Sinar matahari pagi menembus jendela, menyentuh kulit wajah Athena. Suara kicauan burung di pagi hari begitu terdengar merdu. Perlahan Athena mulai membuka mata, dia menggeliat, mengerjapkan mata beberapa kali. Tepat di saat Athena terbangun, dia langsung mengalihkan pandangannya ke samping—Athena mendesah pelan ketika mendapati ranjang yang sudah kosong. Namun, tiba-tiba senyum di bibir Athena terukir kala mengingat apa yang dia lakukan dengan Justin tadi malam. Pria itu menyentuhnya, memujanya, bahkan selalu mengatakan dirinya begitu cantik. Astaga, pipi Athena memerah, dia mengingat Justin begitu memuja tubuhnya. Tatapan Athena teralih ke bawah, melihat tubuh polosnya yang hanya terbalut oleh selimut tebal. Sungguh, dia tampak begitu bahagia.Tanpa Athena sadari, Justin berdiri di ambang pintu, menatap Athena yang tengah tersenyum. Kemudian, Justin melangkah mendekat ke arah Athena dengan membawa nampan yang berisikan sarapan pagi untuknya dan Athena.“Kau memikirkan apa?” tanya Ju
[Berita terbaru pagi ini, Justin Afford dan istrinya, Athena Morris memberikan keterangan pada media bahwa anak dari pengusaha asal Los Angeles, Marinka Addison yang telah mencuri buku harian milik Athena Morris dan memberikannya pada media. Athena Morris pun menepis berita yang mengatakan dia menjadikan Justin hanya perantara demi mendapatkan Nathan Afford, adik kandung dari Justin Afford. Menurut kabar yang kami dapatkan, Marinka Addison pernah menjalin hubungan dengan Justin Afford. Jika itu benar, itu artinya Marinka Addison menaruh dendam pada Athena Morris. Saat ini, kami berusaha mendapatkan penjelasan dari Marinka Addison. Namun, hingga detik ini pihak dari Marinka Addison selalu menolak untuk bertemu.]Prang!Marinka membanting semua benda yang ada di dalam kamar kala melihat berita yang baru saja dia dengar. Marinka mengumpat kasar, dia berteriak penuh meluapkan amarahnya. Terlihat sorot mata kebencian di matanya. Kini, keadaan kamarnya begitu berantakan.“Sialan, Athena! Ja
“Justin, aku membuat puding untukmu. Cobalah, semoga kau menyukainya.” Athena melangkah masuk ke kamar seraya memegang piring yang berisikan puding vanila yang khusus dia buat untuk Justin.Justin yang tengah fokus pada iPad di tangannya, dia menatap Athena yang kini berada di hadapannya dan memberikan piring yang berisikan puding. Dia langsung mengambil puding itu seraya berkata, “Kenapa kau tidak meminta pelayan? Aku tidak ingin kau lelah.”Athena tersenyum, lalu dia duduk di samping Justin. “Hanya membuat puding tidak akan membuatku lelah, Justin,” ucapnya sambil menatap pria itu. “Cobalah, semoga kau menyukainya. Aku membuat puding rasa vanila karena aku pikir kau tidak terlalu menyukai puding cokelat. Biasanya pria tidak terlalu menyukai makanan yang manis. Puding yang aku buat ini juga tidak terlalu banyak menggunakan gula.”“Aku menyukai puding rasa vanila. Saat aku kecil, ibuku selalu membuatkan puding untukku.” Justin mengambil sendok, lalu dia menyuapi puding ke mulutnya. Se
“Athena, hari ini kau pulang jam berapa?” Justin yang baru saja selesai mandi dengan tubuh yang masih terlilit handuk di pinggangnya, dia melangkah masuk ke dalam walk-in closet. Tatapannya terus menatap Athena yang tengah menyiapkan pakaian untuknya.“Mungkin, jam enam sore atau paling lambat jam tujuh aku sudah pulang.” Athena memberikan pakaian yang telah dia siapkan pada Justin. Justin pun menerimanya dan langsung mengganti pakaian. Tepat di saat Justin tengah memasang dasi, Athena langsung mengambil alih, dia membantu pria itu memakaikan dasi.“Hari ini aku akan mengantarmu,” ujar Justin sambil menatap Athena yang tengah memasangkan dasi. “Nanti pulang kau akan aku jemput,” lanjutnya seraya mengecup hidung Athena.“Kau ingin mengantarku? Apa itu tidak merepotkanmu?” Athena menepuk pelan dada Justin saat selesai memasangkan dasi untuk Justin.“Tidak mungkin aku merasa direpotkan hanya karena mengantarmu.” Justin menangkup kedua pipi Athena, lalu mengecup bibir wanita itu. “Sekaran
“Athena, apa kau sungguh tidak apa-apa sesi pemotretan terakhir di outdoor?” Julia bertanya saat Athena baru saja menyelesaikan pemotretannya. Dia mendekat ke arah Athena seraya memberikan orange juice pada sahabatnya itu.“Thanks,” ucap Athena ketika menerima orange juice yang diberikan Julia, lalu dia meminumnya perlahan. “Aku tentu tidak keberatan jika harus pemotretan outdoor. Lagi pula, aku juga sudah lama tidak pemotretan outdoor,” lanjutnya seraya meletakkan gelas yang masih berisikan setengah orange juice ke atas meja.Julia mendesah pelan. “Baiklah, tapi tadi kau tidak bawa mobil, kan? Nanti kau pulang mau bersama denganku atau dijemput oleh Justin?”“Nanti Justin menjemputku,” jawab Athena.Julia mengangguk. “Apa kau akan bicara pada Justin kalau pemotretanmu pindah lokasi?”“Mungkin nanti aku akan mengirimkan pesan padanya kalau sudah tiba di sana,” balas Athena. “Biasanya di jam seperti ini Justin pasti sibuk. Nanti saja aku mengabarinya.”Julia mendesah pelan, kini dia me
“Nathan, hari ini kau pimpin meeting dengan Lewis Group. Aku ingin menjemput Athena sore ini,” ujar Justin seraya melangkah keluar dari ruang meeting menuju ruang kerjanya bersama dengan Nathan.“Scarlett sudah mulai bekerja, Kak?” tanya Nathan sambil menatap Justin.“Sudah, dia sudah mulai bekerja.” Justin duduk di kursi kerjanya. Tepat di saat Justin duduk, Nathan pun duduk di hadapan Justin.“Yang aku tahu, kau sangat tidak suka memiliki pasangan seorang artis, kenapa kau masih membiarkan Scarlett menjadi seorang artis?” Nathan menuangkan wine yang ada di hadapannya ke gelas sloki, lalu mengambilnya dan menyesapnya perlahan.Justin membuang napas kasar. “Menjadi artis adalah mimpi Athena. Aku tidak mungkin menghancurkan apa yang telah menjadi mimpinya,” jawabnya dengan nada kesal.Nathan terkekeh. “Sepertinya, Scarlett begitu spesial untukmu, Kak. Biasanya kau selalu melakukan hal sesukamu. Kau selalu meminta para wanita untuk selalu menuruti setiap keinginanmu. Tapi kali ini, kau
“Tuan Ronald, kenapa lokasi pemotretannya jauh dari kota seperti ini? Lalu, di mana ponselku? Apa kau melihatnya?” Athena menatap bingung kala memasuki sebuah bangunan yang cukup tua, jauh dari pusat kota. Dia mengedarkan pandangannya, tidak ada rumah penduduk di sekitar. Seketika Athena mulai merasakan sesuatu yang aneh. Namun, dia berusaha untuk menepis itu semua. Dia tidak ingin berpikiran negative.“Nona Athena, lokasi pemotretan yang terakhir memang di sini,” jawab Ronald. “Untuk ponsel milik Anda, Anda tidak perlu khawatir. Saya sudah menyimpannya,” lanjutnya seraya mengangkat ujung bibir membentuk sebuah seringai kecil.“Apa kau bisa mengambilkan ponselku? Aku ingin menghubungi suamiku. Hari ini suamiku akan menjemputku. Dia belum tahu lokasi pemotretanku pindah,” ujar Athena sambil menatap Ronald.Ronald tersenyum penuh arti. “Maaf, Nona Athena. Mungkin lebih baik Anda selesaikan pemotretan Anda. Setelah itu Anda baru mengabari saumi Anda.”Athena mendesah pelan. “Baiklah, di
Justin dan Arthur terkejut mendengar apa yang diceritakan Drake. Terlihat tatapan Arthur berubah menjadi dingin. Sedangkan Justin, dia sungguh tidak menyangka dengan apa yang dilakukan kakeknya. Semua ini sudah diatur, termasuk pertemuannya dengan Athena telah diatur oleh kakeknya sendiri.“Grandpa, jadi kau yang memberikan obat di minumanku hingga aku lepas kendali?” seru Justin dengan tangan yang terkepal kuat. Dia benar-benar tidak tahu harus bersikap apa. Selama ini, dia selalu mencari siapa pelaku yang memberikan obat di minumannya dan dia tidak pernah bisa menemukannya. Tapi kenyataan yang didapatnya adalah kakeknya sendiri yang merencanakan ini semua.“Pa, apa kau tahu dengan apa yang kau rencanakan ini bisa membuat nama baik Afford Group dan Lucero Group ini jatuh? Bagaimana jika rencanamu tidak berjalan baik? Kenapa bisa kau merencanakan semua ini tanpa mengatakan apa pun padaku?” seru Arthur dengan raut wajah tampak kesal. Terlihat dirinya berusaha mengendalikan dirinya.Dra