Saga merasa di kejutkan oleh bunyi dering ponselnya yang tiba-tiba saja mengganggu acara berbincangnya dengan Starla. Karena tidak ingin merasa semakin terganggu, Saga pun akhirnya memilih untuk mengambil benda pipih yang ia letakkan di atas meja itu kemudian menjawab panggilannya. “Ya. Ada apa?” Tanya Saga begitu menempelkan ponsel itu ke telinganya. “.…“ Starla hanya bisa mengernyit sembari mengamati Saga yang mengusap wajahnya. Ekspresi pria itu tiba-tiba saja berubah setelah mendengar suara dari seberang teleponnya. “Baiklah. Aku akan kesana.” Saga lalu menutup panggilannya. Ia mendesah sambil menjatuhkan punggung ke sandaran sofa. “Kenapa?” Tanya Starla penasaran. “Ada masalah yang harus segera aku periksa. Tapi ….” Saga menatap Starla lekat. “Kalau aku pergi. Siapa yang akan menjagamu?” Ucapan Saga berhasil membuat Starla tertawa. Saga kenapa, sih? Kenapa harus sekhawatir itu pada dirinya? Memangnya i
Ini hari libur dan Revanno baru ingat kalau Daniel mengundangnya untuk datang ke rumah barunya. Daniel mengatakan kalau orang tuanya selalu mendesak agar ia membeli rumah, supaya setelahnya ia bisa mendapatkan istri. Sementara Revanno hanya bisa tertawa ketika mengingat ucapan Daniel tersebut. Revanno sudah rapi dengan pakaian santainya. Dan karena ia tidak mempunyai pakaian di apartemen Starla, jadi begitu bangun tidur tadi ia harus kembali ke apartemennya untuk berganti pakaian. “Belum selesai?” Tanya Revanno saat memasuki kamar Starla. Wanita itu masih sibuk berdandan di depan kaca. “Sebentar lagi,” ujar Starla sambil mengaplikasikan maskara pada bulu matanya. “Ck! Nggak usah terlalu cantik!” Ketus Revanno. Dan hal itu justru berhasil membuat pipi Starla yang sudah di poles blush-on bertambah menjadi semakin memerah. Bagaimana bisa pria itu menyuruh Starla untuk tidak terlalu cantik? Sedangkan Revanno saat ini terli
Starla mengerjap ketika sinar matahari mulai menembus jendela kamarnya. Melirik sekilas jam dinding yang sudah menunjukkan pukul enam pagi. Lalu pandangannya beralih ke sisi ranjangnya. Dimana Revanno masih terlelap dengan begitu pulasnya tanpa sehelai pakaian apapun. Hanya selimut yang menutup tubuh pria itu. Begitupun juga dengan tubuh Starla.“Eeuuugghh.” Starla meregangkan tubuhnya sejenak sebelum beranjak untuk membersihkan diri. Rasanya seluruh tubuhnya begitu remuk. Semalam Revanno benar-benar tidak memberinya ampun. Tapi meskipun begitu Starla tetap menikmati permainannya semalam. Bahkan permainannya semalam terasa begitu berbeda dari biasanya. Revanno yang biasanya mengutamakan nafsunya entah semalam hal itu tidak di rasakan oleh Starla sama sekali. Dan justru Starla merasa kalau permainan Revanno semalam benar-benar penuh dengan perasaan dan kasih sayang.Apa benar begitu?Starla segera melangkah menuju kamar mandi. Beberapa men
“Ayolah, Revanno. Jangan munafik. Kamu sebut tanganku kotor, tapi nyatanya tangan kotorku ini bisa membuat sesuatu dari balik handukmu ini mengeras,” ujar Cheryl sengaja sambil melirik ke arah Starla. Cheryl lalu tersenyum ke arah Starla dan Revanno secara bergantian. Tangan Starla terkepal kuat seiring dengan tatapan yang Cheryl berikan. Wanita itu memang sengaja memancing emosinya. Tanpa mengatakan apapun Starla langsung masuk begitu saja ke dalam apartemennya. Melewati Revanno yang masih berdiri di tengah-tengah pintu. Cheryl berdecih. “Nggak sopan sekali sekretarismu.” “Jaga bicaramu!” Ketus Revanno. Ia melirik sekilas ke dalam lalu kembali menatap Cheryl yang tengah tersenyum di depannya. “Aku rasa kamu yang jauh lebih nggak sopan. Karena sejauh ini aku belum pernah menemui tamu berkelakuan busuk sepertimu.” “Revanno.” Cheryl hendak mendekati Revanno. Namun, dengan cepat pria itu menghindar. “Apa aku harus mengul
Sejak Saga menerima panggilan penting dari anak buahnya, sampai hari ini ia masih terlihat sangat sibuk. Ia baru saja menyelesaikan urusan pekerjaannya. Dan saat ini Saga baru sempat makan siang sendirian di sebuah restoran yang terletak tidak jauh dari pusat kantornya. Ketika Saga tengah sibuk menyantap makanannya, tiba-tiba ia di kejutkan dengan kedatangan seseorang yang tak di undangnya sama sekali. “Hai, sepertinya kita pernah bertemu, ya?” Sapa orang tersebut. Ia berusaha terlihat ramah dan sok kenal sekali dengan Saga. Saga hanya melirik sekilas lalu memilih untuk melanjutkan acara makannya. “Sepertinya kamu nggak suka bertemu denganku,ya.” Saga kembali melirik orang tersebut. “Bisa jangan ganggu saya terlebih dahulu? Saya sedang makan!” Ketusnya dingin. Orang yang masih berdiri di depan meja Saga itu justru terkekeh. Dan tanpa meminta izin terlebih dahulu, ia langsung menarik kursi kosong yang ada di depan Saga dan ikut duduk di sana. “Baiklah. Aku bisa duduk dengan diam
“Revanno. Sudahlah. Hari sudah malam. Kita lanjutkan pekerjaannya besok saja.” Starla mendekati Revanno yang masih sibuk di meja kerjanya. Malam ini Starla dan Revanno masih berada di kantor, tepatnya di ruang kerja mereka. Pagi tadi Revanno baru saja menyetujui kerja sama dengan perusahaan baru yang cukup terkenal. Maka dari itu, malam ini Revanno memiliki beberapa tugas yang harus segera ia selesaikan. “Tanggung, Starla. Sedikit lagi.” Revanno masih terus fokus pada pekerjaannya. Diam-diam Starla mengamati Revanno yang tengah sibuk bekerja. Kalau di lihat-lihat pria bernama Revanno itu jauh lebih tampan dan manusiawi jika sedang fokus bekerja seperti saat ini. Wajahnya terlihat tenang dan serius. Tidak seperti biasanya yang mesum dan menyebalkan. “Tapi ini sudah malam. Kalau tahu akan seperti ini, lebih baik tadi aku pulang lebih dulu.” Starla kembali ke tempat duduknya. “Hm.” Revanno hanya bergumam. Starla memutar bola matanya. Pria itu selalu memaksanya untuk pulang bersama.
Starla yang kebetulan belum tidur masih bisa mendengar dengan jelas suara pintu apartemennya yang terbuka. Apalagi saat ini ia masih menonton siaran televisi di ruang tengahnya. Kalau Starla baru tinggal di apartemennya beberapa hari mungkin ia akan langsung merasa ketakutan, karena mengira kalau yang datang itu maling atau sejenisnya. Tapi berhubung ia sudah hafal yang sering masuk ke apartemennya tanpa permisi itu siapa, jadi Starla memilih untuk tetap diam dan bersikap biasa saja.Dan benar dugannya, beberapa saat kemudian tubuh Revanno sudah muncul dari arah depan.“Kamu nggak lupa kan dimana letak kamarmu? Kenapa kamu selalu datang ke sini, sih?” Starla bertanya sewot.Ia melirik jam yang ada di atas nakas, sudah jam dua belas malam. Lalu pandangannya beralih lagi ke Revanno. Kemana saja pria itu tadi? Kenapa perginya hanya sebentar? Pertanyaan itu muncul dalam kepala Starla.“Aku lapar.” Revanno mendekati Starla dan langsung menjatuhkan tubuhnya di samping wanita itu.“Ya, lalu?
Sudah menjadi kebiasaan Starla untuk menyiapkan segala keperluan Revanno. Mulai dari makan, pakaian kerja dan lain-lain. Em, tapi pagi ini pria itu sudah menyiapkan pakaiannya sendiri. Jadi, Starla hanya perlu menyiapkan sarapannya saja. Sejak awal Revanno bukanlah orang yang banyak maunya dalam hal sarapan. Pria itu bisa sarapan apa saja. Tapi tetap menu favoritnya adalah omelete dan pancake. Kini Starla sudah berdiri di dapurnya, membuatkan Revanno segelas jus jeruk kemudian meracik omelet telur. Menu sarapan favorit Revanno. “Kalau aku pergi bekerja, kamu ingin melakukan apa di rumah nanti?” Tanya Revanno. Pria itu menunggu Starla yang tengah membuatkan omelet kesukaannya. Wanita yang belum mandi tapi tetap terlihat cantik itu menoleh sambil mengangkat bahu. “Nggak tahu. Semoga saja Saga datang ke sini.” Revanno berdecak. “Untuk apa sih menyebut namanya segala? Lagipula kenapa juga kamu harus dekat sekali dengannya?” “Loh, me