Kediaman utama Callister,
kamar tidur utama.Bolehkah Safna merasa lega? malam ini tidak terjadi apapun di antara mereka."Syukurlah," Safna menghela nafasnya, dia mengulum senyuman dan memejamkan sejenak bola matanya.Setidaknya dia lega, paman Callister belum meminta dua menunaikan kewajiban nya dan itu cukup membuat dia lega. Padahal semalaman cukup membuat nya panik dan tegang, tapi laki-laki tersebut penuh dengan pengertian setelah membersihkan diri, paman Callister berkata dia harus menyelesaikan pekerjaan nya di ruangan sebelah, katanya ada urusan perusahaan yang harus dia lakukan. Lama, sangat lama hingga akhirnya Safna mulai tenggelam ke alam mimpinya. Dan dia terbangun saat merasa seseorang naik ke atas kasur, ternyata laki-laki tersebut baru menyelesaikan pekerjaan nya di pukul 2 lebih dini hari. Setelah itu naik ke atas kasur dan tidur.Dan pagi ini laki-laki tersebut bangun, mengajaknya sholat berjamaah kemudian bersiap-siap untuk pergi bekerja. Jadi fix, tidak terjadi apapun dengan mereka berdua hingga sejauh ini. Safna patut berbangga hati, suami nya merupakan laki-laki yang pengertian."Aku mungkin akan pulang sedikit terlambat," laki-laki tersebut bicara, dia melirik kearah Safna yang berdiri di dekat jendela kamar sambil memejamkan bola matanya. Menikmati aroma pagi yang menyeruak masuk kedalam kamar mereka.Safna buru-buru menoleh kearah laki-laki tersebut, dia menatap wajah Callister yang terlihat segar dan cerah. Penampilan laki-laki tersebut dengan jas kantor nya mengubah bagian dari kewibawaan nya, yah laki-laki tersebut terlihat berwibawa dengan pesona alami nya. Sangat macho dengan setelan jas dalam warna senada."He em." Safna menganggukkan kepalanya."Jika merasa tidak nyaman dirumah kamu bisa pergi kemanapun untuk mencari udara segar, hanya saja -," paman Callister menggantung kalimat nya, menatap wajah Safna untuk beberapa waktu."Jangan lupa memberitahukan ku tujuan kamu, agar tidak membuat khawatir dan menerka-nerka kemana kamu pergi." Dan laki-laki tersebut menutup kata-katanya.Safna lagi-lagi menganggukkan kepalanya tanda mengerti, begitu patuh mendengar ucapan dari suaminya tersebut. Entah sungguh-sungguh atau sekedar basa-basi dalam balutan kepatuhan nya tersebut.Callister secara perlahan membalikkan tubuhnya, dia meraih tas kerja nya dan bergerak menjauhi Safna. Nyatanya gadis tersebut malah ikut bergerak mengejar langka Callister dari arah belakang. Keluar dari kamar tersebut kemudian bergerak menuju ke arah dapur.Bibi pelayan sudah menyiapkan sarapan untuk mereka, kopi dan teh untuk masing-masing majikannya dan roti isi untuk disantap di pagi hari. Safna pikir apakah besok-besok dia bisa melakukan tugas tersebut? memilih sendiri menu makan pagi mereka dengan berbagai macam variasi.Mereka duduk di kursi makan saling berhadapan, masih banyak memilih diam tanpa banyak percakapan. Mungkin tepat nya masih saling canggung untuk bicara antara satu dengan yang lainnya. Sebab sejak awal yang banyak memulai percakapan dari pihak Callister. Safna hanya berdehem, mengangguk atau paling banyak menjawab baiklah dan tidak lebih.Suasananya jadi sedikit canggung.Ditengah mereka menikmati sarapan pagi, tiba-tiba saja satu suara dari arah depan mulai mengganggu pendengaran, membuat semua orang menoleh dengan cepat."Cukup sulit menghubungi Callister sejak kemarin, apakah tidak ada yang ingin menjelaskan pada ku dimana dia?," suara seseorang terdengar semakin mendekat.Safna mengernyitkan keningnya, melirik ke arah sisi kanan nya, memperhatikan langkah seseorang yang kini bergerak mendekati mereka."Kamu disini sayang? aku pikir hal yang buruk terjadi pada mu sejak dua hari kemarin," seorang perempuan dengan pakaian seksi terlihat berjalan lenggak-lenggok mendekati Callister, sepertinya belum menyadari kehadiran Safna."2 hari kamu mengabaikan panggilan ku, itu membuat ku cukup resah dan khawatir," lanjut perempuan tersebut lagi kemudian.Cantik, seksi, dengan penampilan glamor dan cukup membuat seorang Safna mengernyitkan dahinya saat melihat sosok perempuan dalam balutan pakaian yang cukup mengganggu mata tersebut. Dia melirik kearah Callister yang terlihat menatap kearah perempuan tersebut untuk beberapa waktu.Seharusnya Safna tidak mesti peduli dan risih dengan keadaan itu, dia pikir mereka menikah juga karena mendadak, mana tahu bagaimana paman Callister sebelumnya, bagaimana pergaulan nya, siapa saja yang dekat dengan nya dan apakah laki-laki tersebut memiliki kekasih sebelumnya.Tapi tidak dengan penampilan perempuan tersebut yang cukup mengganggu pemandangannya dan hal tersebut jelas membuatnya sangat risih.Bisa dia lihat bagaimana ekspresi paman Callister, seolah-olah cukup terkejut dengan keadaan dimana laki-laki tersebut mengernyit kan keningnya."Oh!," tiba-tiba saja perempuan tersebut terkejut saat dia menyadari terdapat kehadiran seseorang di antara mereka.Dia menatap kearah Safna dalam balutan keterkejutan yang mendalam, dia langsung menghentikan langkah kakinya depan di sisi kiri dan kanan Safna juga Callister, perempuan tersebut mengernyitkan keningnya kemudian menoleh kearah Callister."Ada tamu?," tanya perempuan tersebut cepat.Mendengar kata kamu jelas saja membuat Safna menjadi tidak enak."kamu tidak bilang jika ada tamu datang ke rumah, aku tidak pulang dalam beberapa minggu tiba-tiba ada seorang gadis muda di sini?,"Daaarrrrr, luar biasa. Kata-kata perempuan tersebut membuat Safna jelas terkejut, kata beberapa minggu tidak pulang ke rumah jelas mengartikan jika perempuan itu tinggal di sana sebelumnya."Ya?," Safna jelas aja langsung melesatkan tanya dalam keterkejutannya.Belum juga sagna mendapatkan jawaban atas pertanyaannya yang menggantung tiba-tiba saja perempuan itu berkata."Apa pada sesuatu yang tidak aku ketahui sayang?," lagi kata sayang benar-benar mengejutkan Safna."Siapa dia?," perempuan itu terus melesatkan tanya sambil mencoba untuk masih mengembangkan senyumannya ke arah Callister, merasa sedikit bodoh dengan keadaan karena tidak paham siapa gadis yang ada dihadapannya.Callister terlihat masih menatap kearah perempuan tersebut, dia kemudian berkata."Dia istri ku, Safna." laki-laki tersebut menjawab dengan cepat.Mendengar apa yang di katakan Callister, wajah perempuan tersebut langsung berubah drastis, senyuman yang mengambang dibalik bibir nya langsung bertukar dengan wajah yang menampilkan sebuah ketidaksukaan."Apa? istri?," tanya perempuan tersebut kemudian.Safna tidak mengerti siapa perempuan tersebut tapi melihat ekspresi wajahnya jelas dia pikir perempuan itu tidak menyukai kehadiran dirinya."Dia siapa?," gadis tersebut berusaha untuk mengembangkan senyumannya, dia bertanya sambil menatap kearah Callister untuk beberapa waktu.Demi apapun Safna cukup terganggu dengan penampilan perempuan yang berdiri di hadapan mereka tersebut."Aku cukup terkejut kau benar-benar menikah seperti yang diucapkan oleh Ali, jadi dia gadis itu?," dan perempuan tersebut bertanya secara tiba-tiba, seolah-olah mengingatkan Callister tentang sesuatu, dia mencoba memahami keadaan."Gadis yang dibicarakan waktu itu?," lagi perempuan tersebut bertanya.Callister langsung berdiri, seolah-olah sedang berusaha untuk menyembunyikan sesuatu. Safna jelas saja menatap kearah perempuan tersebut dengan tatapan sedikit penuh tanda tanya, ucapan perempuan yang belum dia ketahui namanya itu mengganggu pemikiran nya.Kata gadis itu jelas saja membuat dia berpikir apa maksud nya."Paman?," tiba-tiba dia bertanya pada calister ingin tahu apa maksud dari ucapan perempuan tersebut tapi nyatanya alih-alih mendapatkan jawaban malah mendekati perempuan itu dan mencoba untuk menariknya menjauh dari mereka."Biarkan aku bicara dengan nya sebentar," ucap laki-laki tersebut cepat kemudian meraih lengan perempuan tersebut lantas menyeret nya menjauh dari sana."Ada apa?," Safna jelas saja melesatkan tanya di atas kepalanya.Callister terlihat menyeret langkah perempuan tersebut dengan cepat.Baiklah Safna tidak ingin peduli dengan siapa perempuan tersebut, dia pikir itu bukan urusan nya, lebih baik menghabiskan makanan nya dan mengabaikan dua orang tersebut.Dia pikir ah sudahlah, pernikahan dia dan paman Callister juga belum tentu panjang itu pikir nya, nama nya juga pernikahan dadakan tanpa perencanaan, jadi dia pikir apa yang diharapkan dari pernikahan mereka.Pada akhirnya Safna berusaha untuk meneruskan menikmati makan paginya di mana dia mengabaikan kedua orang tersebut yang kini bergerak menjauhi dirinya. tidak terlalu penting bagi dirinya untuk mengetahui tentang perempuan tersebut dan pembicaraannya dengan paman Callister.Gadis itu menikmati makan paginya secara perlahan, cukup lama dia berada di meja makan, menyantap makanan miliknya secara perlahan hingga pada akhir waktu tersebut berjalan dan tiba-tiba saja paman Callister sudah kembali berada di ruangan makan tersebut dan memilih untuk duduk tepat dihadapan Safna.Begitu laki-laki tersebut kembali duduk di h
Entahlah Safna tidak bisa mengekspresikan perasaan nya saat ini, hanya saja melihat wajah Roger menorehkan sebuah luka di hati nya. Ini bukan lagi tentang cinta, tapi ini tentang perasaan yang telah di lukai dan di khianati oleh laki-laki yang begitu dia cintai sebelumnya.Dia mencintai Roger dengan caranya sendiri, memiliki mimpi yang begitu indah dan manis bersama laki-laki tersebut sebelumnya tapi pengkhianatan yang dilakukan Roger jelas tidak main-main, apalagi ketika tahu laki-laki tersebut bermain bersama sahabat baiknya bahkan hingga hamil. Ini kali pertama bola mata Safna berkaca-kaca menatap laki-laki yang di cintai nya selama bertahun-tahun ini."Aku sedang menahan seluruh kemarahan dan emosi ku, berharap kita bertemu kembali di kala luka yang kamu torehkan sudah tertutup dan tidak menganga hebat, tapi aku cukup terkejut hanya dalam beberapa hari kamu kembali datang dengan tidak tahu malu dan mencoba membuat kekacauan untuk kebahagiaan yang sebenarnya belum jelas setelah men
Kediaman utama Callister,Kamar.Malam ini Safna memilih diam tanpa mengeluarkan sedikit pun suaranya, dia fokus pada pekerjaan nya membuat beberapa sketsa gaun pesanan beberapa pelanggan miliknya. Itu adalah pekerjaan Safna, seorang desainer di toko kecil nya sendiri, mendesain gaun pernikahan impian semua orang tapi lucunya dia tidak mampu benar-benar mendesain gaun pernikahan nya sendiri.Di hari sakral nya dia tidak menggunakan gaun impian nya sendiri, kala itu Roger yang memilih gaun pernikahan mereka, berkata dia pantas di ratukan di hari pernikahan. Mempercayai semua nya pada bagian wedding organizer pilihan keluarga Roger sendiri. Tapi lihatlah apa yang terjadi? pengkhianatan benar-benar menjadi harga sepadan dalam balutan gaun pernikahan yang dipersembahkan untuk dirinya."Hari sudah cukup larut," dan suara Callister mengejutkan Safna, membuat gadis tersebut langsung mendongakkan kepalanya.Bola mata mereka bertemu, dimana Callister berdiri dihadapan Safna hanya menggunakan h
Safna menatap wajah paman Callister sejenak, dimana laki-laki tersebut sempat melirik kearah dirinya untuk beberapa waktu. Dia mengerutkan keningnya, seolah-olah berpikir apakah ini soal malam pertama?.Bukankah ini terlalu dini? bahkan dia belum benar-benar bisa menggantikan posisi Roger menjadi Callister di hatinya. Lalu katakan pada nya apakah semua harus berjalan secepat itu dan begitu tergesa-gesa."No, jangan berpikir sejauh itu," tiba-tiba saja paman Callister langsung bicara dengan cepat, seolah-olah tahu kemana jalan pikiran Safna saat ini."Maksudku mari mengambil liburan bulan madu, oh sial aku tidak pandai merangkai kata-kata yang tepat, maksud ku kita mengambil waktu liburan, saling mengenal antara satu dengan yang lainnya, mungkin kita butuh bicara, berbagi, bercerita soal banyak hal didalam liburan kita nanti, dan ini bukan soal malam pertama." Callister bicara dengan cepat.Safna bisa melihat gurat sedikit panik di balik wajah Callister, laki-laki tersebut seperti nya
"Anak-anak yang mana?," Callister masih berusaha bertanya seolah-olah mencoba menyakinkan atas pertanyaan Safna.Safna tidak tahu apakah paman Callister pura-pura atau memang tidak memahami apa maksudnya. Padahal menurutnya kata anak-anak sudah sangat jelas untuk mempertanyakan semuanya dan Callister bisa menjelaskan semua keraguannya."Di pesan yang tidak sengaja aku baca, anak-anak yang dititipkan dengan gadis bernama Kayla." Perlu tekat dan keberanian kuat juga besar untuk berani mempertanyakan hal tersebut secara langsung dan gamblang pada sosok laki-laki dewasa dihadapan nya tersebut.Mungkin soal perempuan yang membuat keriuhan di pagi itu tidak terlalu menjadi masalah untuk Safna sebab dia pikir perempuan itu mungkin tidak terlalu penting yang menjadi penghalang, buktinya setelah datang perempuan itu tidak terlihat mencoba membuat keributan dengan dirinya. Tapi anak-anak bisa menjadi masalah besar untuk mereka saat ini, besok dan suatu hari nanti."Aku tidak ingin mempertanyaka
The Golden royal Klinik.Ruang khusus.Ngikkkk ngikkkkk ngikkkk.Suara jangkrik sepertinya menari-nari di atas kepala Safna saat ini ketika dia melihat 4 anak anjing berwajah imut-imut menyambut mereka di balik pintu kaca di depan sana.Laki-laki dan perempuan, 4 anak, 2 laki dan 2 perempuan, ibu nya bersama Mickey dan Minnie.Ohhhh bolehkah Safna menenggelamkan dirinya ke lumpur Lapindo saat ini juga? dia memejamkan bola matanya karena malu, membuang pandangannya dari paman Callister, berusaha untuk bergeser secara perlahan, mungkin pura-pura sakit perut, pergi ke mobil, ah tidak mencari taxi dan minggat dengan cepat saat ini juga."Aku benar-benar kesulitan menghubungi mu untuk bicara tentang anak-anak yang lucu-lucu ini."Niat terselubung Safna untuk melarikan diri belum terkabulkan saat seseorang tiba-tiba saja datang dan bicara dengan mereka. Dan seorang gadis yang usianya beberapa tahun di atas Safna bicara dengan cepat.Safna menatap gadis dihadapannya itu untuk beberapa waktu,
Pada akhirnya Safna menyentuh lembut belakang lehernya, dia jadi malu dan serba salah, baru sadar dia memanggil Callister paman dari sejak mereka menikah."Maafkan aku, aku khilaf paman eh paman akhhh." Safna kembali khilaf, menepuk mulutnya lembut dengan telapak tangan nya, ekspresi yang dikeluarkan begitu manis, dimana Hasna memejamkan bola matanya sambil menepuk lembut mulutnya.Membuat Callister seketika tidak mengedipkan bola matanya, terlalu memuja kecantikan gadis dihadapannya, ekspresi yang dikeluarkan Safna tiba-tiba membuat dia gelisah, ingin sekali rasanya dia menyambar bibir lembut gadis di hadapannya tersebut, menyempurnakan nya dalam ikatan halal tanpa batas."Sial." paman Callister mengumpat dia dirinya sendiri didalam hatinya."Apa yang aku pikirkan?," batinnya lagi kemudian."Maksud ku panggilan apa yang harus aku sematkan? aku bingung." Safna kembali bicara pada paman Callister dengan cepat, dia masih menyentuh tengkuknya malu dan bertanya pada laki-laki tersebut.Di
Mereka mendadak diam, saling menatap antara satu dengan yang lainnya, deru nafas mereka terdengar saling bersahutan dimana deru jantung mereka juga mulai terdengar tidak beraturan. Entahlah apa yang ada didalam pikiran mereka masing-masing, yang jelas saat ini mereka tidak baik-baik saja, menyimpan berbagai rasa sendiri di dalam hati masing-masing tanpa ingin menjabarkan tentang realita yang ada saat ini.Handphone yang tadi nya menjadi bahan rebutan mendadak tidak lagi di pedulikan, yang di pedulikan adalah tentang rasa yang rumit untuk dijelaskan. Dimana kebisuan terjadi, detak jarum jam seolah-olah menjadi saksi bisu tentang bagaimana mereka saat ini.Di atas kasur kamar hotel di mana yang mereka tempati kedua orang tersebut tampak tidak bergerak dalam posisi mereka masing-masing, mungkin saling menikmati wajah dari pasangan atau mengagumi apa yang dilihat di depan mata sehingga membuat mereka berdua seolah-olah lupa dengan keadaan.Entah bagaimana dan siapa sebenarnya yang memulai