Ayana dan Andres sedang dalam perjalanan menuju Central Park West Apartment. Sudah sejak lima tahun lalu Andres menjadi salah satu pemilik hunian yang digadang-gadang sebagai apartemen termewah di New Yok itu.
Pria berusia 35 tahun itu memang terbilang anak yang mandiri dan hebat. Dia menempuh pendidikan dengan jalur beasiswa penuh di fakultas kedokteran UI. Usai mendapat gelar sarjana kedokteran, Andres berkesempatan menjalankan koas di salah satu rumah sakit kenamaan Ibu Kota. Selama satu setengah tahun ia menjalankan masa koasnya dengan lancar meski tentu dalam prosesnya pasti ada kendala atau hal yang membuat Andres lelah.
Ia tidak menyerah karena menjadi dokter adalah cita-citanya sejak kecil. Sejak saat itu tahap demi tahap terus Andres lakukan dengan gigih sampai akhirnya ia bisa mendapat beasiswa untuk mengambil spesialis bedah di Amerika. Negara itu pun akhirnya menjadi tempat yang nyaman untuk Andres mengepakkan kariernya dengan gemilang. Sampai sekaran
"Sepertinya kamu bahagia berkunjung ke rumah suamimu," Andres menyodorkanminuman segar pada Ayana. Gadis itu menoleh dan menerimanya tanpa banyak kata, jujur Ayana memang sudah sangat haus."Mm, lumayan. Aku tidak menyangka kamu sekaya ini," jawab Ayana jujur dan apa adanya. Ia masih memfokuskan kedua matanya ke arah televisi. Kali ini lengkungan bibir Andres kian lebar. Kim Ayana, gadis unik ini benar-benar membuat Andres kehabisan kata-kata untuk menghadapi setiap ucapannya."Ya, hartaku cukup untuk memenuhi hasratmu sebagai seorang wanita."Ayana memicingkan matanya, menuntut sesuatu melalui tatapan tajamnya."Belanja, kamu boleh meminta uang padaku untuk memenuhi hasrat belanjamu."Kali ini picingan mata itu melemah, kemudian sebelah alisnya terangkat."Wah,suamiku baik sekali,” puji Ayana sarkasme."Tentu, itu tidak perlu diragukan.""Cih, menyebalkan. Kamu mau menyombangkan diri di hadapanku, ha
Selama proses makan siang berlangsung tidak ada percakapan yang terbangun. Keduanya sibuk dengan kegiatan dan pemikiran masing-masing. Andres masih belum bisa bersikap normal seperti biasanya. Percakapan terakhirnya dengan Ayana tadi benar-benar membuat Andres malas menatap gadis itu. Jujur Andres benci orang-orang seperti itu. Terlalu banyak bicara dan mengagungkan diri, seakan dia yang paling benar. Persis seperti yang Ayana lakukan tadi terhadapnya. Dengar, pria tampan yang satu ini juga masih memiliki harga diri, bahkan harga dirinya sangat tinggi.Setelah selesai makan siang, Andres pun beranjak menuju salah satu ruangan yang cukup jauh jaraknya dari ruang tamu. Sebuah ruangan yang biasa digunakan pria itu untuk membenamkan diri dikala lelah menerpa. Ruang tidur yang merangkap menjadi ruang bekerja, karena ukurannya yang sangat luas. Tanpa mendapat ajakan dari sang pemilik. Ayana mengekor –mengikuti langkah Andres menuju kamarnya.Kepala Ayana menyembul diba
"Aku merindukanmu," gumam Andres lirih, saat ini ia sedang menyendiri di taman belakang. Membenamkan diri dalam pekat dan dinginnya udara malam. Keberadaan Andres di rumah Ayana membuat pria itu semakin sering mengingat sosok sang ayah dan segala kisah di masa lalunya. Padahal sebelumnya, Andres jarang mengalami hal seperti ini. Mungkin, di beberapa waktu tertentu ia memang pernah bernostalgia ke masa lalu namun itu hanya sekilas. Tidak melekat seperti sekarang. Bukan maksud Andres ingin melupakan tentang masa lalunya yang kelam. Hanya saja pria tangguh itu tak kuasa menahan rasa sakit yang sudah susah payah ia sisihkan dari hatinya. Andres tidak ingin bayangan masa lalu kembali menghantui hidupnya sekarang. Pria itu ingin hidup tenang setelah ini. Gemericik air di kolam sana terdengar begitu jelas saat malam hari. Andres semakin membenamkan dirinya dalam sunyi, samar-samar telinganya menangkap gemerisik rerumputan yang terjamah kaki seseorang.
Andres memasuki dapur untuk menyimpan cangkir kotor bekas cokelat panas tadi. Rencananya pria itu akan langsung mencuci cangkir tersebut sendiri. Memang ini hari pertamanya tinggal di rumah itu, tapi sepertinya Andres sudah mulai hafal setiap ruang yang umum digunakan seperti dapur, kamar mandi utama, dan beberapa tempat lainnya di sana. Setidaknya ia tidak tersesat atau salah masuk ruangan seperti kemarin. Andres mampu beradaptasi dengan cepat.Tidak ada bulan madu untuk pengantin baru itu, baik Andres apalagi Ayana sama-sama menolak ujaran orang tua Ayana untuk menghabiskan waktu cuti mereka dengan liburan berdua. Tentu saja keduanya menolak, memangnya siapa yang bersedia berbulan madu dengan musuhnya sendiri?Usai mencuci cangkir Andres lantas mencuci tangannya lalu berbalik badan. Pria itu terhenyak kaget saat mendapati sang istri tengah berdiri di depannya sambil berpangku tangan. Bukannya minta maaf karena telah mengagetkan Andres, gadis itu malah menyeringai jah
Tiga tahun lalu ..."Ayana!" panggil Kanza sambil melambaikan tangan ketika sahabatnya itu baru saja keluar dari gedung rumah sakit. Kanza memang sedang menunggu Ayana dihalaman depan rumah sakit. Kanza ini salah satu rekan kerja Ayana di rumah sakit Downtown, sama-sama dari Indonesia membuat keduanya merasa cocok dari berbagai hal dan memutuskan bersahabat. Kebetulan hari ini gadis asal Jakarta itu sedang bebas tugas. Ia sengaja datang kerumah sakit untuk menemui Ayana. Mereka berencana makan malam bersama di salah satu restoran ternama di Chinatown. Ayana membalas lambaian tangan Kanza dan langsung menuruni beberapa anak tangga dengan semangat, hingga akhirnya ia pun tiba di tempat Kanza menunggu."Kamu beli mobil baru?" "Iya, gimana, bagus, kan?”“Bagus sih, tapi menurutku mobil lamamu yang waktu itu masih bagus.”“Emang Cuma aku
"Kak Aya cepat! Nanti aku terlambat kalau kamu lama begini!” teriak Daniel dari bawah tangga. Ia sedang menunggu kakaknya yang akan mengantarnya ke sekolah pagi ini."Kakak cepatlah!" teriak bocah itu sekali lagi begitu tak sabaran.Daniel mendongakkan kepalanya saat mendengar derap langkah yang menuruni tangga. Wajah masamnya sedikit memudar saat kakak iparnya tersenyum ke arahnya."Hei,masih pagi sudah teriak-teriak, ada apa?" tanya Andres hangat. Ini adalah hari kedua dia menjadi penghuni rumah itu, namun keakrabannya dengan Daniel sudah terjalin cukup baik."Abisnya Kak Aya ngeselin banget, masa jam segini masih di rumah. Mana dandannya lama, aku takut kesiangan ke sekolah.” kesal Daniel, wajahnya memberengut dengan tangan bersedekap di atas perutnya.“Coba hampiri dia dan ajak baik-baik, memangnya dia masih melakukan apa di kamar?”“Masih dandan, Kak, coba Kakak bayangin deh, kak Aya emang gitu. Kalau
Mulai dari sekarang dan beberapa hari ke depan Ayana akan sibuk mencicipi peran barunya sebagai ibu rumah tangga yang sesungguhnya. Ditinggal oleh sang ibu membuat gadis itu harus menyiapkan segala sesuatu sendiri. Terlebih pembantu di rumah Ayana sedang sakit parah, minggu lalu ia meminta izin untuk pulang kampung. Tanpa mempersulit Junia langsung menyetujuinya. Ibu Ayana itu berpesan pada pembantunya untuk istirahat yang cukup, dan tidak perlu mengkhawatirkan pekerjaannya di rumah ini. Junia menyuruh pembantu itu kembali setelah ia benar-benar sehat.Sungguh mulia hati nyonya rumah itu, beruntung sekali orang-orang yang bekerja dengannya. Junia memang terkenal sebagai pribadi pemurah dan berhati lembut seperti sutra. Tak heran wanita yang tampak anggun dengan segala keramah tamahannya itu kerap membuat orang-orang di sekitarnya merasa nyaman dan dihargai. Kepribadiannya yang penyabar sangat cocok jika disandingkan dengan ayah Ayana yang terbilang keras.Suatu kewajar
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam 59 menit dari bandara New York akhirnya Liliana dan keluarga Andrs sudah tiba di Los Angeles Internasional Airport.Tidak terlalu banyak barang atau pakaian yang mereka bawa pada liburan kali ini. Mengingat ini hanya liburan singkat, Ayana dan Andres hanya membawa beberapa setel pakaian dan sneakers saja, itu pun sudah cukup memenuhi koper mini milik mereka. Seperti bandara pada umumnya, Los Angeles International Airport tampak semarak oleh orang-orang yang sedang menunggu waktu keberangkatan atau kedatangan mereka di penerbangan berikutnya.Ketiga orang itu dijemput oleh sopir utusan nyonya Grave. Tanpa mengulur banyak waktu mereka semua pun langsung memulai perjalanan mereka dengan mobil mewah itu. Membelah jalanan Los Angeles yang ramai lancar dengan kecepatan standar dan terkadang cukup cepat guna menghindari malam yang terlalu larut. Mereka tidak ingin sampai di sana terlalu malam, karena itu akan sedikit tidak