"Kamu lihat Mas, anak yang kamu banggakan telah mencoreng wajahmu, lebih baik kita usir dia, sebelum semua warga tahu kalau anakmu sedang hamil, ini bisa menjadi aib bagi keluarga besar kita."
"Siapa yang bertanggung jawab atas kehamilanmu Karin?" tanya Pak Diki, tanpa menoleh sedikitpun ke arah Karina.
"Pacar Karin, Yah," jawab Karina.
"Sekarang juga kamu hubungi dia, biar Ayah yang bicara."
"Tapi dia sudah memutuskan hubungan dengan Karina."
"Itu artinya pacarmu lari dari tanggung jawab, dan kamu ditinggal begitu saja, dengan kondisi perut yang sedang berbadan dua."
"Iya."
"Maaf Pak, saya karyawan baru disini, nama saya Karina," ucap Karina memperkenalkan diri, saat sang manager mendongakan kepalanya, Karina sangat terkejut melihat wajahnya yang sepertinya tidak asing bagi Karina."Karina," tunjuk lelaki yang kini menjadi atasan Karina."Kamu." Karina mencoba mengamati wajah lelaki di hadapannya."Dunia sempit ya, nggak nyangka bisa ketemu sama kamu di sini.""Kalo nggak salah kamu orang yang waktu itu nolongin aku di jalan, pas aku hampir ketabrak motor," ucap Karina, sambil menutup mulutnya."Siapa coba?" tanya satria, mencoba mengingatkan Karina."Satria."
"Maaf Pak, saya karyawan baru disini, nama saya Karina," ucap Karina memperkenalkan diri, saat sang manager mendongakan kepalanya, Karina sangat terkejut melihat wajahnya yang sepertinya tidak asing bagi Karina."Karina," tunjuk lelaki yang kini menjadi atasan Karina."Kamu." Karina mencoba mengamati wajah lelaki di hadapannya."Dunia sempit ya, nggak nyangka bisa ketemu sama kamu di sini.""Kalo nggak salah kamu orang yang waktu itu nolongin aku di jalan, pas aku hampir ketabrak motor," ucap Karina, sambil menutup mulutnya."Siapa coba?" tanya satria, mencoba mengingatkan Karina."Satria."
"Beneran ngajak perang ini bocah, kita lihat sampai kapan kamu bisa kuat bertahan kerja di sini," geram seseorang yang sedang melihat dari balik kaca.Waktu berlalu begitu cepat, sudah waktunya para karyawan pulang, satu persatu staf meninggalkan meja kerjanya, termasuk Karina, dia sedang bersiap-siap untuk pulang."Karin," sapa Satria, yang sudah berdiri di depan meja tamu."Belum Pak," jawab Karina, tanpa menoleh ke arah Satria, karena dia sedang sibuk mengambil pen yang jatuh ke kolong meja."Kok Bapak sih, berasa tua banget, aku di panggil Bapak," cetus Satria."Eh Satria, aku kira siapa, maaf tadi lagi ngambil pen, jatuh ke kolong," ucap Karina sambil merapikan hijabnya."Pulang bareng yuk," ajak Satria."Nggak usah Satria makasih, takut ngerepotin kamu, aku udah pesen ojol kok buat pulang," tolak Karina, karena dia memang sudah meme
Gubrak … setelah beberapa kali mencoba, akhirnya pintu berhasil dibuka, mereka terpaku dengan pemandangan yang ada di dalam kamar."Astagfirullah.""Karina," teriak Satria, dia langsung berlari menghampiri Karina, yang tergeletak di depan pintu kamar mandi, sedangkan Bu Tinna masih terpaku di tempatnya."Rin, sadar Rin, ini aku Satria." Satria mengguncang tubuh Karina, namun Karina tetap diam tidak merespon, wajahnya terlihat sangat pucat, Satria berinisiatif akan membawa Karina ke rumah sakit terdekat."Bu, tolong saya, Bu," tegur Satria kepada Bu Tina, yang langsung tersadar dari lamunannya."Eh iya maaf, aduh saya jadi ngelamun ngeliat keadaan Kar
"Ceritanya panjang Sat, aku malu kalau harus cerita semuanya sama kamu," jawab Karina dengan air mata yang mulai membanjiri pipinya."Nggak papa cerita aja, keluarin semua beban yang selama ini kamu pendam, biar kamu lega, siapa tau aku bisa bantu.""Semuanya berawal …"Karina menceritakan semuanya kepada Satria, dari awal mula dia bertemu dengan Dehan, sampai dia bisa hamil di luar nikah, hati Satria terenyuh mendengar cerita Karina, dia seakan ikut merasakan sakit yang dirasakan oleh Karina."Kamu wanita yang kuat, aku salut sama kamu, kamu bisa ngelewatin semuanya sendirian," ucap Satria."Aku tidak punya pilihan lain, keadaanlah yang membuat aku
"Bukannya tadi kamu bilang calon istri, gimana sih plin-plan banget omongannya," cecar Bu Ayu."Jadi Ceritanya gini, Mah."#####"Nggak, pokoknya Mamah nggak setuju, kalau kamu nikahin dia, bisa-bisa jadi jelek nama keluarga kita, lagian kamu ngapain sih mau bertanggung jawab buat hal yang nggak kamu lakuin, orang yang makan nangkanya kamu yang kena getahnya!" cerocos Bu Ayu penuh emosi, dia sangat marah setelah mendengar cerita dari Satria."Tolonglah Mah, buat saat ini ngertiin perasaan Satria, Satria nggak peduli sama omongan orang, Satria juga nggak peduli sama statusnya Karina, yang Satria pengen sekarang cuma satu, yaitu hidup bahagia sama Karina." Satria berkata dengan tegas, namun tetap sopan dan tidak mengu
"Mertua kamu kok jadi sensi Karin, kayaknya lagi datang bulan dia," bisik Tante Ika kepada Karina."Ehm, saya denger apa yang kalian bicarain," sindir Bu Ayu, Tante Ika dan Karina mendadak diam, mereka melanjutkan acara makan malam tanpa ada yang berani berbicara.Selesai makan malam, Karina membantu membersihkan meja makan, setelah itu dia kembali masuk ke dalam kamar, karena anggota keluarga yang lain sudah masuk ke dalam kamarnya masing-masing."Aku tidur di mana?" Tanya Karina pada Satria, yang sedang berbaring sambil memainkan gawainya."Tidur di sini, di samping aku, emang kamu mau tidur di mana," jawab Satria sambil menepuk kasur yang kosong di sebelahnya.
Pak Agung dan Satria saling melempar pandangan, sambil tersenyum."Kalian senyum-senyum kaya gitu kenapa," cetus Bu Ayu dengan tampang masam."Enggak kok Mah, sensi banget, udah kita lanjutin lagi sarapannya," jawab Pak Agung, sambil menyeruput secangkir teh hangatHari ini Satria kembali bekerja di kantor, karena masa cutinya telah habis, setelah sarapan Satria dan Pak Agung berangkat ke kantor."Aku berangkat kerja dulu ya, kamu baik-baik di rumah, kalau bisa ajak ngobrol Mamah biar makin dekat.""Iya Mas, hati-hati di jalan.""Assalamualaikum," ucap Satria, sambil melambaikan tangan dari dalam mobil."Waalaikumsalam."Di rumah kini hanya tersisa Bu Ayu dan Karina, setelah membantu Bu Ayu membersihkan halaman depan, Karina berniat untuk kembali masuk ke dalam kamar."Karin," panggil Bu Ayu, yang