Share

Part 13 Gosip Ibu Sosialita

"Kembalian nya ambil aja ya, pak," ucap Ayu saat turun dari motor itu dan memberikan uang berwarna merah dari dalam tasnya.

"Duh kebanyakan banget uang kembaliannya, dek," ucap laki-laki yang mungkin umurnya seperti ayahnya.

"Iya sekalian saya bersedekah pak, makasih ya." Ayu berjalan memasuki Bangunan Butik besar yang ada di hadapannya.

"Eh ada Ibu Ayu," ucap salah satu pegawai yang ber-tag Meli disaat melihat Ayu masuk ke dalam Butiknya. Ayu mengedarkan pandangan nya ke sekeliling Bangunan ini.

"lya Mel, dimana yang lain kok terlihat sepi?" tanya Ayu yang menatap ke arah ke sekelilingnya.

"Ada di belakang Bu, biasa masih bersih-bersih." jawab Meli sopan.

"Oh, ya udah Mel, aku ke atas dulu ya." balas Ayu.

"Iya mbak." jawab Meli dan ia menatap punggung Ayu yang ditutupi oleh hijab.

Ayu berjalan menuju ke arah ruangannya yang terletak di lantai 2 gedung ini. sembari berjalan ia menatap hasil dari jerih payahnya selama ini, jika ayahnya tahu apa ayahnya akan senang karna anak kandungnya berhasil tanpa bantuannya? Atau malah masih sama seperti sekarang, tidak peduli? Entahlah Ayu tak ingin memikirkan yang tak mungkin di hidupnya.

Ceklek!

Ayu masuk ke dalam ruangan yang sudah lama ia tak masuki. Namun, terlihat jelas jika ruangan ini masih terawat dengan baik. Ayu duduk di kursi meja kerjanya dan melihat karya gambar yang belum diselesaikan waktu itu karna jaminan konyol ayahnya itu. "Huh."

Ting!

Ayu mendengar suara notifikasi pesan masuk dari ponselnya. Ia pun segera mengecek isi ponselnya itu siapa yang mengirimkan pesan.

Dari : Monster Kejam. Iya, Ayu sengaja memberikan nama pada nomor Kenzo dengan sebutan Monster Kejam karena ia hampir serupa begitu.

Tunggu hukuman mu saat aku pulang My angel.

Deg!

Ayu menatap horor pesan itu, apa tuan nya ini tahu? Tapi bagaimana Kenzo tahu? Ayu berjalan menuju jendela dan membukanya, ia menghirup udara segar dari luar ruangannya. Aaaaa! Apa yang bakal dilakuin tuan muda ya? apa aku gak usah pulang saja? Duh... Seharusnya aku izin tadi. Ayu menatap jalanan yang berada di depannya, tanpa sengaja ia melihat laki-laki berbadan tegap yang berdiri di samping pohon yang tak jauh dari toko ini. "Hm... Kayaknya orang itu mencurigakan." gumam Ayu sembari menatap Laki-laki itu, tiba-tiba pria itu menatap ke arahnya Ayu langsung menjauh dari jendelanya. Ia kaget saat ternyata laki-laki itu mengawasi tokonya dan ruangannya.

"Apa aku telpon polisi saja ya?" gumam Ayu pelan.

Sebelum Ayu menekan nomor polisi, ia terlebih dahulu dikagetkan dengan Lina yang membuka pintu ruangannya dengan nafas terengah-engah, karna saking panik bercampur kaget ponsel itu pun terlepas dari genggaman Ayu.

"Lin, kamu ngagetin saja" Ayu menatap lesu ke arah ponselnya yang berhasil terjatuh di atas lantai. Lalu, segera mengambil nya untuk saja ponselnya tidak pecah karna benturan lantainya.

"Eh maaf Ayu, gak papakan ponsel kamu?" ucap sahabatnya dengan rasa bersalah.

Ayu mencoba menghidup ponselnya dan akhirnya ponsel itu masih bisa nyala. "Gak papa kok Syah masih bisa dinyalain kok." sahut Ayu.

"Bagus deh berarti aku gak perlu ganti, hehe..." Ayy yang mendengar itu terkekeh dari sahabatnya hanya memasang wajah sebal bisa-bisa nya sahabatnya ini perhitungan.

"Kamu ngapain sih buru-buru kayak gitu." lanjut Ayu dengan pandangan yang masih tertuju pada ponsel malangnya.

"Eh anu itu dibawah ada Ibu-ibu berantem," ucap Leni saat sadar tujuannya ke ruangan Ayu. Ayu yang mendengar itu pun hanya menatap Lina dengan pandangan tanya.

"Berantem? ngapain berantem disini?" tanya Ayu heran.

"Itu Ayu, gara-gara gaun pesanan nyonya Keli yang kita pajang karna gak jadi."

Bruk!dug!bruk!

Ayu dan Leni membulatkan matanya ketika mendengar suara berisik dari bawah. "Ayu, ayo keburu toko ini rata sama tanah." Ayu yang mendengar ucapan Leni itu buru-buru melangkahkan kakinya menuju arah bawah.

Ketika sampai di bawah ia melihat karyawan-karyawannya sudah memisahkan kedua ibu-ibu itu. Namun, sepertinya kedua ibu-ibu itu masih beradu mulut walau sekarang mereka sudah dijauhkan satu sama lain. Untung saja tokonya masih berdiri dengan kokoh, akhirnya Ayu berjalan mendekat ke arah ibu-ibu itu yang sudah duduk di atas sofa tunggu yang di sediakan.

"Maaf nyonya ini ada apa ya?" tanya Ayu, yang ditanya pun mengalihkan pandanganya ke arah suara yang tak lain adalah suara Ayu.

"Saya mau ketemu dengan pemilik Butik ini, mana pemiliknya?" jawab salah satu ibu-ibu yang memakai pakaian hijau muda. Ayu menatap kedua orang ini, sepertinya mereka ibu-ibu sosialita karna dilihat dari pakaian dan emas-emas yang ada di tubuh ibu-ibu ini.

"Kebetulan sa..a pemilik nya nyonya ada perlu apa ya sama saya?" Ayu mengucapkan itu karna sudah berpikir matang-matang, kayaknya ia memang tak perlu menutupi semua ini pasti jika rahasia ditutupi serapat mungkin juga semuanya akan terbongkar pada waktunya. Seketika kedua wanita ini menatap kaget ke arah Ayu, Biasanya, mereka berdua jika ingin bertemu dengan pemilik Butik ini pasti ada aja alasannya yang membuat mereka tidak bisa bertemu. Namun, kali ini, akhirnya mereka bisa bertemu dengan pemilik dari karya-karya yang banyak dikagumi semua orang.

"Jadi kamu pemiliknya?" ucap wanita satunya yang memakai dress merah  yang ia tahu jika ini adalah salah satu hasil karyanya.

Ayu tersentak saat kedua wanita ini berdiri dari duduknya dan mengampiri Ayu dengan pandangan yang sulit di jelaskan. Ini keputusan baik kan? "ly..a." Karyawan nya pun menatapnya penuh tanya, biasanya Bu Bos muda nya ini tidak mau berbicara jati dirinya namun sepertinya Ayu memiliki alasan tersendiri membongkar semua yang ia tutup-tutupi selama ini.

"Wahhh... Ternyata gosip yang bilang pemilik Butik ini buruk rupa hoax yaa,Key,"

"lya Ni, buktinya pemilik nya cantik begini masih muda lagi." Semua yang ada di ruangan ini hanya menatap heran bukannya mereka tadi berantem? mengapa sekarang malah akur? terutama Ayy yang menatap ini, ia kaget ternyata kedua orang ini saling kenal dan tadi bilang buruk rupa? jahat sekali yang membuat hoax tersebut.

"Mari duduk dulu nyonya," ucap Ayu saat merasa pegal karna berdiri terus. Mereka bertiga pun duduk dan karyawan lainnya mulai melanjutkan aktivitasnya tadi yang sempat terganggu karna keributan kedua wanita ini. Lina pun sama ia melanjutkan kegiatannya di belakang.

"Maaf nyonya tadi ada keributan apa ya?" tanya Ayu karna ia mendengar Lina menyebutkan gaun milik nyonya Keli tadi.

"Kenalin nama saya Maudi Viana," ucap wanita berbaju merah.

"Kenalin juga nama saya Versyah nada, nama kamu siapa?" ucap wanita berbaju hijau muda. Ayu bingung ia harus menjawab apa? Jika ia bilang apa ibu-ibu ini akan menceritakan nya pada semua orang? Jujur saja ia belum siap jika harus melihat wajah munafik dari orang-orang yang dulu selalu menatap ia rendah, Ayu nyaman dengan ini karna ia tahu mana orang yang benar-benar tulus padanya dan mana orang yang memang benar-benar tak suka padanya.

"Duh aku harus jujur atau apa?" kata Ayu dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status