“Sudah nggak sabar, heuh?” Revanno menyeringai seraya mendekati Starla. Sementara Starla hanya bisa menelan ludahnya saat melihat Revanno hanya mengenakan celana boxer tanpa atasan. Tubuh bagian atas itu di biarkan terbuka, memperlihatkan bentuk atletis yang Starla yakin akan membuat setiap wanita yang melihatnya langsung mimisan. Termasuk dirinya. Starla sudah sering melihat tubuh Revanno, bahkan dalam keadaan telanjang sekalipun. Yang benar saja ia ingin mimisan. Memalukan!“T-tunggu dulu.” Starla segera berdiri begitu Revanno berhenti di depannya.“Apalagi, hm? Aku sudah menggosok gigi dan mencuci wajahku,” ujar Revanno seraya mengusap lembut pipi Starla yang langsung saja berubah kemerahan.“S-sebaiknya jangan sekarang. Aku akan berada lama di sini. Papa sudah memberiku izin untuk tinggal di sini.” Revanno terus memperhatikan ucapan Starla. Lebih tepatnya pada gerakan bibirnya. Bibir ranum itu justru membuat Revanno semakin menginginkannya. “Awalnya aku memang nggak mau meningga
Revanno benar-benar mengurung Starla di kamarnya seharian penuh. Bahkan Revanno juga tidak peduli meski ponselnya sejak pagi hingga petang ini terus saja berbunyi dan mengganggu aktivitasnya. Yeah, aktivitas bercinta maksudnya. Revanno seolah tidak ingin memberi Starla jeda barang sedetikpun. Seharian penuh wanita itu Revanno hujam tanpa ampun. Dan aktivitas panas itu harus terpaksa Revanno hentikan ketika Starla mulai merengek karena lapar.Revanno tahu kalau tenaga Starla pasti sudah sangat terkuras habis karena kelakuannya. Karena Revanno sendiri juga merasakan hal yang serupa. Dan akhirnya karena tidak ingin kekasihnya itu pingsan kelelahan dan juga kelaparan. Revanno lalu memutuskan untuk memesan makanan sebagai amunisi untuk mengembalikan tenaga mereka lagi. “Kamu ingin memesan apa?” Tanya Revanno sambil menscroll layar ponselnya.“Terserah kamu saja. Apapun yang penting aku bisa makan,” jawab Starla dengan suara lelah.
“Akhirnya kenyang juga,” ujar Starla setelah berhasil menghabiskan makanannya hingga tidak tersisa.Sementara Revanno yang duduk di hadapan Starla hanya bisa terkekeh melihat tingkah kekasihnya itu. “Jadi sudah siap untuk bertempur lagi?” Celetuk Revanno sengaja.Revanno pikir Starla akan langsung marah dan kesal atas perkataannya. Namun, apa yang di lakukan wanita itu justru berhasil membuat Revanno bingung tujuh keliling. Starla tersenyum dengan cara yang begitu menggoda ke arahnya.“Tapi sepertinya aku ingin mandi terlebih dahulu,” ujar Starla dengan nada manja.“Sekarang?” Revanno menaikkan sebelah alisnya.Starla langsung mengangguk. Berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan mendekati Revanno dan langsung mendudukkan tubuhnya di pangkuan pria tersebut. Tentu saja hal itu berhasil membuat Revanno merasa begitu tersentak. Starla duduk tepat di atas miliknya. Revanno yang sejak tadi berusaha untuk mengendalikan diri, kali ini sudah tidak bisa melakukannya lagi. Terlebih saat boko
Starla tahu, meyakinkan Saga memang bukanlah perkara yang mudah. Kakaknya itu pasti akan memiliki segudang kecurigaan yang akan muncul jika ia sampai salah berbicara barang satu kata saja. Starla berbohong kepada Saga kalau ia memiliki banyak pekerjaan hari ini. Dan karena tidak ingin merepotkan Saga jadi Starla meminta Kakaknya itu untuk tidak menjemputnya ke kantor.Namun, sepertinya Saga masih belum bisa percaya. Dan yang lebih menjengkelkan lagi, Saga justru meledek Starla.“Ih, kak Saga. Aku serius! Aku nggak ingin merepotkanmu.” Starla berujar dengan nada kesal. Setiap yang di katakan Saga itu memang benar. Tapi kebanyakan selalu terdengar menyebalkan. Dan Starla benci dengan hal itu.“Starla—““Pokoknya nggak usah menjemputku. Aku ingin tidur di apartemenku saja malam ini. Titik!” Starla kembali membentak kesal.Di sisi lain Revanno yang sejak tadi mendengarkan obrolan Starla dan juga Saga hanya bisa terkekeh
Hari ini Revanno menghentikan mobilnya tepat di halaman rumah besar milik sahabatnya—Daniel. Revanno akui, ia memang sudah jarang sekali datang ke rumah Daniel. Apalagi saat ini Revanno sudah memiliki kesibukan sendiri bersama dengan orang yang ia cintai. Jadi ia tidak sempat untuk pergi dan menghabiskan waktu bersama dengan teman-temannya. Dan ini adalah momen pertama kali Revanno kembali menginjakkan kaki di halaman rumah Daniel.“Sebenarnya aku malas sekali menerima tamu yang nggak tahu diri sepertimu, Rev,” celetuk Daniel yang memang sudah sengaja menunggu kedatangan Revanno di depan rumahnya.“Nggak tahu diri?” Nathan yang kebetulan berdiri di samping Daniel langsung menyahut. Ya, pria itu tentu juga tidak ingin ketinggalan untuk berkumpul di rumah Daniel.“Ya kamu tahu sendirilah. Orang yang suka menghilang ketika sedang senang, lalu tiba-tiba datang ketika sedang membutuhkan. Bukankah itu namanya nggak tahu diri?” Kata Daniel yang langsung berhasil membuat Nathan terkekeh.Seme
Revanno, Nathan dan Daniel segera melangkah keluar dari mobil begitu mereka sampai di halaman parkir sebuah restoran. Tadinya Revanno dan kedua temannya ingin mendekati dan mencari tahu siapa orang yang ada di dalam mobil hitam yang sejak tadi terus mengikuti mereka. Tapi ternyata begitu sampai di restoran mobil hitam itu sudah tidak terlihat mengikuti Revanno lagi. Bahkan saat Daniel berusaha memeriksa keadaan di sekitar jalanpun tetap saja ia tidak menemukan keberadaan mobil hitam tadi.“Sial! Sepertinya dia kabur.” Kata Daniel seraya melangkah mendekati Revanno.“Ya sudah kalau begitu. Kita masuk saja. Siapa tahu mobil tadi hanya nggak sengaja mengikuti kita,” sahut Revanno yang masih berusaha berpikir positif.“Nggak mungkin, Rev. Aku benar-benar melihat saat mobil tadi mengikuti kita. Buktinya selama perjalanan mobil tadi juga nggak menyalip mobilmu. Padahal jalanan sepi sejak tadi,” ujar Nathan menjelaskan.“Masuk akal juga. Sepertin
Semua pasti percaya jika mukjizat itu ada dan nyata. Asal terus berdoa dan berusaha niscaya Tuhan akan mengabulkan apa yang di minta oleh setiap hamba-Nya. Dan mukjizat itu juga yang di harapkan oleh sepasang orang tua yang sedang menanti anaknya terbangun dari koma. Selama sebulan lebih kedua orang tua itu menunggu dan berdoa, akhirnya Tuhan memberikan mukjizat-Nya. Anak semata wayang mereka akhirnya bisa terbangun dari komanya. Sonia—Mami Cheryl tidak berhentinya menangis ketika melihat anaknya yang kini sudah kembali membuka kedua matanya.“Cheryl.” Sonia langsung memeluk putrinya.Sonia terisak sembari mengusap punggung sang putri. Oh, bahkan rasanya tubuh sang putri terlihat lebih kurus dari sebulan yang lalu. Belum lagi wajahnya yang juga tampak pucat dan kehilangan cahaya. Benar-benar membuat Sonia semakin terisak di pelukan sang putri.“Cheryl, Mami merindukanmu.” Sonia kembali bersuara. Namun, sang putri sejak tadi belum merespon
Kini Cheryl tengah terlelap setelah Dokter memberikan obat penenang untuk meredakan sakit kepalanya. Sedangkan kedua orang tua Cheryl hanya bisa diam sampai Dokter menyelesaikan pemeriksaan.“Bagaimana, Dok?” Sonia bertanya cepat.Dokter itu tersenyum tipis. “Sepertinya memang benar. Sebagian memori yang hilang adalah kejadian beberapa waktu sebelum terjadinya kecelakaan. Tapi jangan khawatir. Itu tidak akan bersifat permanen. Seiring berjalannya waktu, dan dengan di bantu oleh penanganan yang tepat pasti Nona Cheryl bisa segera sembuh.”“Tapi, Dok. Untuk sementara ini apa yang harus kami lakukan? Kami tidak bisa memaksa anak kami untuk mengingat kejadian itu secara paksa kan, Dok?” Kali ini giliran Ramos yang bertanya.“Benar, Pak. Kita memang tidak boleh memaksa pasien untuk mengingat memori yang hilang tersebut secara paksa. Harus bertahap agar tidak menyakiti si pasien. Jika kita paksakan imbasnya akan mengenai pada sarafnya. Dan jika