Sore itu James menjemput Laura di lobi Royal Heritage. Laura segera menghampiri Fortuner putih milik James yang sudah sangat dia hapal plat nomornya.
"Sore Say." sapa James pada Laura yang baru saja duduk di kursi penumpang di sampingnya.
Gadis itu memakai skinny jeans biru muda dengan atasan kamisol putih yang dipadupadankan dengan cardigan warna merah tua. Rambut panjang warna cokelat tua bergelombangnya tergerai indah di sepanjang punggungnya.
"Sore juga Beb." sahut Laura seraya tersenyum menatap James yang sibuk memperhatikan jalanan di depannya. Lalu lintas begitu padat menyambut weekend di sore hari.
Setengah jam perjalanan pun berlalu dan akhirnya mereka sampai di Mall H. James menggandeng tangan Laura sambil berjalan melihat lihat barang yang dipajang di outlet outlet yang mereka lalui. Dia menuju ke outlet jewelery yang sempat dia lihat postingan IG nya.
Pramuniaga jewelery itu pun segera menyambut kedatangan James dan La
Leonard Indrajaya akhirnya sampai di Bandara YIA bersama kedua puteranya. Dia berencana untuk menginap di Grand Aston Hotel seperti biasanya bila berkunjung ke Yogyakarta. Dia suka dengan posisi hotel itu yang di tengah kota dan pelayanannya memuaskan, dia tidak perlu repot mencari makan keluar hotel karena chef hotel itu masakannya sangat enak. Mobil Alphard miliknya sudah menunggu di lobi keluar bandara. Brian, kepala bagian keamanannya sendiri yang menyetir dari Jakarta semalam. Pria itu sudah menjaga keluarganya selama 20 tahun. Leonard sangat berhutang budi pada Brian. Leonard mengetik pesan WA kepada James supaya puteranya mengajak Laura ke Grand Aston Hotel. Dia sudah tak sabar bertemu dengan pasangan muda itu. Abang abangnya James juga sangat penasaran sepertinya dengan calon adik ipar mereka. ***** James sedang duduk di sofa apartment nya bersama Laura yang sudah rapi karena mereka punya appointment dengan Papinya James pagi ini. Mereka
Siang itu Nicolas Carson kedatangan tamu di rumahnya. Nicolas bergegas turun untuk melihat siapa gerangan yang mengganggu istirahat siangnya yang tenang di hari minggu. Sesosok pria bule yang sudah lama tidak dia jumpai berdiri di ruang tamunya dan menatap ke arahnya. Philip Landon. Philip Landon masih termasuk keponakan jauh dari kekerabatan sepupu Kakek Nicolas Carson. Ayah Philip adalah teman dekatnya sejak sekolah dasar karena rumah keluarga Carson di Australia berdekatan dengan rumah keluarga Landon. Belakangan juga Philip sempat berpacaran dengan Wendy, puterinya saat mengambil studi S2 di Australia 6 tahun lalu. Tapi mereka sudah putus hubungan sejak Wendy pindah ke Inggris mengambil gelar profesornya di Cambridge University. Nicolas sendiri tidak menanyakan alasannya pada Wendy penyebab putus hubungan dengan Philip. (Note: pembicaraan Philip dengan semua tokoh di cerita ini dalam bahasa Inggris, tapi author menerjemahkan dalam bahasa Indonesia) "Hallo
Laura meringis melihat kedua pria dewasa yang tingkahnya seperti anak kecil yang berebut permen. Keduanya berdiri bersedekap saling memunggungi dengan Laura berada di tengah tengah mereka."Well, Boys aku capek... Aku duduk dulu yaaa... Bang Leeray Bang Mike yuk masuk aja." ujar Laura meninggalkan kedua pria yang saling memunggungi itu dan berjalan ke sofa ruang keluarga yang berada di tengah rumah. Leeray dan Michael menahan tawa melihat adik mereka yang terbakar api cemburu. Konyol sekali pikir mereka. Abang abang James berjalan mengikuti Laura ke ruang keluarga dimana ada sofa yang empuk dan nyaman. Mereka pun duduk dan berbincang dengan Laura. "Laura tidak tinggal bareng ortu ya sekarang?"tanya Michael seraya mengamati interior ruangan itu. "Gak Bang, aku tinggal di apartment Royal Heritage dekat kampus. Jauh berangkat kerja kalo dari sini." jawab Laura seraya tersenyum menatap kedua pria yang berjalan beriringan ke ruang keluarga.
Nicolas Carson dan Louisa Carson menemani Leonard Indrajaya berbincang di ruang kerjanya, meninggalkan anak anak muda itu untuk menyelesaikan persoalan mereka di ruang keluarga. "Mari silakan duduk Tuan Leo."ujar Nicolas seraya membimbing Louisa untuk duduk di sebelahnya. Sebenarnya Nicolas merasa bimbang dengan penilaiannya atas James sehingga dia ingin Louisa untuk mendampinginya menemui calon besannya. "Terimakasih Tuan Nicolas." Leonard pun duduk di seberang Papa dan Mama Laura. "Saya membawakan sedikit buah tangan untuk anda, semoga berkenan." Leonard meletakkan sebuah kotak berwarna cokelat di atas meja sofa. Nicolas tersenyum melihat kotak yang diberikan oleh calon besannya itu. Dia sudah bisa menebak isinya karena itu barang favoritnya. "Cohiba Talisman Edicion Limitada 2017, Cuban Cigar." sebut Nicolas dengan fasih dan dia pun tertawa. "Excellent Tuan Leo, anda tahu apa yang saya sukai!" Louisa pun tersenyum dan berkata. "Kecerdasan Jam
Malam semakin larut, akhirnya tamu di rumah Nicolas pun kembali ke tempat peristirahatan mereka masing masing. Leonard dan kedua abang James akan kembali ke Jakarta dengan penerbangan besok pagi, mereka menginap di Grand Aston Hotel malam ini. Mereka berpamitan dengan James dan Laura sebelum berpisah. Leonard berpesan pada James untuk fokus dengan kuliahnya supaya tahun depan dia bisa melamar Laura untuk menikah. James pun memeluk Papinya seraya berterimakasih atas bantuannya bernegosiasi dengan Papanya Laura hingga restu itu bisa dia dapatkan tanpa hambatan. Philip Landon pulang ke Royal Heritage sendiri, dia tinggal di unit 5005, dua lantai di bawah unit apartment milik Laura. Sedangkan James dan Laura pulang ke Intercontinental Residence, James masih merasa galau kekasihnya tinggal di gedung yang sama dengan mantan pacarnya itu. Jadi lebih baik Laura tinggal bersamanya untuk sementara waktu pikir James. Akhirnya James dan Laura sampai di unit apartment James yang
Philip mengemudikan sedan AUDI hitamnya menuju ke arah kampus FKH UGM. Belum terlalu siang pikirnya jika dia berangkat pukul 09.00. Dia masih belum menghubungi Laura sejak semalam mereka berpisah di rumah Om Nicolas. Sebenarnya dia agak sedih mengetahui Laura sudah bertunangan dengan James yang statusnya masih mahasiswa kedokteran hewan FKH UGM. Dia serasa tak percaya dengan fakta ini, dia bahkan berpikir apa Laura sedang mengalami delusi. Akhirnya Philip sampai di area kampus FKH UGM, dia mengikuti papan petunjuk arah dan memarkir mobilnya di dekat Lab Patologi Anatomi, di sebelah mobil HRV merah. Dia pun bertanya pada petugas sekuriti di lobi dengan bahasa Inggris tentunya, dimana ruang dekan FKH. Beruntung petugas sekuriti itu fasih berbahasa Inggris, dia pun mengantarkan Philip ke lantai 2 dimana kantor Prof Charles berada. Philip mengetuk pintu kantor Prof Charles dan dipersilakan masuk. Prof Charles cukup terkejut karena tamunya bule tampan dan berpakaian rapi
James belum bertemu Laura lagi sejak mereka berpisah di basement apartment Laura tadi pagi setelah malam hangat yang mereka lalui bersama. Mereka selalu berangkat ke kampus dengan mobil masing masing. Dia mulai merindukan Laura, tetapi jadwalnya hari ini sangat sibuk karena sesi terakhir asistensi praktikum Mikrobiologi semester ini, dia mempersiapkan ujian praktikum Mikrobiologi yang terbagi 5 gelombang peserta ujian. James pun memutuskan untuk mengirim pesan WA saja. "Hai Honey ku, sedang apa? 😍 Sudah makan siang?" Tak lama kemudian, balasan pun masuk ke ponselnya. "Hai Beb 😘 Ini sedang makan siang bareng Philip di kantin kampus. Jangan marah ya 😅🙄" James membaca balasan Laura dan merasa agak kesal. Kenapa pria itu masih terus menempel pada Laura, pikirnya. Tapi dia harus percaya pada Laura, mereka sudah bertunangan sekarang. Dia pun membalas pesan itu lagi. "Baiklah. Selamat makan Sayang. I believe in you 😉😄" Lalu datang lagi pesan bala
James duduk di karpet ruang tengah apartment Laura di antara sofa dan meja, dia mengetik data penelitiannya di laptop. Laura menemani duduk di sebelahnya, dia membantu membacakan data kasar yang tertulis di buku catatan James dan membantu menganalisa hasil penelitian James. Tulisan James berbentuk latin tegak bersambung dan rapi. Begitu cantik seperti jari jarinya yang panjang dan lentik. Laura selalu merasa jatuh cinta setiap melihat James. Kekasihnya itu sangat tampan, dari ujung kepala hingga ujung kaki James, segalanya tampak begitu sempurna. Philip memperhatikan James dan Laura yang sedang mengerjakan naskah skripsi James. Dia terkenang saat dulu Laura membantunya mengerjakan thesis S2. Gadis itu membuat pengerjaan thesis nya begitu mudah. Sejak dulu memang Laura begitu berbakat dalam hal akademis, otaknya seolah seperti prosesor masa depan yang sangat canggih merekam data dan menganalisanya, pemikirannya sungguh luar biasa. "Woww kita sudah menyelesaikan dua ba