"Akh," Adelia merintih kesakitan kala Athena menekan luka dipinggangnya. Ya, goresan pisau yang mengenai pinggangnya membuat darahnya tak kunjung berhenti. Beruntung Athena membawa selendang dan menutup luka Adelia dengan selendang miliknya. Kini Athena dan Adelia berada di sebuah gudang yang letaknya jauh dari pusat kota. Sudah sejak tadi Athena dan Adelia hanya diam dan tidak melakukan apapun. Bukan tidak ingin melarikan diri, hanya saja seluruh ruangan ini penuh dengan penjaaga."Adelia, maafkan aku..." ucap Athena penuh dengan penyesalan. Jika bukan karena dirinya, Adelia tidak mungkin harus seperti ini. Sungguh Athena benar-benar merasa bersalah."Athena. Kenapa kau meminta maaf?" Adelia membawa tangannya, menepuk pelan punggung tangan Athena. "Dalam hidup, tidak ada yang perlu disesali. Jika aku dan kau harus berada ditempat seperti ini, maka aku yakin akan ada cara kita selamat dari tempat ini. Baik suamimu ataupun Dad, tidak mungkin hanya diam ketika kita menghilang. Mereka pa
"Yes, I'm. Aku sudah tahu cepat atau lambat aku akan tahu." Pamela mengibaskan rambutnya dan tidak memedulikan perkataan Kylie. "Aku terlalu lelah berpura-pura menjadi wanita baik."Kylie menggeram. Rahangnya mengetat. Tangannya terkepal begitu kuat. "Sialan kau, Pamela! Beraninya kau!""Kylie kenapa kau di sini?" tanya Athena dengan tatapan yang tak mengerti."Athena, menyingkirlah. Kekacauan ini terjadi karenaku," jawab Kylie dingin.Athena hendak kembali bertanya, namun dia mengurungkan niatnya. Sedangkan Adelia yang berdiri di samping Athena, dia terus memeluk lengan Athene dengan raut wajah yang takut."Pamela, hentikan ini semua. Tadi malam aku memang menerima tawaranmu untuk melenyapkan Athena, tapi aku mengatakan itu dalam keadaan mabuk serta rasa putus asaku yang tidak bisa mendapatkan Justin mendorongku mengatakan itu padamu. Aku memang bukan wanita baik. Dan aku tidak akan membohongi diriku dengan kenyataan aku membenci Athena, tapi tidak pernah sedikit pun keinginanku mele
PlakkkkkDua tamparan keras Justin layangkan pada Pamela, hingga membuat wanita itu tersungkur di lantai. Rasa marah dalam dirinya tidak bisa lagi tertahan. Terlebih, dia melihat darah yang mengalir di pipi Athena."Justin.... Nathan....Tolong Kylie dan Adelia.." Athena berteriak cukup keras ke arah Justin dan Nathan. Air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Ya, sudah sejak tadi Kylie dan Adelia belum juga selamat. Bahkan sosok pria yang tadi membantu Kylie pun belum juga muncul.Justin dan Nathan berbalik, mereka terkejut mendengar perkataan Athena. Dengan cepat Justin dan Nathan langsung berjalan menghampiri Athena."Athena? Tadi kau bilang apa?" Justin bersimpuh, dia mengeluarkan sapu tangan dari balik jasnya dan langsung menutup luka di wajah Athena dengan sapu tangannya."Kylie dan Adelia jatuh dari tebing." Athena terisak cukup kencang. "Mereka terjatuh karena membantuku. Harusnya aku yang jatuh, tapi mereka menyelamatkanku."Wajah Justin dan Nathan memucat, tanpa menunggu
Justin menatap Athena yang terbaring lemah dan wajah yang begitu pucat. Rasanya dia ingin marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga istrinya dengan baik. Bahkan dia tidak pernah tahu istrinya kini tengah mengandung. Jika saja dia mengetahui ini lebih awal, sudsah pasti Justin tiadak akan mengizinkan Athena keluar rumah diusia kandungannya yang masih sangat muda ini.Justin duduk di tepi ranjang. Dia membawa tangannya mengelus lembut pipi Athena. Jujur saja, ada rasa marah dalam diri Justin pada sang istri karena sejak awal Athena tidak pernah mau diperiksa oleh dokter. Namun, meski demikian Justin tidak mungkin melampiaskan amarahnya pada istrinya yang terbaring lemah seperti ini. Ya, dia tentu mengenal dengan baik sifat keras kepala Athena."Terima kasih, Athena." Justin mengecup bibir sang istri. Kemudian, Justin mulai mengelus lembut perut Athena yang masih rata. Sungguh, dia tidak pernah menyangka akan memiliki anak dengan Athena. Perasaan yang sulit dijabarkan. Tap jik
"Kylie?" Kening Justin berkerut, menatap Peter dengan tatapan yang menuntut agar segera menjelaskan padanya. "Apa maksudmu bersangkutan dengan Kylie?""Tuan, saya berhasil menyalin seluruh panggilan milik Pamela Green. Terakhir Pamela Green mendapatkan telepon dari Nona Kylie." Peter menjeda, dia masih terlihat ragu. Sedangkan Justin terus menatap tajam dirinya menuntut agar segera menjelaskan. Tidak ada pilihan lain, Peter pun melanjutkan perkataannya, "Saat itu, Nona Kylie berada di klub malam dan nada bicarapun dia tengah mabuk. Nona Kylie mengatakan pada Pamela Green, dia menyetujui tawaran bantuan Pamela Green. Disitu Pamela Green mengucapkan janji akan segera melenyapkan Athena. Saya yakin, sebelumnya Nona Kylie mendapatkan tawaran bantuan oleh Pamela Green untuk melenyapkan Nyonya. Hanya saja Nona Kylie pada saat itu tidak menjawab tawaran itu. Dan saat Nona Kylie tengah mabuk, dia menghubungi Pamela Green dan menyetujui tawarannya.""Tuan, selama ini Pamela Green menaruh hati
Anders menatap Kylie yang masih terbaring lemah. Wajah wanita itu tampak begitu pucat. Dia membawa tangannya menyentuh tangan Kylie dan meremasnya pelan. Sesaat Anders terdiam kala melihat wajah Kylie yang lemah seperti ini. Yang dia tahu wanita itu selalu dingin pada banyak pria dan selalu tersenyum anggun menyapa banyak orang disekelilignya. Namun, kini semua itu telah sirna dari wajahnya."Bangunlah, banyak orang yang menunggumu untuk sadar. Termasuk diriku," ucap Anders dengan tatapan teduhnya. "Meski kau tidak pernah mengenal diriku, tapi aku tidak perduli. Karena sejak awal, aku sudah yakin kau akan menjadi milikku."Seketika Anders terkejut merasa tangan Kylie yang berada digenggaman tangannya tiba-tiba bergerak. Dengan cepat Anders beranjak berdiri, dia mendat ke arah Kylie seraya berkata, "Kylie? Kau sudah mendengarku? Apa kau mendengarku?"Perlahan Kylie mulai membuka matanya, dia sedikit mengerutkan keningnya kala melihat dirinya berada disebuah ruangan putih dan ada sosok
"Demi Tuhan, aku tidak pernah bermaksud mencelakai Athena. Meski aku membencinya, tapi aku tidak akan mungkin melenyapkannya." Air mata Kylie terus berlinang membasai pipinya. Dia terus menundukan kepalanya tidak berani menatap Justin. "Aku pernah berusaha melupakanmu, Ka. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak pernah bisa melupakanmu, ka. Berkali-kali aku berjuang melupakanmu, tapi perasaan cintaku padamu begitu dalam," isaknya dengan pelan.Justin membuang napas kasar. Dia menggeram menahan amarahnya yang hendak meledak. "Kau membenci Athena? Apa kesalahannya hingga membuatmu membencinya?" serunya dengan tatapan yang begitu tajam.Kylie mengangkat wajahnya, menatap Justin dengan mata yang berkaca-kaca. Terlihat kesedihan yang begitu mendalam di wajahnya. "Aku membencinya karena dia memilikimu. Aku membencinya karena dia yang selalu berada disisimu. Selama ini aku telah menahan diriku ketika kau menjalin hubungan dengan Marinka. Aku yakin, kau tidak aakn mungkin menikah dengan Marinka. Dan,
"Justin? Kau dari mana?" tanya Athena kala melihat Justin, melangkah masuk ke dalam ruang rawatnya. Namun, seketika kening Athena berkerut, mendapati wajah Justin begitu dingin dan menahan amarahnya."Apa kau sudah makan?" Justin mengabaikan pertanyaan Athena, dia langsung duduk di tepi ranjang."Sudah, tadi aku sudah makan," jawab Athena seraya menyandarkan kepalanya di bahu suaminya. "Justin, kau belum menjawabku. Kau habis dari mana? Tadi aku mencarimu tapi kau tidak ada. Aku bertanya pada Peter, dia mengatakan kau sedang mengurus sesuatu hal penting. Apa yang kau urus Justin?" tanyanya dengan nada yang sedikit mendesak agar sang suami menjelaskan padanya."Aku bertemu dengan Kylie," balas Justin yang sebenarnya enggan untuk menceritakanya. Tapi, jika dia tidak menjawab, istrinya itu akan selalu bertanya."Kau bertemu dengan Kylie? Apa dia sudah sadar? Lalu bagaimana dengan Adelia? Aku belum menjenguk mereka Justin. Ayo, Justin temani aku menemui mereka. Aku belum mendapatkan kabar