Ruangan hening menyambut Maya saat dia kembali bangun dari tidurnya. Melihat jam yang ada di kamar itu, Maya tahu bahwa dia tidak tidur terlalu lama kali ini. Maya ingat dia tidur melebihi tengah malam setelah sibuk membahas persiapan pernikahan mereka yang mendadak bersama dengan Evan dan juga Kevin. Namun ketika dia bangun, langit masih saja gelap sementara Maya belum bisa mendengar keramaian apa pun dari daerah di sekitar kamar barunya ini.
Jam menunjukan pukul lima pagi. Memang masih terlalu dini baginya untuk bangun. Namun Maya, tidak ragu sedikit pun saat dia bangun untuk memulai latihan yang telah dia rencanakan sejak kemarin.
Setelah menghabiskan waktu bertahun-tahun di mana hanya yang kuat yang bisa bertahan di dunia itu, Maya merasa bahwa tubuh yang dia gunakan saat ini terlalu lemah untuk menjadi tubuhnya sendiri. Dia hampir kehabisan napas hanya karena berlari seratus meter, dan hampir pingsan hanya karena dia mencoba memaksakan tubuhnya untuk berolahraga
Oh ya, mungkin masih ada yang bingung. Finola dan Maya itu orang yang sama. Maya 'mati' di dunia lamanya dan pindah ke tubuh Finola. Jadi orang masih lihat Maya sebagai Finola.
Maya baru tersadar kembali saat dia terjatuh dan menabrak seseorang ketika dia tengah berlari tidak tentu arah. Melihat tangannya yang bergetar, Maya akhirnya sadar bahwa dia telah berlari karena ketakutan sebelumnya. Dia takut untuk sesuatu yang tidak nyata. Sesuatu yang sudah menghilang. Sesuatu yang hanya tersisa berupa kenangan, yang tidak akan bisa melukainya di masa depan.Karena tubuhnya sendiri memang tidak terbiasa dipaksakan berlari seperti yang Maya lakukan sebelumnya, tubuhnya seketika lunak saat Maya tidak memiliki kekuatan untuk kembali berdiri setelah dia akhirnya bisa berhenti berlari. Gadis manis itu terengah-engah di tanah, saat dia sendiri tengah berusaha menenangkan kembali pikirannya yang sebelumnya sempat kacau hanya karena dia melihat tempat yang gelap.Padahal Maya yakin dia tidak merasa takut sedikit pun bahkan menjelang kematiannya. Wanita itu tidak takut pada zombie, apalagi kegelapan sampai berlari tidak beraturan seperti tadi. Namun perasaa
Selesai membersihkan dirinya sehabis berolahraga, Maya mendatangi ruang makan seperti intruksi dari pelayan yang sebelumnya datang ke kamarnya untuk memberi tahu bahwa Evan telah bangun dan tengah menunggunya untuk sarapan bersama. Walaupun Maya saat ini hanya menumpang di rumah Evan, pria itu tampaknya tidak berniat untuk memperlakukannya secara tidak hormat. Evan dan Kevin telah terlebih dahulu tiba di ruang makan, saat Maya akhirnya masuk untuk sarapan bersama dengan mereka."Maaf aku membuat kalian menunggu."Sebagai bentuk kesopanan, Maya lebih memilih untuk menggunakan pakaiannya yang kemarin dibandingkan baju kebesaran yang dia pakaian untuk berolahraga sebelumnya. Evan tampaknya menyadari dia menggunakan pakaian yang sama seperti saat pertama kali Maya datang, karena pria itu terus menatapnya lama sebelum mengangguk tanpa mengatakan apa pun lagi. Seorang pelayan dengan sigap segera menuntun Maya ke kursinya sendiri. Gadis itu bahkan tidak perlu menggunakan tang
"Baiklah. Semuanya sudah terbeli. Apa Nona Muda butuh sesuatu yang lain saat ini?" Maya menatap takjub tumpukan tas yang dibawa oleh pelayan Evan saat ini. Maya tahu Evan memang tidak kekurangan uang untuk membeli apa pun yang dia inginkan. Namun membeli hampir setengah toko untuk pakaiannya saja sebenarnya tetap terlalu berlebihan bagi Maya. Sebelumnya, gadis itu terus saja bersikeras bahwa dia tidak memerlukan pakaian sebanyak itu. Namun tanpa diduga, ternyata orang-orang yang ikut dengannya memang telah diberi intruksi untuk membeli beberapa set pakaian untuk Maya kali ini. Maya harus mencoba berbagai pakaian berbeda sejak tadi. Mulai dari pakaian tidur, pakaian pergi, gaun pesta, pakaian santai, sampai pakaian olahraga juga dihitung berbeda oleh mereka. Maya yang tidak pernah lelah bahkan saat dia dikejar zombie secara mengejutkan sedikit lelah kini, saat dia duduk di bangku yang disediakan hanya untuk sekedar membuang napas panjang. Akan tetapi keluhannya segera
Begitu Maya akhirnya tiba di rumah Evan, gadis itu tanpa ragu mulai berjalan menuju dapur dengan bahan-bahan kimia yang baru saja dia beli hari ini. Maya juga telah memberi tahu koki yang bertanggung jawab untuk memasak makan malam bahwa dia yang akan memasak untuk malam ini. Maya akan memasakan semua orang makanan sehat yang tidak pernah ada sebelumnya, sebagai rasa terima kasihnya atas apa yang telah orang-orang ini lakukan padanya sejak dia mulai tinggal di rumah Evan. Dengan semangat, Maya menyimpan beberapa bahan-bahan kimia yang sebelumnya di beli di dapur dan mulai mengeluarkan bahan-bahan makanan yang dia inginkan saat ini. Matanya langsung berubah cerah, ketika Maya dengan bersemangat mulai menggulung lengan bajunya dan mulai mencuci sayur dan buah yang dia ambil sambil sedikit bersenandung. Peralatan dapur di rumah Evan sangat banyak, jadi sangat nyaman bagi Maya untuk membuat makanan yang hendak dia buat kali ini. Namun, karena bahan-bahan makanan itu haru
Di sisi lain, pintu masuk rumah Evan terbuka saat Evan dan Kevin akhirnya kembali dari pekerjaan mereka. Dengan mobil yang sudah dimodifikasi, Evan bisa turun dengan mudah tanpa bantuan dari siapa pun saat ini. Kursi rodanya melaju untuk masuk ke dalam rumah, saat aroma menyenangkan yang asing tiba-tiba menyapa indra penciumannya."Dia sepertinya benar-benar memasak," gumam Evan dengan suara pelan. Tidak ada yang bisa mendengar ucapan pelan pria itu kecuali Kevin, yang memang tengah berjalan di sebelah pria tersebut."Ngomong-ngomong, kamu sepertinya bersikeras untuk pulang cepat hari ini agar kita bisa kembali sebelum jam makan malam. Ya ampun Evan, kamu seharusnya bilang padaku jika kamu memang benar-benar menantikan masakannya hari ini," kata Kevin, separuh menggoda temannya itu.Kursi roda otomatis Evan segera berhenti ketika dia mendengar godaan dari Kevin. Pria itu menatap tajam temannya untuk memberi pria itu peringatan, tetapi tidak sedikit pun Evan bern
"... Salahmu.""Semua ini... Salahmu.""Semua ini salahmu, Evan!""Evan, ini sudah waktunya bagimu untuk bangun. Aku akan masuk oke?"Evan tersentak dari tidurnya ketika suara ketukan pintu membangunkannya dari mimpi buruk yang menghantuinya hampir setiap hari. Wajah Evan tidak terlalu baik, saat suara-suara yang menganggunya itu lagi-lagi menganggu istirahatnya hari ini. Pria itu berwajah kusut, saat Kevin akhirnya masuk ke kamarnya dengan wajah cerah."Evan, apa kamu merasa-" Kevin berhenti bicara saat dia melihat wajah pucat dari teman baiknya itu. "Apa kamu kembali mendapatkan mimpi itu?" tanyanya dengan nada khawatir. Evan tidak menjawab saat dia menarik kursi rodanya untuk mendekat. Dengan tumpuan tangan yang bergetar, Evan mulai duduk di kursi rodanya tanpa bantuan siapa pun. Pria itu tetap tidak mengatakan apa-apa, saat dia melewati Kevin untuk masuk ke dalam kamar mandi."Evan."Eks
"Finola..."Kevin yang baru saja hendak menegur gadis itu dihentikan oleh Evan yang tiba-tiba memegang tangannya erat. Mulut Evan terlihat seperti garis lurus saat pria itu tidak mengatakan apa pun. Melihat ekspresi Evan, Kevin tidak tahu lagi apakah pria itu tengah marah atau tidak saat ini.Maya juga tahu dia telah berbicara terlalu banyak hari ini karena dia terlalu bersemangat. Gadis itu menghela napas panjang, saat suaranya perlahan melembut untuk membujuk calon suaminya itu."Aku tahu aku mungkin terdengar tidak masuk akal saat ini. Namun aku benar-benar bisa menyembuhkan Evan secara perlahan. Kamu sudah merasakan efek dari makanan itu sendiri. Itu hanya permulaan. Selama aku tahu pasti penyakit apa yang di derita oleh Evan selama ini, aku bisa bekerja keras untuk mencari obatnya demi Evan. Tidak apa-apa jika kalian belum menemukannya. Aku akan menciptakannya. Setidaknya itu yang bisa aku lakukan, untuk membalas kebaikan yang telah kalian beri padaku. Seum
Mata Maya menatap kolom berita trending pada hari ini dengan tatapan rumit. Dia tidak pernah tahu, bahwa berita pernikahannya dengan Evan akan dilirik oleh orang-orang seramai ini. Banyak orang sudah mulai berkomentar tidak lama setelah berita itu dirilis. Masing-masing dari mereka mulai mengungkapkan rasa penasarannya. Karena Evan yang suram sekarang, tampaknya pernah menjadi idola kesayangan para wanita di masa lalu. Maya awalnya hendak melewati berita itu dengan menekan tombol kembali. Saat salah satu komentar, tiba-tiba menarik perhatiannya. [Pernikahan? Aku hanya bisa berharap mereka sama-sama saling mencintai dan tidak bersama hanya karena memiliki maksud tertentu saat ini.] Maya termenung saat dia mendengar komentar singkat itu. Memang benar, mereka menikah hanya demi tujuan masing-masing saja saat ini. Namun secara pribadi, Maya sudah menganggap Evan sebagai temannya sejak pria itu bersedia merawatnya dengan baik sekalipun Maya hanya