Justin tak bisa terkendali. Pria itu menunjukkan jelas bagaimana emosi dalam dirinya. Athena yang melihat Justin tak bisa terkendali langsung memeluk erat pinggang pria itu, meminta Justin untuk menghentikan itu.“Kenapa kau mendorongku? Apa salahku?” Pria itu bangkit berdiri, dia menghunuskan tatapan tajam pada Justin. Tatapan yang menunjukkan jelas rasa tak terima, akan sikap kasar Justin padanya.Justin membalas tatapan pria itu semakin tajam. “Kau bertanya apa salahmu? Kau memeluk istriku, Sialan!”Pria itu tampak bingung dengan ucapan gila Justin. “Athena Morris adalah seorang artis. Harusnya kau tahu dia memiliki banyak penggemar. Hanya memeluk bukanlah masalah besar!”“Kau …!” Justin hendak menyerang, tetapi Athena maju, dia merentangkan kedua tangannya mencegah Justin bertindak kasar.“Justin, cukup!” Athena berkata tegas, lalu menoleh pada penggemarnya. “Aku mohon maafkan suamiku. Kau boleh pergi sekarang. Sekali lagi aku minta maaf.”“Tidak apa-apa, Athena. Aku mengerti. Te
Ciuman itu semakin memanas. Lidah saling membelit satu sama lain. Ciuman yang penuh nafsu, tapi tetap penuh kelembutan. Dua insan yang tengah berciuman itu seolah lupa diri—dan kehilangan kewarasan. Mereka telah melewati batas berbahaya yang telah mereka pasang sendiri.“J-Justin,” bisik Athena kala pagutannya terlepas. Kilat mata keduanya begitu menggebu, tatapan mereka saling mengunci satu sama lain.“Berikan aku, Athena,” Justin berbisik dengan nada rendah di depan bibir Athena. “Aku sudah lama menahannya.”“A-aku ….” Athena tampak begitu gugup, terutama kala mendengar ucapan Justin.“Damn it! Aku sudah tidak lagi bisa menahannya!” Justin menggeram, dia kembali menyambar bibir Athena, memagut dengan sedikit kasar bibir wanita itu. Mata Athena terbelalak terkejut saat Justin kembali memagut bibirnya.Justin mendorong tubuh Athena, hingga membuat tubuh wanita itu terbaring di atas ranjang. Dia naik ke atas tubuh Athena, melumat kembali bibinya. Kali ini pertahanan wanita itu kembali
Sinar matahari pagi menembus jendela, menyentuh kulit wajah Athena. Perlahan wanita itu mulai membuka matanya—dia mengerjap beberapa kali. Tepat di saat membuka mata, dia merasakan sakit dan perih di bagian bawahnya. Tubuhnya terasa begitu remuk, dia memijat pelan pelipisnya yang terasa begitu berat. Dia mengedarkan pandangannya, melihat dirinya berada di kamar hotelnya.Beberapa detik, Athena masih terdiam berusaha mengingat kenapa dirinya terasa sangat pegal. Lalu seketika Athena teringat sesuatu. Tubuhnya mematung, tiba-tiba di pikirannya muncul ingatan dirinya yang telah menghabiskan malam panas dengan Justin.Napas Athena memburu, wajahnya tampak begitu pucat. Hingga kemudian, Athena memberanikan diri menoleh ke samping—dan melihat sudah tidak ada Justin di sampingnya. Setidaknya, Athena tidak terbangun dengan ada Justin di sampingnya.Tatapan Athena teralih pada tubuhnya sendiri. Dia melihat tubuh polosnya hanya terbalut dengan selimut tebal. Athena memejamkan mata sesaat, dia m
Justin mendorong tubuh Athena hingga membuat wanita itu terbaring di ranjang tanpa melepaskan pagutannya. Pria tampan itu menarik selimut tebal yang menutupi tubuh polos Athena. Seketika, kilat mata Justin menatap tubuh polos Athena di hadapannya dengan tatapan kagum.Ini bukan pertama kali dia melihat Athena tanpa sehelai benang pun melekat di tubuhnya, tapi sejak awal hingga detik ini, tatapan Justin selalu menatap tubuh Athena dengan tatapan memuja. Ya, dia mengakui, Athena memiliki tubuh yang sangat indah dan sempurna. Lekuk tubuh wanita itu, membuat dirinya begitu tergoda.“Kau tidak bisa menolakku, Athena,” Justin mulai membawa tangannya meremas pelan payudara Athena, hingga membuat Athena melenguh. “Tubuhmu selalu menerima sentuhanku,” bisiknya di telinga wanita itu dengan nada begitu menggoda.“Ahh!” desah Athena saat Justin memainkan putingnya dengan jemarinya. Sesaat, kilat mata Athena berkabut, berubah menjadi tatapan penuh hasrat. Dia berusaha untuk menolak, tapi nyatanya
Siang itu, hujan membasahi kota. Cuaca yang begitu sejuk membuat Athena masih enggan membuka matanya. Justin yang sudah lebih dulu terbangun dari percintaan panas mereka, dia masih terus menatap wajah polos Athena. Wanita itu tertidur begitu pulas. Meski tanpa polesan makeup, dia terlihat sangat cantik. Bulu mata lentik, hidung mancung, bibir ranum berwarna merah muda, membuat Justin tidak henti menatap wajahnya.Justin membawa tangannya mengelus bahu telanjang Athena. Entah kenapa hatinya begitu menghangat dan merasakan kenyamanan ketika berada di sampingnya. Dia sungguh tidak ingin menutupi, wanita itu berhasil masuk ke dalam pikiran dan hatinya.“Hmmm.” Athena menggeliat, perlahan dia mulai membuka matanya, lalu mengerjap beberapa kali. Tepat di saat mata Athena terbuka, dia terkejut melihat Justin tengah menatap dirinya. Dia langsung menjauh, menarik selimut, menutup tubuhnya dengan selimut hingga ke leher.“Percuma saja kau menutupi, aku sudah melihat seluruh tubuhmu.” Justin ter
Athena menatap dirinya ke cermin, terlihat wajahnya yang tampak muram. Sejak perdebatannya dengan Justin kemarin, dia lebih banyak diam. Ingin rasanya dia melawan dan memberontak, tapi Athena memutuskan untuk menunggu. Hari ini adalah hari terakhirnya di kota Athena, dia lebih memilih untuk menikmati sisa liburannya ini. Besok, ketika dia tiba di New York, dia yakin Justin akan kembali mengubah apa yang pria itu putuskan. Tentu alasan Athena bisa yakin, karena dia masih mengingat perkataan Justin—yang mengatakan dia bukanlah wanita yang tepat untuknya.Athena mendesah pelan, dia menepis pikirannya yang terus memikirkan Justin. Dia memilih memoles wajahnya dengan makeup tipis dan mengikat rambutnya model ponytail. Setelah berias, dia kembali memastikan penampilannya sempurna. Tubuhnya kini terbalut jumpsuit short pants yang membuatnya terlihat jauh lebih muda dan segar.“Kau sudah siap?” Justin yang berdiri di ambang pintu, dia menatap Athena yang baru saja selesai berias. Pria tampan
Athena mengemasi barang-barang pribadi miliknya. Tidak hanya miliknya, tapi dia pun membantu mengemasi barang-barang pribadi milik Justin. Setelah dia memastikan barang-barang pribadinya dan barang-barang milik Justin sudah berada di dalam koper, Athena langsung meletakkan kopernya dan koper Justin di sudut ruangan bersamaan dengan koper pakaian serta oleh-oleh yang telah ditata oleh pelayan.“Aku rasa sudah semuanya, tidak ada lagi yang tertinggal,” gumam Athena seraya mengetuk pelan dagunya dengan jari telunjuknya. Dia menatap begitu banyak koper yang telah tersusun. Tentu itu karena Justin membeli banyak oleh-oleh untuk keluarganya.“Athena, kita sarapan dulu, setelah itu berangkat.” Justin melangkah masuk ke dalam kamar, dia mendekat ke arah Athena. “Tadi aku sudah meminta pelayan membawakan sarapan untuk kita,” lanjutnya seraya mengalihkan pandangannya ke meja yang telah terhidangkan sarapan untuknya dan Athena.Athena mengangguk. “Baiklah, kita sarapan lebih dulu. Aku juga sudah
Pesawat yang membawa Justin dan Athena telah mendarat di Bandar Udara Internasional John F. Kennedy. Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, akhirnya Justin dan Athena telah tiba di New York. Mereka turun dari pesawat, dan langsung menuju sopir yang telah menunggu di lobby. Tampak Athena yang terlihat begitu lelah.Sepanjang perjalanan, Athena tertidur lelap. Tanpa dia sadari, dia menyandarkan kepalanya di bahu Justin. Justin yang tengah membalas email di iPad-nya, mengalihkan pandangannya menatap Athena yang kini bersandar di bahunya. Pria tampan itu membenarkan posisi Athena agar wanita itu nyaman.Tatapan Justin teralih pada Athena yang tertidur pulas. Dia mendengar napas teratur milik wanita itu yang begitu lembut. Pun dia melihat rambut Athena menutupi sebagian wajahnya. Justin membawa tangannya merapikan rambut, mengelus lembut pipi Athena dengan senyuman di bibirnya.Mobil yang membawa Justin dan Athena telah tiba di rumah mereka. Justin yang sebelumnya ingin langsung menuju ke