Share

Bab 6

Di tempat yang berbeda Almira termangu dengan tatapan kosong. Pakaian suaminya ia pegang erat dengan menahan emosi yang hampir saja membuncah. Bau parfum wanita menyeruak di seragam kerja suaminya.

'Kurang apa lagi aku sebagai istrimu pa? Teganya kamu mengulangi kesalahan yang sama.' Bathin Almira menjerit menahan sakit yang teramat dalam.

"Assalamualaikum, papa pulang." Seru Jordan yang sudah masuk rumah dan segera melepas sepatu kerjanya.

"Papaaaa,, Dira sudah siap mau berangkat sekolah. Tapi mampir beli es krim dulu ya pa." Sambut Dira dengan suara khas anak kecil. Anak Jordan yang ke tiga memang masih duduk di kelas TK B. Di antara 3 anaknya Jordan, Dira lah yang paling dekat dengan papanya.

Jordan tersenyum melihat putri cantiknya sudah rapi dan siap berangkat sekolah. Dira berhambur kepelukan papanya. Jordan menciumi pipi Dira dengan penuh sayang.

"Ini kan masih pagi adek, beli susu sama Snack lainnya saja gimana?" Tawar Jordan pada Dira yang sudah berada dalam pangkuannya.

Dira berpikir sejenak dengan mengetukkan telunjuknya ke samping kepalanya. " Oke dah pa. Tapi pulangnya janji ya beliin Dira es krim?!" Kelingking mungilnya di arahkan ke Jordan. Dengan senyum Jordan menyanggupinya.

"Kok mama tidak kedengaran suaranya ya dek?" Tanya Jordan sambil melangkah ke arah dapur.

"Hey ma, kok papa ngucap salam tidak di jawab?" Tegur Jordan yang mendapati istrinya berada di depan mesin cuci. Almira bersikap acuh dan terus memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci.

Jordan yang menyadari istrinya cuek tidak melanjutkan pertanyaannya lagi. Dia memilih pergi mengantarkan Dira sekolah. Walaupun penuh tanda tanya akan sikap istrinya, Jordan enggan untuk membahasnya. Jadwal piket jaga di Polsek semalaman juga padat. Karena semalam terjadi kecelakaan lalu lintas yang mengharuskan Jordan dan teman piketnya sibuk mengurus korban kecelakaan.

"Parfum wanita jal*ng mana lagi yang kamu kencani pa?" Serang Almira pada Jordan yang baru pulang dari antar Dira sekolah.

Di serang pertanyaan seperti itu, membuat Jordan terperanjat kaget. Tapi secepat kilat Jordan mampu bersikap setenang mungkin.

"Mama ini pagi-pagi sudah ngelantur saja ngomongnya. Papa kalau libur ya di rumah. Kalau piket, tiap sore ya pulang buat mandi dan makan malam di sini. Kapan papa ada waktu buat neko-neko. Mama pasti capek, jadi ngomongnya mulai ngawur. Mending mama istirahat, cucian dan urusan rumah biar papa yang urus ya sayang." Ujar Jordan lembut dan meyakinkan. Tapi Almira tetap tak bergeming. Sorot matanya tajam menatap Jordan.

"Tidak perlu mengalihkan pembicaraan. Kamu cukup jelasin siapa perempuan Jalal*ng yang sudah kamu tiduri." Teriak Almira seraya melempar pakaian Jordan yang ada bekas parfum wanita.

"Itu bukan parfum aku pa! Itu pula bukan parfum kamu, kamu masih mau ngelak lagi pa? Belum puas kamu dengan satu istri hah!" Hardik Almira sambil menangis tergugu.

Jordan mengacak rambutnya dengan frustasi. Berbagai alasan sudah dia berikan, tapi Almira tetap tak percaya.

"Terserah kamu dah ma. Harus dengan cara apa lagi aku meyakinkan kamu. Bisa jadi itu parfum orang yang nempel waktu berdesakan saat kapan hari aku tugas jaga di kantor desa tepat hari pembagian dana bantuan. Warga berdesakan, kamu tahu sendiri itu. Bukannya kamu lihat sendiri saat Dira vicall aku saat aku lagi jaga di kantor desa." Terangku meyakinkan Almira.

" Umurku hampir 40 tahun. Anak-anak sudah pada remaja, tak perlulah kamu berpikiran yang tidak-tidak. Aku kerja fokus buat kebahagiaan kalian. Aku sangat berterima kasih sama kamu, karena kamu tidak gengsi berjualan baju online untuk membantu keuangan rumah tangga kita." Imbuh Jordan sambil membawa Almira dalam dekapannya.

"Entahlah, sulit untuk mempercayai penuh kamu lagi setelah kejadian 8 tahun silam." Almira berkata lirih dan melepaskan pelukannya. Almira berlalu meninggalkan Jordan yang tak bergeming .

***

Flashback on

8 tahun silam, tanpa sengaja Jordan bertemu dengan seorang wanita cantik di sebuah bus dengan tujuan kota yang sama. Jordan terlibat obrolan yang panjang. Wanita cantik yang bernama Tamara itu terlihat humble. Sehingga Jordan betah berlama-lama duduk dengannya.

Tamara pun bukan wanita sembarangan. Ternyata dia juga seorang istri TNI yang suaminya sedang tugas di Lebanon. Sedangkan Tamara sendiri bekerja sebagai seorang guru honorer di kota dengan julukan SURGA BURUNG

Jordan yang tengah tugas di kota tersebut dan sedang menjalani long distance relationship dengan Almira istrinya, merasa ada peluang untuk mendekati Tamara.

Setiap hari Jordan menghubungi Tamara. Menanyakan kabar dan basa basi lainnya. Sehingga di suatu hari saat Jordan dan Tamara lagi menikmati bakso urat yang ada di alun-alun kota, Jordan di kejutkan oleh keinginan Tamara.

"Aku ingin punya anak. Agar hari-hari aku tidak kesepian. Kamu mau menghamili aku?" Permintaan Tamara yang di luar dugaan Jordan menjadi sebuah Boomerang bagi dirinya.

Jika mengikuti nafsu, Jordan sih mau saja. Tapi resiko jika ketahuan, bukan hanya karirnya yang akan hancur, tapi rumah tangganya yang dia bangun pun akan tercerai berai.

"Mas, kenapa diam? Sejak pertama aku kenal kamu, aku sudah jatuh hati sama kamu. Seminggu lagi suamiku datang, dan saat ini aku sedang mengalami masa subur. Kita bisa melakukan hubungan intim selama seminggu. Aku ingin hamil anakmu mas." Jelas Tamara seraya menaruh tangannya di paha Jordan. Mendapat perlakuan seperti itu, munafik jika Jordan tidak bergairah. Keringat dingin mengucur di kening Jordan.

"Kamu serius Tamara? Jika kamu hamil, maaf aku tidak bisa menikahi kamu. Aku juga punya keluarga yang harus aku pertahankan." Kata Jordan menjelaskan.

" Aku tidak akan menuntut kamu apapun mas. Aku hanya ingin punya anak dari kamu. Karena jujur, hormon suami aku bermasalah. Sengaja aku tidak memberi hasil pemeriksaan medis suamiku. Karena aku juga tidak mau dia kecewa. Jika bulan depan aku hamil anakmu, aku yakin suamiku akan bahagia. Karena dia akan mengira kalau itu hasil karya suamiku." Terang Tamara dengan tatapan sendu. Jordan tidak bisa melihat wajah cantiknya yang berubah menjadi murung. Sehingga pada akhirnya Jordan pun menyanggupi permintaan Tamara.

"Kalau di mulai malam ini, kamu sanggup kan mas?" Bisiknya yang mampu membuat Jordan terkesiap mendengar suara Tamara yang sengaja setengah mendesah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status