Diaz menarik kemejanya agar terlepas dari cengkeraman Mila. Istrinya semakin tidak terduga dan bisa membaca ekspresi wajahnya sebab merasa ada banyak yang disembunyikan darinya.
Mila melepaskan tangannya juga, ia perempuan yang tak bisa diajak main-main. Dari gelagat dan pengalihan obrolan Mila tahu Diaz mempunyai sesuatu yang tidak ia ketahui.
Diaz melihat bahunya yang ditepuk Mila. "Sejujurnya... "
"Apa?"
"Saya juga terpaksa menikahi kamu," imbuh Diaz.
Mila mengernyit heran. Memang mereka terpaksa, tidak ada yang mencintai sepihak apalagi keduanya.
"Ayah kita ... Gak pernah kasih wasiat menikahkan anaknya. Saya menikahi kamu karena merasa bersalah. Saya pikir, akibatnya kalau membiarkan mereka meninggal hubungan keluarga kita juga akan renggang karena kamu membenci keluarga saya."
Diaz mempasrahkan apa yang Mila lakukan setelah mendengar pengakuan yang dijadikan kebohongan agar tak ada yang tersakiti baik sebelum a
Untuk mengembalikan seperti awal sudah tidak ada harapan yang tersisa. Langkah kedepannya yang akan dilakukan mereka adalah terus melanjutkan pernikahan tanpa kebohongan lain.Mila tidak akan memaafkan Diaz jika nanti ada rahasia lain terkuak lain waktu. Kesempatan terakhir sudah ia berikan hari-hari sebelumnya. Mereka sepakat untuk menjalani hidup seperti biasa dengan pura-pura tidak terjadi apa pun di depan Meida, Fila, Vio, dan lainnya.Aktivitas Mila terhambat. Ia tidak bisa menulis novel sejak 2 jam yang lalu, hanya duduk di kursi menatap rentetan komentar bab terakhir novelnya yang diunggah kemarin sore. Matanya hampir jenuh, tetapi jika menatap Diaz akan lebih lelah. Dalam satu malam, mereka kembali asing di dalam kamar.Pesan dari Stephen juga Mila abaikan. Dia mungkin khawatir tidak mendapat balasan 'Y' atau 'Oh' dari Mila sejak 3 hari lalu. Mila tahu dia akan mengadakan pertunangan bersama Kenzie 2 hari lagi. Pernikahannya sendiri merenggang, tet
Beberapa menit lagi Mila selesai menata diri untuk menghadiri acara pertunangan Stephen dan Kenzie. Cermin tidak pernah salah memantulkan bayangan, bahkan refleksi wajah manusia.Hari ini mereka mengadakan sandiwara yang tak terbayangkan, yaitu kebahagiaan semu. Perbuatan mereka tidak dapat dikatakan jahat, tetapi tidak ada manfaat sama sekali untuk dilakukan. Jika mereka menunjukkan masalah pada semua orang yang berada di sana, itu akan menimbulkan kecurigaan, termasuk Stephen.Mereka tidak berdua, Vio dan Farel ikut meramaikan acara sebab turut mendapat undangan. Meida sudah berada di rumah Fila agar bertemu di sana.Diaz juga mengikuti sandiwara yang dimulai Mila. Mereka melangkah keluar rumah dan masuk mobil.Farel dan Vio menaiki mobil berbeda, mereka mengikuti dari belakang. Butuh waktu setidaknya 15 menit untuk sampai ke rumah keluarga Kenzie. Rumah besar yang didominasi warna putih dan kuning keemasan menambah kemegahan. Lengkungan ban
Baru membuka mulut, Mila sudah digandeng Diaz untuk menjauh dari mereka."Biar urusan mereka," kata Diaz.Mila tidak harus mendengar apa yang terjadi selanjutnya pada mereka. Terlebih hubungan yang diawali Kiara bertujuan untuk menjauhkan Mila dari Revan. Jika berani membuat awalan, harusnya dia tak takut mengakhiri hubungan demi kebaikannya pula.Mila meraih lengan Diaz supaya berjalan seimbang. Diaz mengajaknya menemui Stephen dan Kenzie."Lo berdua ke mana aja?" Stephen menunggu mereka cukup lama."Emangnya mau ngapain? Kan lo yang tunangan, bukan kita." Mila tersenyum ke arah Kenzie yang terlihat sangat cantik."Kita foto bareng," ujar Stephen.Stephen menarik Diaz, lalu Kenzie menarik Mila. Mereka berempat berjajar untuk difoto. Stephen ingin punya foto bersama mereka, walaupun sebelumnya pernah, saat mereka menikah, tetapi Mila saat itu sangat menjengkelkan karena malah adu mulut dengan Diaz.Stephen tersenyum lantas mena
Eric mencolek meja untuk memastikan tidak ada debu yang menempel sebab Monica setelah pembelajaran melalui panggilan video adalah makan siang.Ponsel milik Monica bergetar, tertera panggilan dari nomor yang tidak disimpan. Salah satu anggota keluarga Monica pasti menghubunginya. Mengingat baru-baru ini mendatangi kediaman Meida, mungkin salah satu dari mereka."Siang." Eric tahu suara siapa ini, sekian lama Monica tidak pernah terima telepon dari Diaz. Kali ini pasti dia mau bicara.Eric mendatangi Monica di kamarnya yang rupanya baru selesai belajar.Hanya dengan sekali menatap Eric, Monica tahu dia mendapat telepon dari siapa. Ia menengadahkan tangan untuk mendengar apa yang Diaz ucapkan.Eric meninggalkan mereka agar melindungi privasi dan Monica bisa menjadi dirinya sendiri."Gue mau makan siang, jangan lama-lama. Langsung ke intinya."'Saya berterima kasih sama kamu, Monica'"Gue gak mau lo korbanin perasaan Mila," b
Akhirnya ada kesempatan Mila untuk menulis bab. Sampah kemasan makanan ringan berceceran di meja hingga lantai. Ia bahkan belum mandi sejak pagi sebab termakan jalan cerita yang semakin menarik dan memacu adrenalin.Hari ini Diaz lembur lagi, jadi Mila diberi ruang dan waktu untuk menebus kekosongan yang sempat melanda hatinya dengan mengisi waktu luang. Apalagi novel yang ditulis Monica Prayoga berjudul "Find Me" memakai warna merah dan cover pria tampan dengan masker hitam menutupi sebagian wajahnya meracuni pikiran Mila selama 3 hari ini. Kalau diamati baik-baik, rasanya ilustrasi pria yang membuat kaum perempuan memaafkan karakter psikopat yang gemar memutilasi korban familiar bagi Mila.Untuk pembaca serial kriminal, psikopat, atau sejenis thriller memang mempunyai prinsip 'Benci karakter, bukan tokohnya' , ditambah visual yang memukau dia jelas termaafkan.Mila sendiri tidak peduli korban dimutilasi 10 atau 20 bagian, yang penting menikmati cerita. "
"Menurut lo mana film yang bagus?""Gak ada yang bagus.""Masa gak ada? Coba lo liat lagi dong." Mila menunjuk layar IPad milik Vio yang lama tidak dipakai.Vio menyingkirkan benda itu dari pandangannya. "Gue sama Farel aja gak pernah ke Bioskop, terlalu berisik."Mila merengut kesal. Vio dengan Diaz duduk di satu sofa yang sama namun memunggungi satu sama lain. Mereka sibuk memainkan ponsel, parahnya lagi Mila ikut diabaikan."Hhh, padahal gue mau weekend kita jalan-jalan bertiga. Tapi kalau lo berdua musuhan tiap hari gimana mau pergi bareng?"Vio mendesah malas setelah Mila mengeluh. "Lo jalan aja sendiri, lagian gue gak akan pergi ke Bioskop."Diaz terkikik geli mendengar alasan adiknya. "Bilang aja kamu takut bioskop karena takut ada hantu muncul di sebelah kursi, gelap.""Oh pantesan... " Kalau alasannya diperjelas Mila bisa mengerti. Daritadi Vio hanya mengatakan tidak bisa ke sana tanpa ket
Vio melihat jarum jam tangannya yang terus bergerak sampai lelah menunggu Mila dan Diaz keluar dari kamar."Masih lama?"Vio menggeleng tidak tahu atas pertanyaan Farel, sepertinya bukan cuma Vio yang malas menunggu.Sampai akhirnya pasangan tersebut kompak keluar dari kamar. Tidak ada yang menonjol dari mereka dalam berpakaian, semua normal walaupun mereka bisa memakai setelan yang lebih bagus dan mewah."Gue udah beli 4 tiket, tapi gue sengaja pilih jam yang agak sore supaya kita bisa belanja sebentar buat perempuan." Farel memberitahu mereka agar kegiatan hari ini berlalu dengan santai."Bagus. Ya udah kita berangkat sekarang keburu makin panas," ujar Mila sambil menarik baju Diaz.Diaz langsung meraih pergelangan tangan Mila, dia pikir dirinya kucing ditarik-tarik?Farel dan Vio lantas berlalu diikuti mereka untuk masuk mobil Diaz. Mereka sepakat untuk bergantian mengemudi, saat berangkat Diaz, lalu pulangnya Farel.
Diaz menyodorkan es krim untuk Vio. Adiknya sangat suka membeli satu kardus dan bisa dihabiskan satu pekan."Selera lo beneran udah tua," cerca Vio melihat es krim varian yang dipilih kakaknya."Kacang merah, enak.""Not me." Akhirnya Vio sendiri yang mengambil es krim favoritnya. Membiarkan Diaz merupakan kesalahan terbesar karena mereka berbeda selera. "Persis Papa," imbuhnya lirih.Mereka lebih terlihat bapak dan anak daripada kakak dan adik karena Diaz berjalan di belakangnya untuk menjaga Vio.Vio balik badan untuk menyeret Diaz agar berjalan di sampingnya. "Lo bukan pengawal gue, berdiri di samping."Diaz tersenyum padanya. "Iya. Makasih.""Makasih?" Fakta bahwa Diaz semakin tua benar adanya. "Untung Mila bukan jalan sama Eric. Tau gak lo, Mila demen sama asistennya Monica?""Mila cuma berusaha cari laki-laki yang lebih ganteng dari Kakak," alibi Diaz. "Es krimnya mau dimakan kapan? Keburu me