Derap langkah santai, seorang laki-laki bersetelan formal menjadi pusat perhatian para karyawan, yang kebetulan baru saja memasuki area tersebut.
Para karyawan itu saling berbisik melihat ketampanan dengan senyum yang tersungging di bibir lelaki itu.
“Wah, andai saja CEO kita seperti dia. Pasti gue nggak akan gemeteran kalau pas papasan sama beliau,” celetuk salah satu karyawan.
“Lo bener. Apalagi Mr. Dominic. Yang sangat bersikap lembut kepada semua wanita. Lo nggak tau sih kalau gue pernah di sapa oleh dia.” Satu karyawan lain menyetujui ucapan temannya.
“Dah lah. Pokoknya, apa pun yang terjadi, Mr. Johnson itu CEO idaman sejuta umat,” timpal yang lain.
“Ck. Susah kalau ngomong sama orang yang sudah bucin mendarah daging.”
“Ha ha ha ....”
“Hush! Jangan kenceng-kenceng ketawanya!”
Para karyawan itu kemudian memasang wajah polos ketika sang pria tampa
Aku akan menjemputmu sore nanti.Satu pesan di aplikasi online yang baru saja masuk membuat Becca masih betah memandangi layar ponselnya. Tanpa sadar seulas senyum tipis tersungging ketika mengingat siapa pengirim pesan itu.“Becca.”Panggilan dari wanita paruh baya di dekat pintu kamar tak lantas membuat gadis yang masih berkutat dengan ponselnya itu menoleh. Rupanya si gadis itu masih melamunkan sesuatu.Dahi Lucia mengernyit tatkala putri semata wayangnya tak merespons dirinya. Ia pun memutuskan untuk menghampiri dengan langkah pelan, sambil mengintip dari belakang.“Aneh. Tidak biasanya ia seperti ini,” batin Lucia.Ketika jarak Lucia semakin dekat, bertepatan dengan menolehnya kepala Becca dan membuat mereka terkejut.“Astaga Mama! Apa yang Mama lakukan?” Ia mengusap dadanya yang berdebar hebat. Apa-apaan mama-nya ini. Bisa-bisanya masuk ke kamar dengan mengendap-endap seperti itu.Wanit
Semenjak perdebatan dengan Mamanya pagi tadi, Becca mengurung diri di kamar. Pikirannya melayang memikirkan semua fakta yang baru saja ia ketahui.Rasa sakit mengoyak hati ketika tahu jika sang ayah masih hidup dan berada tak jauh darinya, yang sampai saat ini belum pernah bertemu dengannya.Mengapa Daddy setega ini? Mengapa harus memperlakukan Becca dan Mama seperti ini?Begitulah pertanyaan itu berputar di benaknya. Sampai pada akhirnya ia dijemput oleh Gabriel.Dan di sinilah mereka sekarang. Berada di salah satu ruang ganti, di butik langganan keluarga Johnson.“Apa kau baik-baik saja?” tanya laki-laki yang sejak sepuluh menit yang lalu berada di belakang Becca. Ia mengernyit kala gadis itu tak merespons pertanyaannya.“Becca?”Hening. Layaknya patung manekin yang tak bernyawa, gadis berambut ikal itu masih diam dengan tatapan kosong.Alih-alih memanggil kembali, Gabriel bergerak maju, menyusupkan ke
Layaknya satu janji yang tak pernah dipikirkan sebelumnya, laki-laki bermata biru itu mengucapkan dengan kesungguhan. Dengan tiba-tiba tanpa ada rencana sebelumnya.Maka dari itu, bukan hal salah bila akhirnya gadis yang berada di pelukan Gabriel seketika tersanjung. Merasa disayangi. Merasa berharga dan merasa dicintai.Dalam hidupnya selama ini, ia tak pernah sekalipun mendapat perhatian seperti ini dari laki-laki. Karena pada saat ia bersekolah hingga masuk ke perkuliahan, Lucia tak memperbolehkannya dekat dengan lawan jenis.Dan pada ketika hari ini ia mendapatkan dari laki-laki yang memeluknya, ia merasa bahagia. Hatinya membuncah, ada setitik rasa menyeruak begitu saja.Tak ada hal lain yang bisa membuatnya merasa nyaman. Bahkan teramat nyaman. Akan tetapi, hanya karena pelukan laki-laki dengan kasih sayang ini, semuanya terasa berbeda.Pada akhirnya ia memberanikan diri, menggeliat sesaat. Bergerak, mendongak. Menatap dalam pada kedua bola m
Untuk satu perintah dengan ketegasan membuat Becca tersihir. Tak bisa mengatakan apa pun lagi, selain menurut. Ia mulai memejamkan mata kala kedua tangan hangat Gabriel melepaskan kemeja yang melekat di tubuhnya.Kemeja terhempas, menyisakan bra dan kain segitiga berwarna merah muda. Untuk beberapa saat lamanya, laki-laki bermata biru itu terpana pada pemandangan di pangkuannya ini. Ada getaran yang menggebu, menuntun tangannya mulai menyentuh kedua payudara itu bersamaan.Kesiap tertahan keluar dari bibir tipis Becca yang sudah memejamkan mata. Hal itu memacu ego Gabriel untuk bergerak, meremas dengan sensual dan penuh penghayatan.‘Sial! Aku tidak akan bertahan jika gadis ini pasrah begitu saja.’Adalah kedua tangan Gabriel yang tidak cukup puas dengan adanya penghalang bra di sana. Tangan itu kemudian menjalar ke belakang punggung untuk melepas kaitan bra sialan yang mengganggu kesenangannya.Bra terlepas, menyusul sehelai kemeja yan
Kemudian Gabriel menuntun kedua kaki Becca untuk menekuk agar ia bisa masuk semakin dalam. Ada sensasi warna-warni yang melingkupi kejantanannya di dalam sana.Hangat, liat, dan basah. Rasa-rasa itu berpadu menjadi sesuatu yang pertama kali dirasakan Gabriel. Begitu menakjubkan, mendebarkan, dan menggairahkan.Selama dua puluh sembilan tahun lamanya, laki-laki bermata biru itu tidak pernah tertarik untuk mencicipi wanita yang bersedia melebarkan paha mereka. Yang secara sukarela ataupun minta dibayar.Akan tetapi, semuanya tak lagi seperti dulu kala ia bertemu dengan gadis asing di kelab malam itu. Hingga mereka harus terlibat hubungan antara pelanggan dan pelayan.Dan sampai pada malam ini, Gabriel yang sudah menahan diri sejak kemarin, merealisasikan keinginannya. Memiliki gadis yang ia yakini sebagai perawan itu sepenuhnya. Untuk dirinya sendiri.Egonya pun semakin memuncak saat ia mendapati jika dugaannya adalah benar. Gadis yang kini tak berda
Gadis pemilik nama Rebecca Annastasia tak menyangka jika ia akan menjadi seberani ini. Dengan sukarela ia memasrahkan diri sepenuhnya pada laki-laki asing.Kekalutan yang sempat menderanya membuat ia menggadaikan akal sehat dan jatuh pada pusaran hasrat. Ia teringat betul bagaimana dengan sadar menyambut semua sentuhan lembut pria yang kini menindihnya.Bagaimana nasibku setelah percintaan malam ini berlanjut? Mampukah aku bertahan untuk melayani pria itu hingga tiga minggu ke depan?Dua dari banyaknya pertanyaan itu mengganggu pikiran Becca. Jujur saja, percintaan malam ini tidak pernah ia pikir sebelumnya. Semua terjadi begitu mendadak tanpa perencanaan.Akan tetapi, ia tidak akan berbohong jika sentuhan lembut pria itu membuatnya melayang. Merasakan indahnya perasaan warna-warni yang tak bisa dideskripsikan secara detail. Ia tahu bahwa setelah malam ini, semuanya akan berbeda.Terutama perasaannya pada Gabriel.Pada saat Becca masih berge
Siang ini Gabriel membawa gadis dengan dres di atas lutut tanpa lengan, pulang ke rumah utama. Itu semua ia lakukan karena permintaan Maria yang mendesak dirinya untuk segera datang.Wanita berusia senja itu mengeluarkan semua jurus rayuannya untuk menarik Gabriel pulang. Hingga bukan hal mengherankan jika kehadiran Gabriel disambut oleh Maria yang telah menunggu di teras rumah.“Kau benar-benar mewujudkan keinginan Grandma, Gabriel,” sambut Maria dengan wajah keriput yang berseri-seri. Sejak semalam, ia tak bisa tidur nyenyak. Memikirkan laki-laki yang kini datang bersama kekasihnya.Tak bisa dielak siapa pun jika kepulangan Gabriel ke rumah utama adalah salah satu kebahagiaan yang membuat senyum itu mengembang sempurna.Gabriel yang melingkarkan tangannya di pinggang Becca tersenyum kecil. Ketika jarak semakin menipis, ia melepaskan tangannya sejenak sebelum pada akhirnya memeluk Maria.“Grandma sehat?” Satu pertanyaan yan
Gabriel menatap lurus pada pemandangan yang bisa ia lihat dari balkon di kamarnya. Ia tak mengeluarkan ekspresi apa pun setelah kejadian di ruang keluarga.Pria itu masih tak habis pikir dengan jalan pikiran Daddy-nya yang bersikukuh menjodohkan ia dengan Zeline. Padahal, sejak beberapa hari yang lalu ia sudah menegaskan bahwa tak akan menerima keputusan itu.Helaan napas panjang kembali berembus ketika kegelisahan itu melanda dirinya. Jujur saja, ia lelah jika harus dikontrol seperti ini.Apakah setiap pewaris harus diatur sedemikian rupa? Tidakkah ia mempunyai pilihan untuk dirinya sendiri? Apakah ...Pertanyaan itu buyar ketika ada tangan mungil menyusup di antara kedua sisi pinggangnya, yang kemudian merayap, meraba dadanya yang polos. Ditambah kecupan-kecupan yang mendarat di punggung membuat suatu bibir Gabriel tertarik ke atas. Membentuk satu seringai tipis yang memiliki satu arti.“Sir?” Gadis yang hanya terbalut kimono itu meli