Harsa
Hari ini aku sengaja langsung bertemu papa budi, sekaligus di temanin budi juga, ada hal lain selain check up yaitu mau lebih tau lebih dalam tentang nia dari test kepribadian yang di lakukannya kemarin.,“ini hasil tentang partner kamu” ucap papa budi kasih lembaran berkas.“dan ada kabari baik untuk kondisi kamu,”“saya nyatakan gak perlu obat penurun hormon,.”“serius om??” angguk senyum, kabar baik yang aku tunggu-tunggu.“jadinya harus perlu treathment lagi?”“Kalau di bilang butuh, masih butuh, kalau di bilang gak perlu yang bisa juga”“kalau tidak mau threatment lagi, harus banyakin kegiatan di luar kantor, jalan-jalan, atau sejeninsnya. yang penting ”“oh ia, ada penyebab libido kamu selain genetic, yaitu tekanan psikis kamu, mungkin jabatan yang kamu emban sekarang membuat kamu tertekan” ucapan papanya budi benar-benar tepat adanya.“jadi selama kamu bisa lepasin beban itu, dan sibukin diri berbagai aktifitas normal, kamu akan sembuh dengan sendirinya.” jelasnya“jadi keputusan di saya sendiri yah? Dan kalau di rumah sakit bisa di bilang rawat jalan?” angguknya senyum,“bijak kan bokap gue?”“ya lah, beda sama lo” aku meminta berkas aku dan punyaku untuk di baca di kantor, untungnya papanya budi kasih semua. karena yang aslinya harus tak boleh di bawa pulang.Sesampainya di kantor, aku langsung baca hasilku terlebih dahulu. Dan selanjutnya punya nia. kalau punyaku sendiri bisa di bilang delapan puluh persen benar, kepribadian.Awalan sama seperti kemarin, tapi ada dua lembar lagi, hasil dari test dan penjelasnnya, aku gak begitu paham karena aku langsung ke inti penjelasannya. Yang mengatakan, dia sedikit keras kepala, ambisius ingin menjadi pusat perhatian, mudah terbawa lingkungan yang baru.Dan salah satu yang sedikit menyentil, nia mempunyai fantasi sendiri dalam urusan sex, tapi tak detail itu hanya garis besarnya aja. aku terdiam sejenak membayangakan nia semakin hari semakin agresif dan tak menolak apa yang aku pinta.“bisa jadi, dia gak nolak di ajak anal sex lagi” gumamku.“tapi rahasia biarkan jadi rahasia,” ucapku langsung merobeknya dan langsung buang ke tempat sampah.Pagi nya aku mendadak ke kantor papa. Atau bisa di bilang induk perusahaan lainya. dan tentunya perusahaan ini papa yang pegang. rasanya udah lama banget gak kesini, tepatnya setelah si harsa pergi dari rumah,“paaa, harsa udah di depan” ucapku sambil ketuk pintu kantornya.“masukk” ternyata bukan hanya papa, tapi ada mama juga disana, aku langsung duduk berhadapan dengan papa. Pasti ini masalah soal kabar burung sampai terdengar di telinga papa mama.“baca ini!” pintanya kasih berkas yang di ipad.Aku langsung shok dan terdiam, karena itu berkas soal threatment yang pertama. Tak sampai situ, ternyata ada lembar berikutnya foto berkas yang aku sobek kemarin dan buang di tempat sampah. Tapi tak ada hasil berkas punya nia, hanya aku aja.“kenapa gak bilang ke papa sama mama harsaa?” ucap mama sepertinya ikut tertekan.“maaf pa ma” ucapku menghela nafas panjang.“jadi ini benar semua?” angguk aku pelan“tapi harsa udah lima puluh persen sembuh, pa ma..” jawabku.“tapi itu gak membantu, kabar ini sudah sampai ke lain, dan ada yang membuat kabar kamu mempunyai kelainan seksual” ucap papa“besok pagi disini ada rapat tertutup, kamu akan tau hasilnya. Papa gak bisa banyak membantu banyak” mama pegang pundaku dan sedikit elus punda papa agar lebih tenang.Papa sama mama gak banyak soal threatment yang aku lakukan, karena semua udah terlambat. Aku yakin papa menahan emosinya soal ini. Biasanya dia selalu to the point ke masalahnya.Papa mulai menahan emosinya di mulai sejak pertengkaran hebat dengan hara, dari sana papa sedikit berubah. Sampai emosinya tenang baru berbicara empat mata. Mama juga ikut coba mencairkan suasana. Itu yang di lakukan papa ke anak-anaknya sekarang,“kamu boleh keluar. pembicaraan cukup sampai sini” ucap papa berdiri sambil melihat keluar jendela,“kamu pulang aja dulu, papa masih sedikit shok aja karena soal berkas soal kamu” ucap mama pelan“ini bukan soal jabaatan, tapi nama keluarga” ucap mama“iah ma harsa paham,”Aku merasakan firasat yang tak enak, ini pasti ada hubungan dengan orang dalam, Tapi aku masih yakin bukan nia melakukannya karena dia orang yang dapat di percaya, aku langsung balik ke kantor untuk kasih soal masalah ini.Saat sampai nia tak ada ruangan, harusnya jam segini dia ada ruangan. Tetapi ada office girl yang masuk kedalam, padahal bukan waktunya.“suruh siapa kamu masuk?” tegurku melihat tag name beranama sherly. sedang berada di meja nia dan sedang menyapu.“maaf pak saya sudah izin bu nia, tadi““nia?”“iah, saya selalu izin kalau mau bersihin ruangan, pas pak harsa gak ada.”“sekarang dia dimana?”“saya tadi lihat sedang berbicara dengan pak rudy di ruangannya” ucapnya meyakinkan. dengan firasat yang benar-benar tak enak.“maaf pak, saya permisi” lanjutnya keluar dari ruanganku membawa perlengkapan bersih-bersihnya.aku langsung mengecek satu persatu mejaku, tapi tak ada apa-apa, tak ada lat sadap atu sejenisnya, dan aku ccek meja kerja nia.“ini flashdsik nia” aku rasanya penasaran dengan isinya, aku langsung buka“inii slide yang sama kayak kasih soal aku, termasuk hasil terapi”“gak mungkin yang melakukannya”“braaaaakk” aku memukuk meja cukup keras.“ini semua kerjaan nia?”“aaahh” kepalaku langsung pusing memikirkannya, tapi aku gak berasumsi sendiri, ini bisa jadi barang bukti, yang jelas aku harus bertemu nia untuk meminta penjelaskan flashdisk ini.aku langsung ke gedung tempat rudy berada, dan benar nia sedang ada di dalam, pintunya sedikit terbuka aku bisa lihat nia berdiri agak jauh, tapi tak terlihat rudy disana.“terima kasih, berkat kamu, semua berjalan lancar” ucapnya, buat tubuhku merinding dari ujung kaki ke ujung kepala,“ya pak, sama-sama” ucap nia, buat aku menelan ludah sendiri, aku lari kembali ke kantor, aku benar-benar butuh penjelasan ini ke nia, tapi aku masih belum percaya nia orang sebenarnya si duri“SIAAAALLLLLLLLLLL” teriakku saat di luar gedung, banyak karyawan yang melihatku, tapi aku gak perduli sama sekali. aku berharap ini mimpi buruk….***Mada-Ada mobil terpakir di depan kontrakan, jenisnya mobilnya sedan mercy. Gue seperti gak asing sama ini mobil. Karena mirip mobil papa Tapi gak mungkin papa kesini, atau juga mama. Gue langsung mundur perlahan karena belum siap ketemu mereka seperti ini.“haarrrrrraa” teriak iwan yang keluar dari mobil, iwan tak sendiri melainkan dengan orang yang gak gue kenal sama sekali.“sini sebentar” gue cuman berdiri sampai mereka berdua berdiri depan gue.“takut amat har, yang mau di culik aja” celetuk iwan.“silakan om, ngomong langsung sama hara”“gue mada, bukan hara”“ya apalah itu, silahkan om” lanjutnya buat gue semakin bingung.“apa kabar hara?” ucapnya langsung ajak salaman, gue langsung salaman. Karena gak sopan juga kalau gue menolaknya.“kamu lupa ya sama om?”“ia hehe, lupa”“saya roni teman papa kamu, ingat?” gue semakin gak ingat karena teman papa banyak.“lupa om, hehehe”“dulu anak om sama kamu seumurann pas TK, ingat?” gue sedikit samar-samar ingat tapi tetep.“sedikit hehe,”“gak ingat juga gak apa-apa kok, om kesini di suruh papa kamu, dan mau kasih tau kamu, kalau kamu boleh pulang kapan aja, ““semua fasilitas yang di tahan papa kamu sekarang kamu boleh gunain”“haaaa~~~~percuma om”“aku belum waktunya pulang, lagian kalau papa ngomong begitu, harusnya papa ngomong langsung” entah rasanya itu yang mau aku rasain,“apa dengan papa kamu bicara langsung, kamu pulang?” tanya om roni. itu buat gue terdiam“belum tentukan?” tannya senyum.“tapi om kenapa jadi driver?” aku ingat di awal om roni bilang jadi rekan bisnis papa, tapi sekarang pakaian seperti driver.“om kerja sama papa kamu saat ini, jangan sungkan panggil nama atau apa boleh” ucapnya senyum.“ngak lah tetep harus panggil om”“ini ponsel buat hubungin om kalau minta jemput atau mau pulang ke rumah” ucapnya kasih sebuah ponsel yang masih terbungkus.“kamu tinggal pakai, kontak om ada disana, jadi jangan sungkan panggil om kalau butuh bantuan” jelasnya. Mau gak mau gue terima pemberian ponselnya.Gue langsung ajak ke kontrakan, sediain seadanya karena memang isinya gak ada apa-apa Cuma air putih sama biscuit bungkusan seribuan yang kemarin gue beli di pasar.“wah gak usah repot-repot har, om cuman mau kasih itu aja” ucapnya.“gak apa-apa om, ““maaf om, aku masih gak percaya om bisa jadi driver papa sekarang,” aku mulai ingat om roni yang sering main ke rumah Bersama keluarganya setiap minggu. Tapi setelah masuk SD gak pernah ketemu lagi sama om roni sampai sekarang.“om juga gak percaya kamu berubah drastis dari penampilan kamu juga” balasnya tertawa.“panjang kalau di certain, yang jelas om dan keluarga sudah cukup jadi driver keluarga kamu untuk sekarang” lanjutsenyumnya sambil tepuk Pundak.“tapi jauh om dari rumah ke sini?”“setiap satu minggu atau kerjaan gak ada om pulang kok, lumayan jauh dari sini juga rumahnya”“oh ya dimana?”“ya sekitar daerah sini, kalau om sebutin kamu gak bakalan mau telepon kalau butuh” ucapnya tertawa kecil,“ya, tapi tetep aku gak mau pulang, belum waktunya”“tapi pernnikahan kakak kamu satu bulan lagi loh, acaranya gak jauh dari sini kok,”“aku tau gedungnya, soalnya pernah kirim barang kesana beberapa kali”“dan?”“dan apa om?”“ketemu sama kakak kamu?”“ngak, aku disana kan kuli panggul, jadi gak bakalan mereka kenalin aku”“sebelas dua belas ya kamu sama papa kamu, om gak bisa maksa, cuman informasi soal itu aja,”“oh ia, om gak bisa lama, soalnya mau ke papa kamu,”“dan jangan lupa simpan nomor om, om tunggu, “ ucapnya langsung menghabiskan air putih dan langsung ke mobilnya.“kita balik om?’ tanya iwan yang makanin biskuit yang harusnya buat om roni.“iah pulang”“kita pamit hara,, ingat satu bulan lagi kak yua nikah, gue tunggu, ituu kesempatan emassss” ucap iwan masuk ke dalam mobil.Gue cuma kasih lambaian tangan, saat mobil sudah menjauh, Walau kata-kata om roni benar adanya, gue masih belum mau. Di tambah semua berharap gue datang pas acara kak yua nikah. Itu semakin hati gue bimbang,Apa mungkin papa yang lakuin apa pun demi gue datang ke pernikahan kak yua, andai gue datang pasti hanya buat buah bibir buat kolega papa yang lain.Tap jujur rasanya gue mau dengar papa ucap itu langsung di hadapan gue, dan gue merasa menang selama ini, tapi gak di punggkiri ucapan om roni ke gue, yaitu gue sama papa sama – sama KERAS KEPALA, jadi gak mungkin bisa bicara langsung seperti tadi.“ohh tuhaann, kenapa rasanya begitu bimbang” gue lihatin langit gelap,BersambungHarsa-Beberapa Hari ini yang membuat pikiran aku campur aduk, Antara takut, bingung karena apa yang aku ambil sekarang keputusan bena atau tidak menjadikan nia partner.Tak ada yang tau masalahku, kalau aku kasih tau masalah yang aku hadapi sekarang bisa-bisa mereka akan berpikir macam-macam,“lo bengong pikiran apa?” tanya budi.“Campur aduk,”“Pasti horny lo ya liat buah dadanya si nia pas kemarin di kantor bokap gue?” aku langsung noleh, tapi ucapannya betul, itu terlintas di pikirannku saat ini.“ia” jawab gue karena memang kepikiran buah dadanya yang terlabut tangktop putih saat putih, apa lagi gak sengaja aku memegangnya saat itu,.“gue penasaran ukuran berapa ya itu buahdada nya, gue rasa 36D, tangktopnya aja kayak gak muat” gue setuju sama budi,Tapi daya tarik nia bukan dari situ saja tapi pinggulnya juga, walau lebih berisi dari wanita lain, tapi dia masih bisa di bilang langsing. Karena pinggangnya t
NiaRasanya masih ada yang menganjal di tenggorkanku, Pertama kalinya aku menelan sperma.“san kamu kenapa,? tanya mama pas aku habisin satu jus jambu karena untuk membuang rasa yang aneh di tenggorokanku.“hehe iah mah, panas dalam“ kataku tutup kulkas.“gimana hari ini?”“lancar ko mah, tapi aku belum terbiasa aja kali yah,”“tapi mama jangan kwahtirin aku yah, aku udah kerja dan semoga aku betah dengan pekerjaan aku sekarang” lanjutku.“iah, makan dulu, mama tadi belanja ke pasar buat irit jangan beli makanan terus” aku cuman senyum aja,‘kamu beli apa lagi?’“pecel ayam, hehe katanya enak’‘beli empat?’‘iah, buat mama albert aku,’ kataku‘papa?’‘kan gak pulang, jadinya aku makan dua’ awal sih ia, tapi seperti keadaan belum bisa memperbaiki hubungan aku sama papa saat ini.Aku langsung menuju kamar buat mandi, albert sedang di kamar juga karena baru sele
Harsa-Semalaman aku benar-benar tak bisa tidur, bukan karena libido aku naik lagi tetapi, pertama kalinya aku merasakan sakit perut seperti ini. Hampir 2 jam sekali buang air besar. Rasanya badanku terasa lemas hari ini,Dan sianganya aku langsung info ke nia kalau aku tak kantor, membatalkan meeting termasuk janji sama client dan dia boleh masuk apa tidak. Aku memilih menunggu budi di sini sambil membawa obat sakit perut.Aku harap nia bisa membantu karena kembali mengundur jadwalnya,Hampir satu jam, budi akhirnya datang, aku hanya tergeletak lemas sambil pegang perut.“gue periksa dulu har…” aku cuman meringis pasrah.“keracunan makanan lo ini, makan dimana?”“makan makanan sushi gitu’ jawabku.“bisa jadi itu penyebabnya, dan lo minum ini, jangan minum obat treatment dulu selama sakit perut lo sembuh.”“kalau belum membaik, gue panggil ambulans dan harus di rawat inap”“seserius itu kah?”
Nia-Hari ini aku di suruh ke kantor untuk mengambil berkas untuk di tanda tangani langsung oleh pak harsa.Dan pulangnya aku ke rumah sakit, karena sakit perutnya belum juga membaik, dan juga ia sering muntah saat menelan makanan.Tapi setelah dua hari di rawat intensif kondisi membaik, keracunan makanannya cukup parah karena kerang yang di makannya tidak matang dan benar-benar mentah, itu kata dokter yang aku dengar.Aku menerima telepon dari boss harsa kalau ada managernya bernama rudy akan jemput aku sekaligus membawa berkasnya. Dia tak kasih tau orang seperti apa dan hanya bilang dia bakalan temuin aku di loby.“upss sorry” ucap seseorang yang menabrakku saat dia masuk masuk ke lift buru-buru, Bersama orang yang aku kenal yaitu sherly.“iah gpp” jawab gue pelan sambil masuk ke dalam membawa tumpukan berkas. Sherly hanya terdiam seolah kami tak saling kenal, mungkin ini karena ada orang ini sherly jadi jaga jarak.“s
Harsa-Andai di hari kedua tak ada nia, mungkin aku meninggal di tempat dengan tubuh yang tak karuan.Nia yang melihat kondisi bertamabah dengan sigap panggil ambulance, walau orang ambulan sempat kira gue over dosis karena obat kuat.Kebetulan saat itu memang mulutku agak berbusah, dan cuman pakai celana kolor. Untungnya nia tak memperdulikan omongan itu.Aku benar-benar keracunan makan, tak hanya sakit perut, melainkan ke muntah-muntah sampai harus di rawat intensif seperti ini selama dua hari.Selama itu juga tubuhku drop sampai tak nafsu untuk apa-apa termasuk memikirkan buah dada nia.Kedatangnya kemarin membawa hal postif, termasuk hari ini aku boleh pulang ke rumah. Mama sama papa udah urus adminitrasinya. Jadinya tunggu dokter boleh pulang aku bisa pulang.“Gimana kondisi kamu har??” tanya kak yua Bersama calon tunangannya, kak yua sendiri adalah kakak ke dua dari ku. Yang beberapa bulan lagi akan menikah.
Nia-Rasa berdebar masih belum hilang, karena pertama kalinya aku langsung ketemu orang tua boss harsa. Aku takut mereka berpikir macam-macam tentang aku yang berada di apartement boss harsa.Yang bikin aku terkejut, umurnya sama dengan usiaku. Sedikit kagum rasanya melihat kesuksesannya di usia sangat muda, memegang tanggung jawab yang cukup besar.Di tambah wajahnya seolah tak asing, aku seperti pernah melihatnya, mungkin di artikel atau sejenisnya.hanya kebetulan saja aku seperti mengenalnya.“aku pulanggggg!”“Tumben san pulang masih siang?”“iah ma, lagi gak ada kerjaan, “ aku langsung rebahan di sofa yang gak terlalu empuk,“besok aku suruh orang tambahin daya ya ma, mati terus listriknya hehe, sekalian punya mama akua da duit lebih kok ” kataku pelan.“gak usah, kamar kamu sama albert aja, mama udah biasa kok, “ mama langsung ke dapur membuat sesuatu.Aku langsung mandi, memandang wajahku sebentar sambil menghapus make up. aku merasaka
HarsaAku cukup kaget merasakan bulu yang sangat lebat, aku baru pertama kalinya memegang selebat itu. Dan aku yakin nia tau maksudku ke klinik itu,“ada kabar bagus harsaaa” suara budi dari telepon.“apa?”“bini gue hamil, hahahahaha” lenguhku, aku pikir ada kabar bagus tentang masalahku ini.“selamatt, tiap hari proses selama lo di klinik ha?”“Ya lah, harus dong, lagian kan gue dah balik kerja disini, jadinya tinggalin rena lagi deh” memang resiko sebagai dokter seperti itu, jauh dari keluarga. Makanya aku gak mau ikut-ikutan jadi dokter.“oh ia, ada kabar dari bokap gue”“apa”?“ada sedikit kemajuan sekitar lima persen,”“masih panjang bud.. itu juga karena gue sakit jadinya mungkin itu kemajuannya”“no no no, ini berbeda, kata bokap gue. Lo harus salurin fantasi lo satu per satu, saat fantasi lo terpuaskan libido akan semakin berkurang secara permanent karena bantuan obat juga.”
-NiaBeberapa hari ini aku pulang malam, karena meeting untuk project besar boss harsa, itu cukup tertekan. Walau boss harsa kasih uang lembur.“aku pulang” suasana rumah masih sepi. tak seperti biasanya.“surat?”“Mama ikut papa beberapa hari, sayuran beras, sudah mama siapain.” Helaan nafas panjang, pasti mama ikut urusan papa, aku gak mau pikirin apa yang terjadi lagi. aku memilih mandi.“albert kemana ya, kalau dia pergi kenapa pintu gak di kunci.” aku yakin albert udah pulang, soalnya yang pegang kunci albert sama mama aja, aku gak pernah pegang kunci rumah.Selesai mandi tak ada batang hidung albert disini, pasti mama lupa kunci. Chatnya pun tak di baca sama albert.Baru jam delapan, aku memilih rebahan di Kasur sambil terbayang soal aku melakukan apa yang boss harsa minta . jujur Aku juga ikut horny saat di melakukannya hal itu.Tanpa sadar aku mengelus vaginaku sendiri dari luar celana, dan tanganku mere