Sesudah mandi hingga tubuhnya bersih dari segala bekas kekerasan seksual yang dia terima semalam, Laura pun memakai bajunya di kamar tidur. Namun, tiba-tiba pandangannya menjadi gelap dan tubuhnya ringan seolah tak bertenaga.
James segera menangkap tubuh Laura yang akan terjatuh ke lantai. Dia begitu panik menyambar kunci mobilnya lalu menggendong Laura di dadanya keluar dari kamar tidur.
Di depan pintu unit apartment Laura, James bertemu dengan Michael dan Brian, kepala keamanan papinya.
"Bang Mike, bantu aku membawa Laura ke rumah sakit. Cepat!!" seru James panik seraya berlari ke lift.
Michael dan Brian segera membantu James membuka lift lalu mereka pun masuk ke lift menuju ke basement. Brian membantu menyetir mobil Fortuner putih milik James sementara Michael duduk di sebelahnya dan James memeluk istrinya di bangku tengah.
James menepuk-nepuk pipi Laura pelan, tapi tidak ada tanda Laura akan sadar. Jantungnya berdebar deb
Hari berganti, malam menjadi pagi lalu siang pun tiba. Namun, istrinya masih belum membuka matanya. James begitu kuatir dengan kondisi Laura. Dia pun berbisik di telinga Laura. "Puteri Tidur, bangunlah. Pangeranmu menunggumu." James mengecup bibir Laura sekali lalu melumat bibir itu lagi. Mata biru itu perlahan membuka lalu menatapnya. Laura *POV* Laura seperti berjalan di sebuah lorong panjang yang gelap dan dingin. Dia berjalan lurus terus untuk menemukan ujung dari lorong itu. Ketika dia merasa takut dan cemas, dia memanggil manggil nama James. Namun, tidak ada siapa pun di sana. Laura merasa lelah berjalan, dia pun duduk terdiam dalam kegelapan. Dia tidak tahu sudah berapa lama dia berada di tempat gelap itu, dia ingin pulang ke tempat suaminya berada.Hingga dia mendengar suara James berkata, "Puteri Tidur, bangunlah. Pangeranmu menunggumu." Laura merasakan kehangatan ciuman di bibirnya dan melihat c
Sudah sebulan berlalu sejak tragedi pemerkosaan Laura oleh Reynold. Kampus pun mulai ramai oleh kegiatan perkuliahan di tahun ajaran baru. James menolak menjadi panitia ospek tahun ini, dia beralasan sibuk dengan pra koasistensi. Padahal dia sibuk menjaga Laura di rumah dan di kantornya. Dia tidak ingin Reynold mendekati Laura lagi dengan alasan apa pun. Semula James ingin meminta bodyguard papinya untuk berjaga di lobi Lab. PA, tapi sepertinya akan terlalu mencolok dan mengundang perhatian orang orang di kampus. Maka dia membatalkan rencananya. James sendiri yang menjaga Laura. Beberapa kali mereka akan berpapasan di kampus dengan Reynold. Tapi, James buru buru menarik Laura ke arah yang berlawanan supaya Laura tidak bertemu dengan Reynold. Sore ini, James dan Laura akan berkonsultasi dengan dokter Stella sekaligus menjalani permeriksaan USG. Sekalipun selama sebulan ini Laura tidak mengalami gejala kehamilan sama sekali, dia menjalani aktivitasnya s
Hari ini adalah hari pengajuan KRS (Kartu Rencana Studi) mahasiswa semua angkatan. Antrean mahasiswa di lobi laboratorium berjubel banyaknya. Laura pun melayani KRS dengan sabar. Satu per satu mahasiswa yang bergantian masuk ke ruang kantornya untuk pengajuan KRS. Belakangan ini tubuhnya terasa mudah lelah. Laura berpikir mungkin itu efek kehamilannya, tapi dia berusaha untuk menjalankan tugasnya di kampus dengan rajin seperti biasanya. James pun sangat memperhatikannya, suaminya itu juga sangat memanjakannya. James belajar memasak menu sederhana dari resep di internet, rasanya lumayan menurut Laura. Dia mengapresiasi usaha suaminya untuk mengurangi aktivitasnya. Sekalipun Laura kadang lebih suka memasak sendiri daripada James yang memasak untuknya. Koasistensi itu melelahkan secara fisik dan mental. Laura sudah pernah menjalaninya dulu saat mengambil gelar dokter hewan. Maka dari itu, Laura sebisa mungkin tidak menambah beban James.
Siang itu sesudah James meninggalkan ruang kantor Laura setelah menemani Laura makan siang. Telepon kantor Laura berdering. Laura pun segera menjawab panggilan itu. "Halo..." ucap Laura. "Halo Prof Laura. Saya Prof Kristina, apa bisa ke Lab. Biokimia sekarang? Ada yang perlu saya bicarakan dengan Prof Laura." ujar lawan bicaranya di telepon. "Ohh... baik, Prof. Saya ke sana sekarang." jawab Laura singkat. Dia berpikir ada penelitian atau hal lain yang ingin dibahas Prof Kristina bersamanya. Mereka berdua sering saling mengoper penelitian kolaborasi. Laura pun naik lift ke lantai 4. Kebetulan kampus agak sepi karena masih belum mulai kegiatan praktikum tahun ajaran baru, jadi Laura tidak perlu mengantre naik lift. Lobi Lab. Biokimia tampak lengang, tak ada seorang pun di situ. Laura pun bergegas ke ruang kantor Prof Kristina. "Selamat siang, Prof Kristina." sapa Laura dengan ramah pada kolega dekatnya itu.
Reynold mengendarai mobil Honda Civic hitamnya kembali ke kampus FKH UGM untuk mengambil barang-barang Laura yang masih tertinggal di kantor. Dia tadi sempat melihat foto wedding Laura dan Bang James dalam pigura berbingkai warna emas berukuran besar yang tergantung di dalam kamar tidur Laura. Mereka berdua tampak begitu bahagia dan serasi dalam balutan pakaian pengantin. Laura tampak cantik laksana bidadari yang turun dari khayangan di dalam foto pernikahan itu. Reynold merasa begitu cemburu dalam hatinya. Wanita yang dia cintai itu telah menjadi milik pria lain yang tidak dapat diganggu gugat. Reynold mencintai Laura tanpa syarat. Cintanya itu menghanguskannya dalam hasrat yang tak terkendali yang justru menghancurkan hubungan baik yang selama ini dia bangun perlahan-lahan bersama Laura. Seandainya dia dapat membalikkan waktu, dia akan membatalkan niatnya untuk memperkosa Laura malam itu. Segala kerumitan ini begitu menyiks
"Hoooeeekkk... hoooeeekkk..." Laura memuntahkan isi perutnya pagi itu. Tubuhnya terasa lemas akibat mual yang tak kunjung hilang karena proses kehamilannya. "Sayang, apa kamu baik-baik saja? Masih mual?" tanya James cemas sambil berjongkok di samping Laura yang terduduk lemas di depan kloset. Dia mengusap-usap punggung istrinya mencoba menenangkannya. "Mau kuambilkan ginger bon, Sayang?" tanya James lagi. Laura mengangguk lemah, permen jahe bisa mengurangi rasa mual. James pun meninggalkannya sebentar ke kamar lalu segera kembali membawa permen jahe, dia membukakan pembungkus permen itu lalu menyuapkannya ke mulut Laura. Setelah itu James menggendong Laura di dadanya menuju ke tempat tidur. Dia menurunkan Laura perlahan-lahan. Kemudian James duduk di tepi ranjang, dia mengelus perut Laura yang mulai membuncit dengan lembut. Ada sebuah tendangan dari dalam sana. James tertawa ketika merasakan tendangan kecil itu. "Aa
Hari ini adalah hari ulang tahun Reynold, 25 Maret. James cukup mengingat tanggal itu karena sudah dua kali dia merayakannya bersama keluarga Prof Widya di rumah mereka. Ulang tahun Reynold tahun ini berbeda bagi James karena mereka sudah mengalami perang dingin selama berbulan-bulan sejak Reynold memperkosa Laura. Hubungan mereka tidak sehangat dahulu, seperti abang dan adik. Setelah ragu-ragu, pada akhirnya James mengirimkan pesan WA ucapan selamat ulang tahun ke 20 tahun untuk Reynold. Tak berapa lama ponsel James berbunyi. James mengecek layar ponselnya, ternyata Reynold yang meneleponnya. Dia pun segera menjawab panggilan itu. James : "Halo..." Reynold : "Halo Bang. Makasih ucapan selamatnya." James : "Iya. Semoga kuliahmu lancar dan tercapai cita-citamu Rey." Reynold : "Bang... apa aku boleh bertemu Prof Laura?" James : "........ Boleh, tapi jangan macam-macam dengan Laura ya! HPL nya sebentar lagi."
Sejak merayakan ulang tahun Reynold di kantornya, Reynold menjadi lebih sering menemui Laura di kampus. Entah apa tujuan Reynold, tapi lama-kelamaan Laura mulai kehilangan rasa kebenciannya pada Reynold yang dahulu memperkosanya. Segala perhatian dan kesabaran Reynold itu membuat Laura luluh juga pada akhirnya. Sedangkan James justru sulit untuk membagi waktu antara koasistensi interna hewan besar dengan menjaga Laura. Hingga suatu ketika, Laura harus periksa ke dokter Stela karena HPL kurang 7 hari dari jadwalnya. Namun, James tidak bisa menemaninya. Tentu saja Reynold dengan senang hati mengambil tanggungjawab itu. Dia sudah menanti-nantikan kesempatan ini. "Hati-hati, Sayangku. Ayo aku bantu turun." ucap Reynold ketika membantu Laura turun dari mobil Honda Civic hitamnya sore itu. Mereka telah sampai di parkiran tempat prakter dokter Stella. Perut Laura sudah sangat besar sehingga dia agak kesulitan untuk bergerak. Bulan lalu ketika di