjadi air kental berbau."Hiks ... hiks ... hiks ... bagaimana ini. Aku ... udah gak perawan. Hiks ... hiks." Laila terisak setelah kenikmatan sesaat itu telah tercapai.Penyesalan itu datang terlambat. Setelah berbuat baru menyadari dampak dari semuanya.Arka duduk dipinggir ranjang. Menatap ke arah lain. Ia menyesali se
Tergoda Gadis Muda "Laila, Arka. Dia ...." Suara angin berhembus kencang."Laila, kenapa? Suara elu putus-putus. Gak jelas!" Arka berteriak karena temannya yang menghilang dan muncul lagi suaranya."Sorry, gua lagi di vila. Sinyalnya ngajak gelud." "Laila kenapa? Gua gak denger." "Bukan Laila, tapi bokapnya. Ternyata, dia nikah sama sepupu gua." Suara teman Arka mulai membaik karena ia pindah posisi di tempat aman sinyal."Apa! Elu yakin kalau itu bokapnya Laila?" Arka tak mudah percaya bisa saja ini fitnah atau juga yang lainnya."Yakin, gua pernah ke temu beliau. Walaupun dari jauh, tapi gua masih ingat." Mencoba mengingat kembali wajah tampan papi Laila."Elu lihat dari jauh belum tentu itu dia. Sekarang elu di mana?" "Di tempat adenya bokap gua. Gua juga kaget banget. Pengen ngomong sama Laila, tapi takut dia shock. Jadi, telepon elu