Nolan semakin agresif menyesap bulatan kecil milik Olivia dan sesekali memulas dengan lidahnya. Sehingga membuat tubuh Olivia menggeliat dan melenguh. Olivia semakin menekankan tubuhnya ke dinding untuk menopang tubuhnya agar tidak terjatuh karena kedua kakinya terasa lemas. Dia kembali melenguh karena Nolan terus saja menyesap kedua payudaranya secara bergantian. “Aku menyukainya,” ucap Nolan setelah dia mendengar Olivia melenguh beberapa kali. Nolan pun kembali menjelajah setiap inci tubuh Olivia hingga ke perut dan akhirnya berhenti di depan area kewanitaannya. Dia menjulurkan jarinya dan memainkan klitorisnya. “Ahh ... Nolan ....” Olivia melenguh dan memanggil nama Nolan. Kedua tangannya memegang rambut Nolan dan meremasnya. Dia semakin tidak berdaya karena kenikmatan yang diberikan oleh pria itu. Lenguhannya semakin kencang tatkala Nolan mulai memulas klitorisnya. Dia menarik rambut Nolan karena gairahnya semakin memuncak. Tubuhnya menggeliat dan dia berusaha untuk mengh
“Miranda. Dia bukan yang sudah menculik aku?” sela Olivia sembari memasukkan satu sendok makan ke dalam mulutnya. Dia berpikir jika yang sudah menculiknya adalah ibu tirinya. Karena dia sangat mengenal Miranda yang ingin dirinya menderita dan meninggalkan pria yang ada di sampingnya saat ini. “Miranda tidak ada kaitannya dengan penculikanmu kemarin,” sambung Ian. Dengan yakin. “Jika bukan dia siapa? Aku sama sekali tidak memiliki musuh lainnya.” “Paula.” “Berani sekali dia!” ujar Nolan dengan nada dingin. Olivia terdiam. Dia masih memikirkan mengapa wanita itu melakukan semuanya. Padahal dia tidak pernah mengganggunya dan tidak melakukan hal buruk kepadanya. “Apa yang harus aku lakukan padanya?” tanya Ian pada Nolan. “Jangan lakukan apa-apa dulu padanya.” “Mengapa? Apakah kamu ada masalah jika dia kenapa-kenapa?” tanya Olivia dengan nada tidak suka. “Jangan ikut campur masalah ini! Biar aku yang urus, Paula!” Olivia mendelik. Dia tidak suka dengan jawaban yang diberikan
“Luka aku tidak parah. Kamu jangan memanggil dokter,” ucap Paula pada Nolan. Sembari memperlihatkan jika dirinya begitu diperhatikan oleh Nolan kepada Olivia. Olivia hanya menatap drama yang ada di depannya. Dia tahu jika Paula memang sengaja melakukan semua itu. Wanita itu ingin membuatnya kesal sehingga memutuskan untuk menjauh dari Nolan. Dia pun berjalan ke luar dan tidak memedulikan apa yang akan dilakukan oleh mereka berdua. Dia melihat Ian yang ada di luar sepertinya sedang menunggu seseorang. “Ian, bisakah kamu meminjamkan sopir dan mobil untuk aku?” tanya Olivia. “Nona Olivia, mau ke mana?” “Ke mana saja yang penting tidak ada di rumah ini.” Ian terdiam sejenak dan dia memikirkan apakah memberikan mobil dan sopir. Dia yakin jika wanita yang ada di depannya belum mendapatkan izin dari Nolan. Namun, dia juga tahu jika di dalam sana ada Paula dan mungkin inilah alasannya Olivia ingin pergi. “Ayolah, Ian. Apakah kamu ingin aku pergi sendiri?” Olivia terus memaksa Ian
Olivia memutar tubuhnya sembari mendengar Nolan yang sedang berbicara. Dia berlari ke arah yang ditunjukkan oleh pria itu. Suara pria itu mulai terasa beda sehingga rasa khawatir di dalam benak Olivia semakin besar. “Lalu aku haru ke mana?” tanya Olivia. Pada Nolan yang ada di seberang telepon. Dia berhenti tepat di atas jembatan saat pertama dia tiba. Olivia kembali memutar tubuhnya karena Nolan berkata jika dirinya ada di daerah itu. “Aku sudah ada di atas jembatan. Di mana kamu? Mengapa aku tidak bisa melihatmu?” tanya Olivia. Dengan napas terengah-engah. “Jangan bercanda! Cepat katakan di mana kamu?!” dia kembali bertanya dengan nada menekan. Olivia pun kembali berjalan dengan cepat setelah mendengar Nolan mengatakan posisinya saat ini. Namun, seseorang menarik tangannya dari belakang dengan cukup kuat. Dia terkejut sehingga tubuhnya masuk ke dalam dekapan seseorang yang baru saja menarik tangannya. Olivia secara refleks menginjak kaki orang itu dengan sangat keras. Sehing
"Katakan saja! Karena wanita itu selalu ada di dekatku dan menyelamatkan aku.” Olivia kembali berkata pada Nolan. Karena pria itu terdiam setelah dirinya bertanya tentang Adel. Dia hanya penasaran saja dengan wanita yang bisa dengan mudah mendapatkan kepercayaan Nolan. “Kita masuk dulu! Udaranya sangat dingin,” jawab Nolan. Sembari menggendong Olivia dan berjalan masuk ke dalam kamar. Dia mendudukkan Olivia di atas ranjang. Setelah itu dia menekan sebuah tombol yang ada di dekat ranjang. Secara perlahan pintu kaca bergerak dan menutup balkon ke dalam kamar. Sehingga udara dingin tidak masuk ke dalam kamar. Olivia duduk dengan tenang sembari menunggu Nolan yang akan menjelaskan semuanya. Dia sudah tidak ingin ada rahasia lagi karena bagaimanapun Adel selalu ada di sisinya. “Serius kamu ingin tahu tentangnya?” tanya Nolan. Sembari duduk di samping Olivia. “Iya.” “Dia adalah mantan kekasih Ian dan juga salah satu orang kepercayaanku.” “Jelaskan semuanya! Mengapa mantan kekasih
"Kamu yakin?” tanya Nolan. Setelah dia terbangun karena merasakan yang dilakukan oleh Olivia. Nolan tersenyum dan dia memegang pinggul Olivia lalu menjatuhkannya ke sisinya. Dia pun memeluk Olivia dan berusaha untuk menenangkan wanita yang sudah dipenuhi oleh hasrat. “Tidurlah!” ucap Nolan pada Olivia. Sembari terus memeluknya. “Ini salahmu! Bukankah aku sudah mengatakan tidak ingin melakukannya. Namun, kamu terus menggodaku!” Nolan pun kembali membuka matanya. Tanpa banyak bicara lagi dia mengubah posisi tubuh Olivia menjadi telungkup. Dia menurunkan celananya dan memasukkan kejantanannya ke dalam lubang area kewanitaan Olivia. Dia menggerakkan bokongnya secara perlahan dan akhirnya dia mempercepat gerakannya. Sehingga dia mendengar Olivia yang melenguh dan tubuhnya sudah menggeliat. “Apa kamu mau yang lebih lagi sayang?” bisik Nolan. Setelah dia menarik lembut rambut Olivia. Sehingga bibirnya ada di dekat telinganya. Dia semakin mempercepat gerakannya karena tidak mendengar
Olivia memutuskan sambungan teleponnya. Tidak berselang lama dia mendapatkan lokasi Adel saat ini. Dia pun langsung mengambil tasnya dan berjalan ke luar dari dalam kamarnya. Dia berjalan menuruni anak tangga dan dia sedikit terkejut saat melihat Ian yang sudah ada bersama dengan Nolan. Dia pun berhenti saat sudah ada di dekat kedua pria itu. “Kamu ada di sini?” tanya Olivia pada Ian. “Apa, Adel menghubungimu?” Ian langsung bertanya. Tanpa menjawab pertanyaan yang dilayangkan oleh Olivia padanya. Olivia terdiam sejenak lalu menjawab, “Iya.” “Katakan di mana dia berada?” “Sebetulnya kalian bisa mengetahui di mana keberadaannya, ‘kan? Secara kalian begitu banyak orang-orang yang handal.” “Kita tidak bisa menemukannya. Karena, Adel menghapus semua hal yang bisa menunjukkan keberadaannya,” jawab Nolan. Olivia pun mendengarkan Nolan yang terus menjelaskan semuanya. Dia tidak paham mengapa Adel menghapus jejaknya. Sehingga tidak bisa ditemukan oleh kedua pria yang ada di depannya
Olivia melihat ke arah orang yang bisa membuat Adel, Nolan dan Ian terkejut. Dia terus memandangi pria itu dan dia teringat jika dirinya pernah melihat pria itu saat di Jakarta. Dan tepatnya saat dirinya hendak masuk ke perusahaan. “Kamu pikir bisa melepaskan tanggung jawabmu itu? Apa kamu sudah lupa apa yang sudah kamu perbuat?” tanya pria itu pada Adel. “Aku tahu. Bahkan aku juga pernah ingin bertanggung jawab atas semua hal yang sudah terjadi. Namun, kamu selalu membuatku tertekan.” Olivia maju satu langkah saat melihat pria itu hendak mendekat ke arah Adel. Entah mengapa dia melakukan itu. Namun, yang pasti dia akan melindungi asistennya dari pria yang ada di depannya. “Kamu jangan ikut campur! Jika tidak ....” “Aku tidak takut dengan ancamanmu itu! Lebih baik kita bicarakan semuanya dengan tenang,” potong Olivia sebelum pria itu melanjutkan kalimatnya. “Tidak ada yang perlu dibicarakan dengan tenang. Dia tidak akan pernah melepaskan aku. Karena yang dia inginkan adalah ak