Segera di pencetnya bel rumah ini, dia sendiri heran, kenapa dia tidak kesulitan menemukan letak bel pagar dan bel rumah ini. Seseorang membuka pintu, wanita paruh baya dengan baju daster dan kain lap dipundaknya
"Mau cari siapa, Non?" tanyanya
"Bu Helena dan Bu Santi ada?" tanya Rahma
"Ooo, ada."
"Emmm, Alif ada?" tanya Rahma lagi.
"Kalau Den Alif sekarang sedang sekolah, Non," kata wanita itu yang ternyata pelayan di rumah ini.
"Siapa, Jah?" tanya seseorang, langkah kakinya mendekat ke arahnya.
"Kamu? Kenapa kamu ke sini?" tanya Helena memekik setelah melihat Rahma.
"Selamat pagi menjelang siang Bu Helena ... saya datang ke mari ingin bertemu Alif," Kata Rahma menunduk sebentar memberi hormat.
"Alifnya tidak ada sedang sekolah!" dengus Helena, matanya mendelik tidak suka.
"Sesuai surat dari pengadilan itu, saya diperbolehkan menjenguk Alif setelah dua minggu. Ini sudah hampir satu bulan," kata Rahma
Alif ... pelan-pelan makannya, kau seperti orang kelaparan saja!" tegur Fauzan ketika Alif makan ayam goreng dengan rakus.Mereka selalu makan malam bersama, biasanya Alif hanya makan tidak banyak bicara, jika ditanya jawab seperlunya.Alif tidak menghiraukan perkataan Fauzan, dia memang kelaparan dari pagi hanya makan roti tawar ditaburi mesis sepotong."Alif ... dengar apa yang Papa bilang? Makan pelan-pelan, pakai garpu dan sendokmu. Jangan pakai tangan begitu, tidak sopan," kata Fauzan dengan suara keras.Alif berhenti mengunyah makanan, dia muntahkan lagi makanan yang berada di mulutnya ke piring yang masih banyak lauknya. Membuat yang berada di sana melihatnya jijik."Kenapa kau muntahkan lagi makanannya Alif? Jijik tahu!" pekik Santi.Alif segera beranjak dari kursinya, segera dia beringsut pergi dari meja makan."Mau ke mana kau?" pekik Fauzan, Alif tidak meng
Malam itu Alif tidak bisa tidur, dipandanginya sapu tangan itu, dielusnya bagian yang tertulis angka-angka sebuah nomor telepon. Dia terus berpikir, dengan handphone siapa dia akan menghubungi Bundanya. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, anak itu bergegas menuruni tangga. Segera dia menuju kamar Bik Ijah dan mengetuk pintunya."Den Alif ...." Bik Ijah terkejut setelah mendapati siapa yang ada di depan pintunya kamarnya."Bibik ... aku lapar! Bisa nggak Bibik membuatkan aku makanan," kata Alif dengan wajah memohon."Ya sudah, Bibik ke dapur dulu," kata Bik Ijah."Alif menunggu di kamar Bibik, Ya?""Kenapa?""Alif tidak mau ketahuan Papa, nanti dia marah lagi," kata Alif sambil menunduk."Ya, sudah." Bik Ijah juga kadang tidak tega kalau Alif dimarahi Fauzan, pria itu suka kalap kalau marah.Selagi Bik Ijah di dapur, Alif mengamati semua kamar Bik Ijah. Matanya membulat sempurna ketika melihat ada HP Nok*a blacksenter
"Aaaliiiiif!"Teriak Rahma ketika melihat Alif tengah menunggunya di bangku taman. Rahma langsung keluar pintu dan menutupnya dengan kuat membuat Bastian menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya."Aaaliiif!" teriak Rahma, langsung memeluk anak lelaki itu."Bundaaa!" Anak itu balas memeluknya erat."Bunda kangen sayang.""Alif juga ... Bun, kenapa Bos Bastian ada di sini?" tanya Alif ketika melihat Bastian menuju ke arahnya."Halo, Alif?" sapa Bastian mengacak rambut anak itu."Sayang, maaf ... Bunda tidak bisa ngabarin kamu, Bunda sekarang sudah menikah dengan Bos Bastian, Bunda ingin banget kamu hadir saat ijab kabul," kata Rahma menerangkan."Benarkah? Alif senang mendengarnya, yang penting Bunda bahagia," kata Alif berbinar matanya."Bos, jangan buat Bundaku sedih ya?" lanjutnya."Kok Bos? Aku ini menikahi Bundamu loh, jadi panggil Ayah," kata Bastian."Iya, Ayah," kata Alif membuat Bastian memeluk an
Malam itu sekitar jam sebelas malam Alif menelpon. Bastian meminta Rahma mengeraskan suara agar dia ikut mendengar."Sayang, kau menelpon diam-diam, kan?" tanya Rahma."Ya iyalah, Bun. Mana berani aku menelpon terang-terangan. Tapi aku lebih bebas sekarang.""Bebas kenapa?" tanya Rahma"Papa sama Mama sedang pergi bulan madu, mereka pergi tiga hari ke Bali," kata Alif."Oya? Kok Alif tahu bulan madu, sih?" tanya Rahma tertawa cekikikan sambil menjewer telinga Bastian. Lelaki itu ikut mencubit pinggang Rahma sambil tertawa tertahan."Ya tahulah, Bun. Bulan madu itu kan liburan sesudah nikah, kan?" ujar Alif."Oooo?" kata Rahma dan Bastian berbarengan mereka masih tersenyum dan saling memberi kode."Kapan mereka berangkat?" tanya Rahma"Tadi siang, Bun. Oya, kapan Bunda sama Ayah akan bulan madu?" tanya Alif membuat mereka saling pandang terdiam sejenak."Kalau Bunda dan Ayah, kan resepsi pernikahan belum digelar. O
"Pak Sagala mengalami koma lagi, kami akan melakukan observasi menyeluruh," kata Dokter Ilham, dokter yang biasa menangani Pak Sagala."Bagaimana jika Mas Saga kami rujuk ke Jerman, Dok?" kata Tante Lirna."Ya Bagus itu, teknologi pengobatan jantung di Jerman sudah canggih, Dokter spesialis jantung di sana bagus-bagus. Bahkan mereka menciptakan jantung buatan," kata Dokter Ilham"Bagaimana, Bas? Mbak Asti?" tanya Tante Lirna"Aku tidak tahu, Tante ... kalau Papa dibawa ke Jerman, aku gak mungkin bisa menungguinya. Aku juga ingin mengurus Papa, Tante ... tapi aku juga musti mengurus Perusahaan," keluh Bastian."Kamu di sini saja ngurus perusahaan, Bas. Biar Tante sama Bunda Asti yang mengurus Papamu. Ini demi kebaikan Papamu. Tante ingin Mas Saga cepat sembuh. Hanya Mas Saga satu-satunya saudara yang Tante punya, Bas. Tante tidak mau kehilangan dia," kata Tante Lirna sambil memeluk Bastian."Benar, Bas. Apa yang dikatakan Tantemu itu. Bunda j
"Ada apa, Bas?" tanya Bunda Asti ketika menemui Bastian."Ini, Bun. Romi membelikan Bunda baju. Gantilah baju kebaya yang Bunda kenakan, pasti tidak nyaman, kan?" kata Bastian memberikan paper bag itu setelah mengeluarkan bajunya."Wah, terima kasih. Tahu aja Bunda sudah gerah," kata Bunda Asti sambil mengambil paper bag itu dan hendak berlalu."Bun ...." panggil Bastian."Ada apa, Bas?" tanya Bunda Asti, sorot mata Bastian tampak serius."Sebenarnya apa yang membuat Papa terkena serangan jantung?" tanya Bastian menatap Bunda Asti lekat."Apa, Bun? Ceritakan padaku, Bun. Aku berhak tahu," tanya Bastian sekali lagi ketika melihat Bunda Asti hanya bergeming. Bunda Asti menarik napas panjang dan menghembuskan kuat-kuat, lalu duduk di sebelah Bastian."Bunda tidak tahu persis apa yang
"Mas ... Katanya mau bantuin ngepak barang Bunda untuk dibawa ke Jerman? Kok malah ngelamun di sini?" tanya Rahma ketika didapati suaminya tengah termenung di dalam kamar."Oh ... Mas lupa, ayo Mas bantu," kata Bastian sambil bangkit dari duduk di tepi ranjang."Sudah selesai, Mas. Tadi dibantuin Bik Wati," kata Rahma membuat Bastian menghempaskan kembali pantatnya ke atas ranjang.Rahma segera masuk kamar mandi menggosok giginya, setelah keluar kamar mandi didapati suaminya masih termenung,Ada apa sih dengan Mas Bas? Mungkinkah dia tengah bersedih perihal Papanya,' batin Rahma."Mas ... kamu masih sedih tentang Papa ya?" tanyanya sambil membelai kepala lelaki itu, Bastian segera memeluk pinggang istrinya dan membenamkan kepalanya di perut perempuan itu."Sabar ya, Mas ... mulai sekarang kita harus rajin berdoa dan rajin mendirikan salat sunah, agar Allah segera menyembuhkan Papa," kata Rahma membuat Bastian hanya mengangguk.Bas
"Kemarin Papa dan Mama menghadiri resepsi pernikahan anak Sagala. Kau tahu siapa menantunya itu?" kata Gunadi menatap kedua anak dan menantunya serius. "Nggak, Pa. Siapa?" tanya Fauzan serius. "Perempuan itu, Rahma!" kata Helena, nada bicaranya di tekan pada kata Rahma. "Apa?" kata Fauzan dan Santi serentak, keduanya saling berpandangan, mereka terkejut mendengar kabar itu. "Jadi Rahma menikah dengan Bastian?" kata Fauzan sambil mengernyitkan dahi. "Wah ... ternyata Rahma bisa menggaet bosnya," kata Santi sambil manggut-manggutkan kepalanya merasa tidak menyangka kejadiannya seperti ini. "Apa maksudmu?" tanya Fauzan pada Santi. "Rahma itu dulu pembantunya Bastian, rupanya dia sengaja menggaet Bastian. Aku rasa dia sudah tahu kalau Bastian itu Bosmu," kata Santi tersenyum sinis, Rahma ... ternyata kau licik juga. "Sekarang bagaimana Zan? Cepat kau segera bereskan, bagaimanapun caranya segera ambil alih PT Intisari Besi menjadi milik kita," kata Gunadi menatap anak dan menantunya