Perkelahian sengit antara Saga dan Marcel baru berhenti saat keduanya sudah terkapar dan mulai kehabisan tenaga. Meski sama-sama terluka dan babak belur. Namun, jika di lihat keadaan Saga saat ini tampak jauh sedikit lebih baik daripada keadaan Marcel yang mengalami babak belur cukup parah.
Marcel terkapar di atas lantai, sedangkan Saga menyandarkan tubuhnya ke tembok. Wajah Marcel penuh dengan luka pukulan, sudut bibirnya juga robek membuat mulutnya penuh dengan darah di tambah dengan darah yang keluar saat ia terbatuk. Tidak jauh berbeda dengan Marcel, Saga pun juga sama babak belurnya. Hanya saja ia sedikit lebih beruntung karena hanya mempunyai beberapa luka pukulan di wajahnya.“Saga.” Starla memanggil Saga yang hanya diam sambil mengatur napasnya.Melihat Saga yang tengah terluka seperti itu membuat Starla ingin sekali mendekati Saga. Ia ingin membantu Saga tetapi pria itu menggeleng, melarang Starla untuk mendekat.Saga takut jikaDua puluh lima tahun yang lalu .… Saga yang masih berusia lima tahun tinggal di sebuah rumah besar bersama dengan kedua orang tuanya. Ia juga memiliki seorang adik perempuan yang masih bayi pada saat itu. Ayah Saga yang bernama Andra adalah seorang pengusaha di bidang spare part yang cukup terkenal di kotanya. Banyak sekali para pesaing yang iri melihat kesuksesan Andra pada masa itu. Bahkan tidak jarang ada juga yang berusaha menjatuhkannya dengan segala cara. Salah satunya adalah teman Andra sendiri yang bernama Herman. Saga sering sekali memanggilnya dengan sebutan Paman Herman. Suatu hari, Andra berencana ingin mengajak keluarganya pergi berlibur karena selama ini ia terus saja sibuk bekerja. Jadi ia ingin memanfaatkan waktu yang ia miliki untuk pergi berlibur dengan keluarganya. “Mama, kita ingin pergi liburan kemana?” Saga kecil bertanya kepada wanita cantik yang saat ini sedang mengganti popok adik bayi perempuannya. Wanita cantik itu bernama Sandra, Mama Saga. “Kita akan p
Andra tidak tahu bagaimana caranya ia bisa sampai ke rumah sakit. Saat ia terbangun tubuhnya sudah berada di sebuah kamar rumah sakit, lengkap dengan sebuah jarum infus yang terpasang di tangannya. Hal pertama yang langsung Andra cari adalah keluarganya. Ia menoleh, menatap sekeliling kamar yang ia tempati. Tapi ternyata tidak ada satupun anggota keluarganya yang berada di satu kamar dengannya.“Sandra? Saga? Starla?” Andra berteriak memanggil istri dan juga anak-anaknya.Mendengar teriakan tersebut membuat perawat dan dokter langsung berlari masuk ke dalam kamar perawatan Andra.“Bapak sudah bangun rupanya. Tenang, Pak. Kondisi Anda belum begitu stabil.” Kata Dokter yang berusaha menenangkan Andra.“Dimana anak-anak dan istri saya?” Andra langsung bertanya kepada Dokter yang masuk ke dalam kamarnya.“Tenang, Pak. Putra Bapak baik-baik saja,” jawab Dokter tersebut.“Lalu bagaimana dengan keadaan istri dan bayi kami?” Andra kembali bertanya dengan tidak sabaran.Dokter itu tampak diam
“Nggak mungkin!” Hanya kata itu yang terlintas di kepala Starla dan mampu ia ucapkan ke Saga. Perkataan Saga benar-benar sulit untuk ia percaya. Bagaimana bisa ia yang selama ini hidup sendirian tiba-tiba bisa memiliki keluarga?“Saga, kamu jangan berani membohongiku. Ini bukan saat yang tepat untuk kamu berbohong, Saga. Ini nggak lucu!” Teriak Starla. Ia begitu marah, kaget dan tidak percaya.Saga diam sejenak, mengamati Starla yang seperti kesulitan untuk bernapas. “Dimana kalungmu?”“Kalung?” Starla mengernyit bingung. “Kenapa kamu bertanya soal kalungku? Memang apa hubungannya dengan kalungku?”“Katakan saja dimana kalungmu?” Saga tampak mendesak.“D-di koper yang aku bawa tadi,” jawab Starla ragu.“Kalau begitu ayo. Kita ambil kalungmu sekarang juga.” Saga lalu menuntun Starla masuk ke kamar tamu yang ada di apartemen Revanno. Beruntung sekali Starla tadi belum sempat mengeluarkan semua is
Setelah menempuh perjalanan berjam-jam akhirnya mobil Saga sampai juga di tempat tujuan. Saga melihat Starla yang tengah tertidur pulas di bahunya.Wanita itu terlihat kelelahan sekali. Saga paham betul dengan kondisinya. Namun, saat Saga hendak menggendong Starla keluar dari mobil, tiba-tiba wanita itu terbangun.“Tidur saja. Aku akan menggendongmu ke kamar,” bisik Saga pelan.Starla menggeleng, ia berusaha bangun agar Saga tidak perlu menggendongnya. “Ini rumah siapa?” Tanyanya dengan suara khas orang bangun tidur.“Ini rumah kita.” Starla langsung menatap lekat ke arah Saga. “Ayo kita masuk,” ajak Saga kemudian.Starla hanya bisa menurut saat Saga menuntunnya masuk ke dalam rumah besar tersebut. Rumah yang di kata Saga adalah rumahnya. Selama dua puluh lima tahun hidup, Starla tidak pernah membayangkan memiliki sebuah rumah yang bisa ia sebut dengan rumahnya. Ia juga tidak pernah membayangkan kalau ia bisa pulang ke rumahnya dan bertemu dengan anggota keluarganya. Karena selama in
Revanno terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi di jalan raya yang masih tampak ramai walau hari sudah mulai malam. Ia tidak bisa diam saja. Begitu ia melihat berita yang memuat kabar dan foto tentang dirinya beberapa menit yang lalu, ia segera bergegas masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan pekerjaan penting yang masih ia kerjakan bersama Nathan.Revanno tidak bisa melanjutkan pekerjaannya karena berita tersebut. Yang perlu ia lakukan saat ini adalah mencari keberadaan biang masalah di balik tersebarnya berita menjijikkan soal dirinya yang sudah beredar dimana-mana.“Aku nggak akan pernah mengampunimu, Cheryl.” Revanno mencengkeram kuat stir mobilnya sambil terus melajukan benda beroda empat itu dengan kecepatan penuh. Ia lalu mengambil ponsel dan menghubungi nomor Daniel yang tertera di sana. “Apa pekerjaanmu sudah beres?”“ .... ““Cepat selesaikan sesegera mungkin, karena aku sudah nggak ingin berurusan dengan Cheryl lebih lama lagi.” Revanno lalu kembali melempar ponse
“Revanno!” Sebuah suara terdengar memanggil nama Revanno. Tapi Revanno sama sekali tidak peduli. Ia tetap memilih untuk menghabisi wanita iblis yang hampir sekarat karena cekikan yang ia berikan.“Revanno! Apa yang kamu lakukan?!” Daniel langsung menarik kasar tangan Revanno hingga terlepas dari leher Cheryl. “Kamu bisa membunuhnya.”“Aku memang ingin membunuh wanita sialan itu!” Revanno menuding ke arah Cheryl yang langsung terjatuh ke tanah begitu terlepas dari cekikan tangannya. “Wanita sialan itu harus mati.”“Sadarlah, Revanno! Kamu nggak boleh melakukan hal ini. Kamu bisa di hukum.” Daniel memperingatkan.“Aku nggak peduli!” Ketus Revanno.“Oh, jadi kamu lebih suka masuk ke dalam penjara hanya karena wanita sepertinya,” sinis Daniel.Seketika Revanno langsung bungkam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia benar-benar di kuasai oleh emosi tadi.“Kamu benar.” Kata Revanno pada akhirnya. “Sebaiknya kita pergi saja dari sini. Ayo!” Imbuhnya yang langsung berlari pergi menuju ke arah
Revanno sudah berhasil mengamankan dua bukti yang bisa membuatnya terbebas dari berita sialan yang saat ini sedang menimpanya. Revanno sudah menugaskan Nathan untuk membawa Marcel ke suatu tempat. Ia akan menyandera pria itu terlebih dahulu sebelum ia benar-benar bisa membongkar kebohongan Cheryl. “Aku harus pergi sekarang.” Revanno hendak melangkah saat tiba-tiba pergelangan tangannya di tahan oleh Daniel. “Kamu ingin pergi kemana? Hari sudah malam. Sebaiknya kamu istirahat dulu,” ujar Daniel mengingatkan. “Aku harus segera mencari Starla sekarang juga. Aku yakin Starla belum pergi jauh saat ini.” Revanno menarik tangannya sampai terlepas dari genggaman Daniel. “Tapi ini sudah malam, Rev. Lebih baik kamu istirahat. Ingat, kamu juga harus memerhatikan kondisimu. Kita cari Starla bersama besok pagi.” Daniel berusaha memberi solusi. Revanno berdecak. “Besok pagi? Itu terlalu lama, Niel. Aku nggak bisa kalau di suruh menunggu sampa
Sesuai dengan yang sudah di rencanakan oleh Cheryl. Ia di temani dengan keluarganya mengadakan konferensi pers untuk mengonfirmasi berita yang sudah menyebar luas hanya dalam waktu semalam. Diam-diam Cheryl tersenyum bangga karena rencananya ternyata bisa meledak heboh seperti saat ini. Tapi untuk hari ini ia tidak boleh menunjukkan senyum itu ke seluruh publik terlebih dahulu. Ia akan menyimpan senyumnya dan akan ia keluarkan jika saatnya sudah tiba nanti. Saat dimana ia bisa mendapatkan apa yang ia mau, yaitu menikah dengan Revanno.Saat ini sebisa mungkin Cheryl harus berakting seperti wanita yang paling ternodai, tersakiti dan tersedih di dunia ini. Semua itu harus ia lakukan supaya semua orang bersimpati dan percaya dengan berita yang sudah menyebar luas tersebut.“Tenang saja, Sayang. Mami, Papi dan semua keluarga kita akan membantumu sebisa yang kami lakukan.” Sonia—Mami Cheryl mengusap pundak putrinya dengan wajah sedih. Mereka kini tengah berada di dalam mobil, hendak menuj