Eddy bergegas bangkit dari tempat tidur dan tergesa-gesa ke luar dari kamarnya menuju ke luar vila. Dia tidak lagi merasa cemas kalau sikapnya itu akan di lihat oleh Nining. Dia berlari ke pondok Milla dengan kalap. Ada rasa sedih dan putus asa di dalam dadanya. Eddy berharap apa yang dilihatnya di medsos hanyalah sebuah kesalahan. Namun, sesampainya di depan pondok Milla yang dia lihat hanyalah lampu luar pondok yang sudah menyala padahal hari masih sore. Eddy juga melihat ada sepucuk surat terselip di bawah pintu pondok kekasihnya tersebut. Ternyata Milla benar-benar pergi! Eddy perlahan menghampiri pintu pondok, dengan tangan gemetar dia mengambil surat yang terselip di sana dan merobek amplopnya lalu mulai membaca surat tersebut. Setelah membaca surat Milla, Eddy tampak duduk merosot di teras pondok dan merasa ada yang hilang dari dalam hatinya. Nining yang melihat bagaimana kalapnya Eddy keluar dari vila dan mencari Milla mulai mengikutinya sampai ke pondok milik gadis it
Di suatu tempat eksotis di pinggir pantai Milla tampak duduk termenung menatap lautan. Rambutnya berkibar liar tertiup angin dan terkadang menyapu wajahnya. Namun, gadis itu masih tidak merasa terganggu sedikitpun. Matanya tampak sayu dan kosong tanda hatinya sangat berduka dan terluka. Sepanjang perjalanan ketika ia menuju pantai ini, Milla melihat-lihat medsos dan banyak sekali mendapatkan kata-kata bijak tentang masalah yang sedang dihadapinya saat ini. Dia merasa apa yang dikatakan oleh sebagian besar kata-kata bijak itu memang benar adanya. Ada salah satu kata bijak yang sangat mengena di hatinya yang mengatakan Jika tidak ingin sakit hati dan terluka kembali maka beranilah untuk melepaskan. Semakin mudah untuk memaafkan semakin mudah pula kita disepelekan. Milla merasa mungkin selama ini dia terlalu mudah memaafkan Eddy hingga pria itu bolak balik melukainya dengan sikap plin-plan antara dirinya dan Nining. "Aku harus bisa melupakannya!" gumam Milla penuh tekad. Mill
Eddy terdiam mendengar apa yang dikatakan Nining di sela Isak tangisnya. Tiba-tiba saja dia merasa sangat menyesal mengapa sebelumnya dia mau dijodohkan dengan Nining oleh kakeknya. Seandainya dulu dia tidak pernah menerima perjodohan itu, mungkin dia tidak akan bingung seperti sekarang ini. Ada juga yang membuat Eddy sangat linglung saat ini. Mengapa ketika melihat Milla menangis hatinya seperti tersayat-sayat sementara saat ini ketika dia melihat Nining menangis dirinya hanya sekedar merasa iba? Mengapa bisa berbeda? "Aku salah, seharusnya Aku memang tidak menerima perjodohan itu ... maaf," kata Eddy penuh penyesalan. "Apakah Kamu menyesali perjodohan ini?" tanya Nining membelalakkan matanya tidak percaya. Hanya beberapa bulan Milla masuk ke dalam hubungan mereka dan itu langsung merubah pendirian Eddy. Pria di hadapannya ini sampai merasa bahwa keputusannya untuk menerima pertunangan diantara mereka itu adalah sebuah kesalahan. Ini benar-benar membuat Nining tercengang. "
Eddy telah meninggalkan vila dan sibuk berkeliling mencari dan melacak keberadaan Milla saat ini. Dia benar-benar merasa putus asa karena sudah sekian lama mencari, tapi tidak ada satu pun kabar tentang gadis yang telah mencuri hatinya itu. "Apa yang harus Aku lakukan untuk bisa menemukanmu, Milla,"gumam Eddy kalut. Dia menepikan mobilnya ke bahu jalan dan mematikan mesin lalu duduk bersandar di kursi kemudi dengan wajah letih dan lelah. Ini adalah hari ke tujuh dirinya mencari Milla. Namun, hingga saat ini Eddy masih juga belum dapat menemukan gadis tersebut. Eddy juga telah mengerahkan orang-orang kepercayaannya dan menyewa beberapa kantor detektif swasta untuk membantunya melacak keberadaan Milla, tapi gadis itu seperti hilang di telan bumi. Kemana Mila sebenarnya? Pertanyaan itu terus menghantui benak Eddy. Ada rasa khawatir gadis itu menemui berbagai macam kesulitan setelah keluar dari vilanya. Tiba-tiba terdengar suara dering ponsel memecah keheningan .... Eddy tidak menye
"Eddy menyuruhku untuk menemuinya di apartemennya, ada masalah pekerjaan yang ingin dia bicarakan," jawab Guntur sambil mengecup pipi istrinya. Semenjak Nining menerima cintanya, Guntur langsung menikahinya dan mengajaknya tinggal di apartemen miliknya agar lebih dekat dari tempatnya bekerja. Dia benar-benar merasa bahagia bisa menikahi wanita idamannya sejak kecil. Dalam hati dia juga merasa berterima kasih karena Eddy mau melepaskan Nining. Jika tidak mungkin dia selamanya hanya bisa menyaksikan kedekatan mereka dengan perasaan sakit. "Apakah Dia masih belum menemukan keberadaan Milla?" tanya Nining ingin tahu. "Sepertinya belum, kenapa? Jangan bilang Kamu masih memikirkannya," goda Guntur sambil menggelitik titik sensitif istrinya membuat Nining terpekik karena merasa geli. "Kamu bercanda, bagaimana mungkin Aku masih mengharapkannya, jelas-jelas suamiku lebih perkasa," canda Nining sambil tertawa lucu. "Jangan mengundang sayang, Aku sedang terburu-buru kalau tidak Aku akan mem
Tidak lama setelah Milla kembali ke bilik meja kerjanya, atasannya ke luar kantor dan memberikan pengumuman bahwa pemilik perusahaan mereka akan datang untuk melihat-lihat hasil pekerjaan mereka di sini. Jadi dia meminta agar anak buahnya bisa menjaga kinerjanya selama pemilik perusahaan berada di perusahaan anak cabang ini. Semua karyawan menyetujui permintaan atasan mereka. Pemilik perusahaan sangat jarang mengunjungi kantor cabang jadi mereka merasa berkewajiban untuk menunjukkan hasil kerja yang maksimal. Milla sendiri juga sibuk dengan pekerjaannya dan tampak tidak begitu peduli dengan percakapan di antara rekan-rekan kerja wanitanya yang mengatakan kalau pemilik perusahaan itu adalah seorang pria tampan yang masih lajang. "Alangkah bagusnya kalau Aku terpilih menjadi pasangannya." "Jangan mimpi!" "Mengapa tidak? Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, bahkan semua pencapaian itu kebanyakan awalnya dari mimpi!" Milla hanya tersenyum ketika mendengar semangat rekan kerjany
Eddy yang sudah masuk ke ruang kepala kantor cabang langsung meminta berkas karyawan yang ada di kantor tersebut. Dia merasa perlu untuk mengecek karyawan yang ada di kantor cabangnya karena tadi dia melihat Milla juga ada di antara mereka. Eddy ingin tahu di mana Milla tinggal saat ini karena dia ingin langsung menemui gadis itu di tempat tinggalnya sekarang. Dia tidak berencana untuk mengganggu Milla di kantor karena tidak ingin dirinya dan gadis itu menjadi pusat perhatian karyawan lain. Tatapan Eddy berhenti pada data milik Milla dan menulis alamat kekasihnya itu secara detil. Kepala cabang merasa heran dengan apa yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan pada alamat karyawannya yang bernama Mila. Namun, dia tidak memiliki keberanian untuk bertanya apa yang akan dilakukan Eddy pada alamat anak buahnya tersebut. Kepala cabang mulai bertanya-tanya apakah bosnya ini tertarik kepada Milla? Mengapa dari sekian banyak karyawan hanya alamat Milla yang dia masukan ke dalam catatan?
Malam hari di kantor cabang hanya ada beberapa karyawan yang bertahan untuk lembur termasuk Milla. Milla membenahi hasil pekerjaannya dan memasukan ke dalam laci meja kerja, rencananya berkas itu akan dia serahkan besok kepada kepala cabang. Gadis itu beranjak dari duduknya dan mencoba untuk merenggangkan otot-otot nya yang kaku karena seharian duduk di depan komputer. Dia mengambil tasnya lalu melangkah ke luar kantor. Milla berdiri di depan kantor dan menunggu taxi yang lewat. Dari arah belakang Andreas menghampirinya dengan membawa sepeda motor. "Ayo Aku antar!" ajaknya tanpa basa-basi. Dia dan Milla memang sudah lama dekat, tepatnya sejak mereka sama-sama duduk di bangku kuliah. Bahkan Milla bekerja di Amerika pun atas rekomendasinya kepada kepala cabang. Sebenarnya Andreas sudah lama menaruh hati kepada Milla, tapi melihat gadis pujaannya saat itu sudah memiliki kekasih, dia mundur teratur dan memilih untuk berteman saja lalu meneruskan pendidikan di luar negeri sambil be