Linda sangat senang dengan Tangguh. Pemuda itu begitu sehat dan kuat sehingga mereka bisa mengulanginya hingga beberapa kali. Tak terlihat lelah atau napas yang tersengal karena kelelahan. Wanita muda itu tahu ia tidak pernah salah menentukan lelaki selama hidupnya. Tangguh berbaring memejamkan kedua matanya dengan kedua tangan sebagai alas kepalanya. Pemuda itu tidak benar-benar tidur hanya ia tengah memikirkan perbuatannya yang terlalu nekat dan membahayakan.
“Sebaiknya saya kembali bekerja, Nyonya,” kata Tangguh sembari mencoba bangun dari posisinya. Linda yang tengah memeluknya dengan tubuh polos tentu tidak akan membiarkan momen langka ini berlalu begitu cepat. Baru pukul satu siang dan masih ada tiga jam lagi sampai suaminya pulang. Ia masih ingin bermalas-malasan bersama pemuda tampan dan juga kuat seperti Tangguh.
“Nanti saja, aku masih ingin memelukmu,” bisik Linda dengan menahan lengan Tang
“Eh, ini, Pak, saya tadi buang air kecil di dekat pohon sana karena udah tidak tahan. Tiba-tiba ada kodok, saya jadi kaget dan lupa mengancing kembali,” jawab Tangguh dengan terpaksa berkilah.“Oh, oke. Kita langsung pulang saja ya. Nanti malam ada pembeli yang sudah mau menjemput si Kijang. Kamu akan saya kasih bonus, Guh,” kata Steve dengan antusias.“Wah, rejeki emang gak kemana ya, Pak. Udah langsung ada yang beli. Saya jadi semangat untuk benerin mobil yang lain,” sahut Tangguh yang tidak kalah senang. Jujur ia begitu merasa bangga ketika apa yang ia kerjakan sangat berarti bagi orang lain. Tidak disangka-sangka juga, lewat jalan ini ia menemukan pujaan hati—wanita kota yang sangat cantik dan juga panas.Menikah? Bagaimana caranya menikah dengan istri orang lain? Apakah poliandri? Sepertinya tidak ada hukum yang mengatur pernikahan aneh seperti itu. Ah … gimana nant
Terjerat Skandal Istri Bos 11 “Apa?” Tangguh memekik dengan kedua bola mata hampir saja terlempar dari tempatnya. “Ha ha … aku hanya bercanda, Guh. Mana mungkin kita nekat melakukan semua itu. Untuk sementara seperti ini saja aku tidak keberatan,” kata Linda sambil mengeratkan pelukannya pada Tangguh. Pemuda desa yang sudah terperosok dalam cinta buta itu pun hanya bisa tersenyum tipis, lalu mendaratkan satu kecupan di bibir kekasihnya. “Mau ke mana?” tanya Linda saat Tangguh mengurai tangannya, lalu menyeret tubuhnya yang kekar untuk turun dari tempat tidur Linda.
Linda mencoba bersikap biasa saja, tetapi berbeda dengan Tangguh yang wajahnya mendadak kaku dan berkeringat. Mobil Steve memasuki pekarangan rumah. Itu tandanya jika ia memarkirkan mobilnya ke depan bengkel, maka Linda akan terlihat berada di sana bersama dirinya."Aku akan bersembunyi di balik mobil ini. Kau buat suamiku sedikit menjauh, apa kau paham?" titah Linda sudah berjalan di balik-balik mobil rongsokan suaminya. Sandal yang ia gunakan juga sudah ia lepas dan ia pegang erat, agar gerak langkahnya nanti tidak dicurigai oleh Steve.Beruntunglah Steve langsung menuju bengkel, tidak mencari Linda ke dalam rumah. Tangguh berusaha memperbaiki air wajahnya dengan berdeham beberapa kali. Lalu juga ia berpura-pura keluar dari bengkel sambil mencuci tangan."Hai, Tangguh, bagaimana kerjamu hari ini?" sapa Steve sambil meletakkan topinya di atas meja kecil yang nampak berdebu. Hidung Steve membaui aroma nasi Padang yang cukup kental menusuk hidungnya.
"Jadi menurutmu, pola hidup masa muda yang membuat kejantananku tidak bisa bekerja maksimal?" tanya Steve pada Dokter Hadi; merupakan dokter spesialis kulit dan kelamin yang juga salah satu kenalannya."Ya, aku menyarankan agar kamu hentikan rokok, tidak minum bir, tidak begadang, dan banyak makan buah. Memang berproses, tidak bisa cepat. Aku memang bisa memberikanmu resep obat kuat, tapi aku khawatir akan ginjalmu. Jadi aku hanya berikan vitamin saja ya," terang Dokter Hadi sambil menuliskan resep untuk Steve.Pria bule itu terdiam beberapa saat, lalu berkata, "aku mau resep obat kuat itu, aku akan mencobanya. Tidak perlu banyak, tiga pil cukup. Ayolah, Di," rengek Steve dengan wajah memelas. Dokter Hadi menghela napas. Di satu sisi ia kasihan dengan masalah Steve, di sisi lain ia juga mengkhawatirkan kondisi ginjal temannya itu. Apalagi Steve sudah tidak muda. Usianya hampir lima puluh tahun."Aku yakin tidak apa-apa, ayolah!" rengek Steve la
"Linda, baju kamu kenapa? Kena oli?" Linda terdiam beberapa saat, lalu matanya turun ke arah dada, di mana noda oli ulah tangan Tangguh tercetak di sana."Em ... ini ... aku menyenggol kaleng oli yang diletakkan Tangguh di sembarang tempat. Pada saat aku mau mengangkatnya, malah tanganku terkena kotorannya, Pa. Ini tadi pegang baju karena tidak sadar kalau tangan kena oli," jawab Linda berusaha meyakinkan suaminya. Steve hanya mengerutkan kening sambil tersenyum tipis melihat kekonyolan Linda."Ya sudah, ganti baju sana," kata Steve pada Linda. Wanita itu pun berjalan masuk ke kamar, maksud hati ingin segera mandi agar bau oli bisa hilang dari tubuhnya. Sebelum ia menutup pintu, ia menoleh pada suaminya."Papa jangan lupa ingatkan Tangguh, kalau meletakkan barang-barang seperti itu jangan sembarangan. Hati-hati merokok juga jangan di dalam bengkel," ujar Linda dengan suara ketus. Seakan-akan ia tidak menyukai kebiasaan pemuda yang menumpang di rumahnya.
Begitu mobil Steve berhenti di depan pagar rumahnya, Tangguh yang tidak benar-benar pergi dan tengah merokok di teras rumah, tentu saja langsung berlari untuk membukakan di pagar.Steve sempat menurunkan kaca mobil untuk menyapa Tangguh. Pemuda itu tersenyum lalu melirik sedikit Linda yang tengah berwajah masam dengan kedua tangan terlipat di dadanya. Seketika itu juga, Tangguh merasa ada yang tidak beres dengan Linda.Wanita itu keluar lebih dahulu dari mobil dan berjalan dengan tergesa untuk masuk ke dalam rumah. Tangguh melihatnya dan secara otomatis membuat pemuda itu semakin penasaran.Selesai Tangguh mengunci pagar kembali, kakinya mendekat pada Steve yang berdiri di depan mobil sambil bersandar pada bibir kap. Lelaki tua itu tengah berusaha menyalakan api untuk mengisap rokok, tetapi gagal.Tangguh membantu menyalakan rokok Steve dengan korek gas yang ia punya. Pria itu hanya tersenyum, mengisap dalam rokoknya, lalu membuangnya ke
"Tangguh, buka!" Linda tersentak kaget, lalu dengan tubuh yang berbalut selimut, lalu bersembunyi di dalam kolong tempat tidur."Sebentar, Pak," jawab Tangguh sambil merapikan pakaian dalam Linda yang berserakan, lalu ia masukkan ke dalam kolong. Tangguh menenangkan detak jantungnya yang sangat cepat.Cklek!"Ada apa, Pak?" tanya Tangguh berpura-pura menggosok matanya seolah baru bangun tidur."Tangguh, apa kamu melihat Linda? Istriku itu sepertinya marah padaku dan saat aku bangun tidur, aku tidak menemukannya di kamar," tanya Steve dengan wajah panik."Oh, saya tidak lihat, Pak. Apa mungkin Bu Linda ke warung, Pak? Apa mau saya bantu cari? Atau gini deh, Bapak cari ke mana, biar saya juga cari ke lain tempat. Kita berpencar. Kenapa tidak mencoba menelepon Bu Linda?" Tangguh sengaja mengeraskan suaranya dengan maksud hati agar Linda mendengar dan bisa mencari jalan keluar dari rumahnya."Istriku tidak membawa HP. Ponselnya
Steve tersenyum sembari melambaikan tangan pada Linda dan juga Tangguh yang beranjak pergi keluar dari pekarangan rumah. Pria itu masuk kembali ke dalam rumah dan memilih langsung berbaring di tempat tidur. Kepalanya masih saja terasa pening sehingga ia memutuskan untuk tidur.Steve terbangun dan ia melihat jam di dinding yang sudah berada di angka dua belas. "Sayang, apa kau sudah pulang?" serunya dari kamar. Pria itu masih menggosok mata sembari meluruskan pinggangnya yang pegal. Kesadarannya belum benar-benar pulih karena kepala yang masih terasa berat."Sayang," panggilnya lagi saat tidak mendengar sahutan Linda. Steve turun dengan malas dari tempat tidur, lalu berjalan keluar kamar untuk mencari istrinya."Oh, belum pulang ternyata," gumam Steve saat mengintip dari jendela ke dalam bengkel yang masih sepi.Steve merasa sedikit aneh karena tidak biasanya Linda berbelanja cukup lama. Ini sudah dua jam dan mereka belum kembali. Steve m