Rachel terperangah saat mendengar nama suaminya terlontar dari mulut Laura.
"Sahabat kecil Satria?" tanya batin Rachel seraya menatap wajah cantik Laura yang berdiri di sampingnya.
Wajah cantiknya seketika cemberut saat suaminya memiliki sahabat yang begitu cantik dan anggun. Oma hanya mendesah dan tak menggubris akan perkataan laura kepadanya.
Senyum laura memudar. Ia menoleh ke arah Rachel yang sedari tadi tersenyum tipis ke arahnya.
"Kamu, pasti istrinya Satria?" tebak Laura menunjuk ke arah Rachel.
Rachel tersenyum.
"I ...," kata Rachel terhenti.
"Rachel, kita pulang saja! Oma capek!" perintah oma pergi seraya mendorong scottler milik junior.
Rachel mengernyit. Ia tak mengerti apa yang terjadi sebenarnya antara oma dan Laura.
"Iya, Oma!" jawab Rachel mengambil tas kecilnya.
Laura menghela nafas panjang. Ia tak habis pikir dengan sifat jutek oma kepadanya.
Ia menoleh ke arah Rachel yang masih berdi
"Di sana pemandangannya sangat indah, udaranya juga sejuk. Bawa istri dan anak kamu juga! Aku yakin, dia pasti mau. Apalagi, dia sangat hobi bermain golf 'kan?"Perkataan dan pertanyaan sakti membuatnya terkejut. "Bagaimana bisa dia tau kalo Rachel sangat suka bermain golf?" tanya batin Satria mengerutkan keningnya.Sakti menyeringai. Ia sangat tau dengan apa yang di pikirkan oleh Satria saat ini."Semua orang tau apa hobi istri kamu, Satria. Sebelum menikah dengan kamu, banyak kegiatannya bermain golf di beranda medsosnya," tutur Sakti menjelaskan.Satria menghela nafas panjang. Ia benar-benar tak pernah tau tentang isi medsos milik istrinya."Ya sudah, aku pulang dulu! Kalo ada waktu, kamu bisa hubungi aku!" kata Sakti masuk ke dalam mobilnya.Satria menyeringai melihat Sakti pergi meninggalkannya."Bagaimana bisa aku tak tau tentang medsos istriku sendiri? Hobinya saja aku tau dari orang lain," gerutu Satria menop
Ceklek!Sesaat, senyum Rachel memudar. Ia terbelalak kaget saat Laura tiba-tiba memeluk tubuh suaminya dengan erat."Satria, akhirnya aku menemukan kamu!" kata Laura tanpa memperdulikan perasaan Rachel."Laura, lepaskan!" pinta Satria melepaskan pelukan Laura.Senyum Laura meredup. Kedua matanya menatap ke arah tangan kekar Satria yang begitu erat memegang jari jemari tangan Rachel."Satria, aku ....""Dia istriku. Dan tak seharusnya kamu bersikap seperti itu," ujar Satria bernada tinggi.Rachel menatap wajah tampan suaminya. Ia menyeringai saat Satria sangat menjaga perasaannya."Iya, maafkan aku! Aku tak bermaksud untuk ....""Jangan biasakan lagi! Semuanya sudah berubah, jangan samakan seperti dulu!" ketus Satria tegas.Hati laura seakan teriris mendengar bentakan dari satria. Suatu hal yang tak pernah terjadi sebelumnya dalam persahabatan mereka."Iya. Sekali lagi, maaf, ya! Rachel, maafkan aku, y
Lepaskan aku! Aku sangat mencintai dia. Dari dulu sampai sekarang, aku ingin bersamanya." kata-kata Laura mulai melintas di pikirannya."Siapa orang yang ia maksud?" tanya Sakti penasaran.Dengan cepat, ia mengambil ponselnya yang ada di saku celananya.Jari jemari tangannya dengan cepat menekan nomor yang ada di layar ponsel."Kamu ikuti terus ke manapun dia pergi!" perintah Sakti mematikan ponselnya."Sampai kapanpun aku tak bisa melepasmu, Laura!" gumam Sakti melirik ke arah ponselnya yang bergetar."Iya," jawab Sakti seraya mengambil jas yang tergeletak di bahu kursi.****Dinda melirik Satria. Sudut matanya mengerut melihat sahabatnya yang sedari tadi terdiam seribu bahasa."Da apa? Apa ada masalah dengan Rachel?" tanya Dinda penasaran.Satria mendongak dan menatap ke arah sekertarisnya yang begitu ingin tau tentang dirinya."Sudah selesai?" tanya Satria yang fokus pada pekerjaan yang
Ke mana dia? Tak biasanya dia seperti ini?" tanya Rachel melacak gps milik Satria. Sejenak, kedua matanya terbelalak kaget saat gps suaminya mengarah ke arah villa.Villa? batin Rachel bertanya. Ia seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat. Kedua matanya berputar melihat arah jalan yang ia lintasi satu arah menuju villa."Fajar, kita ke villa sekarang!" perintah Rachel yang mengejutkan dua pengawalnya."Tapi, Non ...," kata Bayu terhenti."Masalah oma, biar saya yang bicara! Kita ke villa sekarang!" ujar Rachel yang terlihat begitu marah."Baik, Non!" jawab Fajar melirik Bayu yang duduk di sampingnya. Bayu hanya menaikkan bahunya. Ia tak tau apa yang terjadi dengan nona bossnya. Dengan cepat, ia menulis pesan via wa untuk Doni. Ia memberitahu tentang Rachel yang akan pergi ke Villa.Rachel mendesah sebal. Tatapan matanya tertuju ke arah luar jendela mobil. Bisa-bisanya dia selingkuh di belakangku? Apa salahku sehingga ia tega melakuk
Sesampai di depan pintu, Satria terkejut saat pintu kamarnya terkunci.Di kunci? gumam batin Satria mendesah."Junior, malam ini kita tidur berdua, ya? Mama kamu lagi sensi sama papa," kata Satria tersenyum melihat putranya yang juga tersenyum ke arahnya. Celotehan kecil junior membuat rasa lelah Satria sedikit hilang.Di kamar, Rachel mulai jenuh. Ia merasa kesepian saat berada di kamar yang terbilang sangat luas. Kedua matanya tampak sembab. Jari jemari tangannya mulai mengusap air mata yang membasahi pipinya."Ya Tuhan, Junior! Bagaimana bisa aku melupakan anakku di saat aku marah seperti ini," gerutu Rachel beranjak dari tempat tidurnya seraya mengikat rambutnya yang panjang.Rachel keluar dari kamar dan mencari keberadaan junior. Kedua matanya berputar mencari keberadaan sang buah hati. Sesaat, langkahnya terhenti ketika melihat arah jarum jam yang menunjukkan pukul 23.00 WIB."Jam sebelas malam? Jadi, aku meninggalkan junior bers
Intan yang melihatnyapun terbelalak kaget. Ia seakan tak percaya melihat pemandangan yang mustahil terjadi pada atasannya itu. Kenapa pak Satria bawa junior? Ke mana Rachel? Apa dia sakit? batin Intan bertanya dan kembali melanjutkan pekerjaannya.Senyum Dinda selalu tertoreh saat melihat junior ikut datang ke kantor. Wajahnya yang imut menggemaskan dengan senyum kecil indahnya membuat Dinda tak mau jauh dari Junior."Sat, biar aku gendong!" kata Dinda merentangkan kedua tangannya dan bersiap menggendong junior."Sayang, ikut aunty dulu, ya!" ucap Dinda yang terlihat begitu bahagia."Ini sudah siap semua?" tanya Satria membuka berkas-berkas yang tertumpuk di meja."Iya, kamu tinggal revisi saja!" jawab Dinda seraya memegang pipi chubby junior."Sayang, kamu ganteng banget, sih?"Sesaat, Dinda melirik Satria yang terdiam memikirkan sesuatu. Dengan hati-hati, ia mulai mempertanyakan apa yang terjadi pada sahabatnya."Apa semua baik-baik saja? Ap
"Aku salah lagi menilainya? Ya Tuhan, apa yang aku lakukan? Tak seharusnya aku menuduh suamiku yang bukan-bukan!" gumamnya seraya menutup wajah cantiknya dengan kedua tangannya."Apa dia mau memaafkan aku?" kata Rachel membuka ponselnya. Jari jemari tangannya dengan cepat mencari kontak Satria. Tapi, ia terhenti saat rasa gengsi menghampiri dirinya."Masa' aku harus minta maaf? Dia juga salah. Tak seharusnya dia menangkap tubuh Laura seperti kemarin. Apa dia lupa jika jiwa dan raganya adalah milikku?" gumam Rachel yang masih saja cemburu buta."Tapi, apa yang di katakan Doni memang benar. Dia tak mungkin melakukannya! Kalo aku tidak minta maaf, yang ada aku juga tidak akan dengar dia untuk mengucapkan kata maaf. Apalagi, dia 'kan sangat kekeh dengan pendiriannya. Kalo dia nggak salah ia nggak mungkin meminta maaf," gumamnya cemberut.Drt ...Rachel melirik ke arah ponselnya. Kedua matanya mengerling saat Intan mengirimkan pesan untuknya.
Keesokan harinya, Oma terperangah melihat Satria presentasi sambil menggendong junior."Apa-apaan ini? Kenapa cicit oma bisa ikut kerja? Bukankah kemarin, Junior berada di rumah?" ketus Oma marah."Bondan, kita ke rumah pak Satria sekarang!" perintah sang oma seraya menutup teleponnya."Berani-beraninya, dia membohongiku!" gumam oma memicing.Seperti biasa, Rachel mempersiapkan setelan jas untuk sang suami. Senyum manis mulai terpancar di raut wajah mereka. Pelukan hangat Satria membuat Rachel tak bisa melepaskannya."Apa aku boleh kerja?" tanya Satria yang masih mengenkan kimono. Dengan lembut, ia mencium pipi istrinya.Rachel menyeringai, secara spontan tangan kanannya terbiasa mencubit pinggang Satria."Kamu tuh, ya? Hobi banget menggodaku!" kata Rachel mencubit pinggang suaminya."Sayang, sakit!" keluh Satria kesakitan."Biarin! Habisnya, suka banget godain aku. Sudah tau, punya istri cemburuan. Trus aja diledeki