"My birthday wishlist is ... aku hanya ingin selamanya kau ada di sisiku, Cinta Sejatiku, My Laura," ucap James menatap sepasang mata biru saphire yang berkaca-kaca itu.
Perkataan James itu seolah membuat hatinya mengharu biru, cinta James sangat besar untuknya. Kini dia percaya apa kata pujangga yang mengatakan cinta itu setinggi langit, sedalam samudera, dan seluas jagad raya.
Sebulir air bening menuruni pipi Laura, suaminya mengecup pipinya dengan lembut. James berkata, "Wanita yang aku cintai tidak boleh menangis karena aku. Tersenyumlah untukku, Prof!"
Senyum manis terkembang di bibir Laura seiring tatapan penuh cinta di mata biru saphire itu. "Profesor James yang sangat aku cintai, ayah dari anakku ... aku tak akan pernah meninggalkanmu hingga maut memisahkan kita. Itu janjiku untukmu," ucap Laura.
James memeluk erat tubuh Laura, baru kali ini dia menangis lagi setelah 9 tahun yang lalu ketika Reynold memerkosa istrinya. Itu adalah hari terbur
"Maaf ya, Dokter Siska. Lain kali kalau Anda aneh-aneh lagi, saya nggak akan mau membukakan pintu kantor saya untuk Anda. Kita ini di kampus!" tegur James dengan tegas sambil bertolak pinggang di hadapan dokter muda yang cantik itu.Perkataan James sontak membuat gadis itu panik. "Ehh ... sori ... sori, Prof. Aku kan cuma bercanda tadi ...," ucapnya mencebik manja."Saya nggak minat diajak bercanda yang nggak lucu seperti tadi, pokoknya tolong jaga sikap Anda selama di kampus, oke?" tegas James sekali lagi lalu menyerahkan textbook yang ingin dipinjam oleh si dokter ganjen itu.Dokter Siska pun menerima buku-buku tebal itu lalu berkata, "Prof, apa boleh minta tolong dibawain ke ruanganku ya? Bukunya berat soalnya."Mendengar permintaan gadis itu, James pun mendengkus kesal. 'Bisanya ngerepotin melulu sih!' gerutunya. Tapi dia pun membawakan 3 buku tebal yang lumayan berat itu keluar menuju ruangan Dokter Siska di sebelahnya. Sementara gadis itu membawa 2
Setelah permainan cinta mereka di kantor James, mereka berdua pun berjalan keluar dari kantor itu untuk makan siang di kantin. Di koridor Laboratorium Mikrobiologi Laura dan James berpapasan dengan Reynold dan Dokter Siska dari arah berlawanan."Hai, Prof. Kupikir kalian berdua pergi keluar kampus," sapa Reynold sambil tersenyum-senyum melihat pasangan dosen yang tampak sedikit berantakan itu. Bahkan ada noda lipstick di saku kemeja James. 'Apa mereka berbuat mesum di kampus?' batin Reynold menebak-nebak.Sebelum James ataupun Laura menjawab, Dokter Siska berkata, "Apa ini Profesor Laura, istrinya Prof. James?""Oohh ... iya, benar ini istriku tercinta, Dok. Honey, kenalkan ini Dokter Siska, dosen baru di Lab. Mikrobiologi," sahut James tersenyum penuh arti sembari melingkarkan lengannya di pinggang ramping Laura.Laura pun mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman dengan kolega baru suaminya di Lab. Mikrobiologi. 'Cantik juga ... dan masih sangat beli
Dengan segera Hesti menjatuhkan tubuhnya ke pangkuan dosen tampannya itu. Dia melumat bibir Reynold dengan ganas seperti sedang kelaparan. Kedua telapak tangannya membingkai wajah rupawan itu.Jantung Reynold berpacu kencang, dia merasa gadis di pangkuannya itu sudah sangat terobsesi kepadanya hingga berbuat nekad di kampus seperti ini. Dia harus bersikap tegas.Setelah Hesti puas menciumi dosennya itu, dia menatap wajah Reynold. "Apa enak ciuman saya, Dok?" tanyanya. Kemudian dia meraih tangan Reynold untuk meraba buah dadanya yang membulat penuh itu seraya berkata, "Ini juga boleh dipegang kok, Dok. Saya pasrah diapa-apain, Dok. Mau ya jadi pacar saya?"Reynold menghela napas panjang seraya menggeleng-gelengkan kepalanya menatap mahasiswi cantiknya yang binal itu. "Hesti yang cantik, apa kamu nggak malu begini sama saya? Pelajaran budi pekertinya nggak lulus ini pasti semester 1 dulu. Hahaha," seloroh Reynold.Jemari tangan Hesti menelusuri raut w
Sesampainya di basement parkiran mobil Jasmine Park Apartment, Reynold segera menekan remote mobil Honda Civic hitamnya untuk memasang autolock. Dia membukakan pintu mobil Honda Jazz merah milik Laura."Silakan turun, Princess!" sambut Reynold sambil menyunggingkan senyum di wajah gantengnya hanya untuk Laura.Istrinya pun tertawa berderai menanggapi perhatian Reynold. Dia turun dari mobilnya lalu menautkan tangannya di lekuk lengan kekar yang terbungkus jas setelan resmi itu. Mereka bercanda sembari naik lift ke lantai 8. Kemudian Reynold memasukkan kombinasi angka untuk membuka pintu unit apartment miliknya itu. Sebenarnya James juga memiliki sebuah apartment pribadi di Intercontinental Residence, tetapi unitnya di Jasmine Park memiliki lebih banyak kamar untuk anak kembar mereka dan juga Mikha, baby sitter kedua anak Laura dari James dan Reynold."Hai, Jake, Josh. Apa kalian sudah mandi?" sapa Laura seraya memeluk kedua anak kembarnya itu. Joshua menjawab, "Sudah, Mom! Kami bar
Sore itu sebelum naik ke mobil Fortuner putihnya, James mendapat telepon dari abang sulungnya, Leeray. Dia pun segera mengangkat panggilan itu."Halo, Bang. Gimana? Tumben nelpon," jawab James sambil duduk di bangku pengemudi. Dia menyalakan mesin mobilnya.Leeray pun menyahut, "Halo, James. Lusa ada rapat pemegang saham kuartal 1 di Perth. Kamu bisa datang nggak sama Laura?"Akhirnya James pun mengerti alasan abangnya tiba-tiba meneleponnya sore-sore. Dia dan Laura memang mendapat jatah masing-masing 5% porsi saham Indrajaya Realty cabang Perth. Bisnis keluarga Indrajaya yang meliputi hotel, mall, dan convention centre di sebuah bangunan superblock.(Cerita cinta Leeray dan Deasy ada di Trapped by Possesive Billionaire atau Terjerat Cinta Milyarder Seksi)"Aku sepertinya bisa berangkat dari Yogya besok sore, Bang. Kalau Laura akan aku tanyakan nanti di rumah. Bang Mike sama Brandy apa datang juga ke Perth?" balas James masih belum melajukan mobilnya dari parkiran kampus."Mereka data
Laura minum air putih lalu beranjak meninggalkan meja makan dengan setengah berlari masuk ke kamar tidurnya. Dari belakang Reynold mengejarnya dan menangkap pinggangnya dengan kedua lengannya yang kekar."Lepaskan, Rey! Aku ingin sendiri ...," seru Laura dengan suara parau karena mulai berair mata.Reynold mengeratkan pelukannya di tubuh Laura, dia tidak mau Laura mengambek kepadanya. "Hey, dengar dulu, Laura Sayang. Ceritaku belum selesai tadi. Aku nggak menanggapi godaan Hesti, aku mengancamnya akan memindahkan bimbingan skripsinya ke Prof. Hary Sutrisno. Dia pun berhenti bersikap genit kepadaku lagi. Kamu jangan marah ya?"Dia pun membalik tubuh Laura menghadapnya. Sepasang mata biru saphire yang indah itu berkaca-kaca membuat hatinya serasa teremas."Ohh ... maafkan aku, Laura. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu. Kamu pasti tahu profesi kita sebagai dosen ditambah penampilan yang menarik, itu rawan godaan dari mahasiswa dan mahasiswi. Kamu sendiri sudah terjebak dalam asmara ked
Kegiatan di kampus masih sibuk seperti biasanya, begitu pula dengan ketiga dosen idola yang menarik itu. Mereka bertiga baru saja menyelesaikan kuliah untuk mahasiswa di sesi pagi."Hai, Sayang! Apa sudah selesai jadwal mengajarmu hari ini?" sapa James mengecup pipi Laura lalu berjalan di sisi dosen cantik itu menuju ke lobi Anatomi tempat lift gedung utama kampus berada.Laura melepas senyum manisnya ke James seraya menjawab, "Ada satu lagi jam 1 siang, Profesor James. Apa hari ini kamu sibuk, Baby boy?"Wajah James tersipu malu ketika mendengar istrinya memanggilnya 'baby boy' di tengah padatnya lobi Anatomi dan membuat mahasiswi-mahasiswi yang mendengarnya cekikikan. Namun, dia tidak marah lalu menjawab, "Sibuk dengan bimbingan skripsi dan jadwal praktikum di Lab. Mikrobiologi seperti biasa, Honey. Sampai nanti ya, aku akan menjemputmu untuk makan siang.""Bye, James," sahut Laura lalu bergegas berjalan lurus ke arah gedung Patologi Anatomi."Prof! Tunggu aku, Prof!" seru seorang p
"Dokter Siska apa lagi kurang kerjaan?" ucap James pedas seperti biasa dengan tampangnya yang dingin."Siapa bilang, Prof?! Aku lagi sibuk lho ... sibuk ngegodain kamu. Hehehe," seloroh Dokter Siska sambil mengerling genit kepada James.James pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling laboratorium mencari keberadaan Hesti, dia takut kalau berduaan saja dengan si dosen ganjen akan lebih stres lagi."Lagi nyariin siapa sih, Prof? Kok celingukan begitu?" tanya Dokter Siska penasaran sambil berjalan mendekati James di dekat jendela yang menghadap ke barat."Apa Anda melihat Hesti, Dok?" tanya James berjalan menjauh ke arah ruang pendingin penyimpanan preparat.Dokter Siska masih saja getol membuntuti gebetannya itu dari belakang dan menubruk punggung kokoh itu saat James mendadak berhenti berjalan. "Aduh!" serunya saat terpental dan nyaris jatuh.Sekali lagi James menangkap tubuhnya dan menyelamatkannya dari kemungkinan benjol karena jatuh ke lantai. Dia pun memeluk tubuh James lagi denga