Share

Bab 5

Tinn!!! Tinnnn!!!

Mobil di belakang Gara sudah mengklakson tidak sabaran. Terpaksa Gara melajukan mobilnya. Ia sampai di depan gerbang. Dilihatnya Bella berdiri di pinggir jalan panas-panasan. Gara semakin bingung menghadapi situasi ini.

Bukan apa-apa sih. Meskipun Gara tidak mencintai Bella tapi ia tetap menghargai Bella sebagai istrinya. Terlebih karena Bella anaknya mafia. Agak riskan jika ingin membuat gara-gara.

"Aduh, gimana nih?" Batin Gara bingung.

Tiba-tiba Revan berlalu di samping mobil Gara dengan mendorong motornya. Aturan sekolah memang mewajibkan untuk mendorong motor hingga ke luar gerbang. Ini demi sopan santun.

"Duluan ya Ra," kata Revan.

Gara langsung mendapatkan ide cemerlang.

"Van, tunggu bentar. Nepi dulu."

"Ada apa?" Tanya Revan dengan kening berkerut. Tapi ia segera melihat ada Sabia yang duduk di kursi samping Gara. Revan pun tidak bertanya lagi. Ia menepi mengikuti permintaan Gara.

Gara buru-buru keluar dari mobil sebelum Bella melihatnya.

"Ada Sabia mau nebeng mobilku. Kamu mau nggak ngaterin dia pake mobilku. Biar aku pake motormu aja."

"Wahh? Serius Ra?" Wajah Revan sumringah.

Gara mengangguk serius.

"Ah, kamu benar-benar temen yang baik Ra. Thanks ya Ra. Nih, ambil helmku."

Dengan senyum tertembang Revan meninggalkan motornya untuk Gara. Tak berapa lama kemudian terlihat mobil Gara sudah berlalu. Revan mengklakson saat melewati Gara.

"Yoi, hati-hati di jalan." Gara melambaikan tangan. Ia segera memakai helm dan menghidupkan mesin motor spor Revan.

BRUUMMMM!!!

Bunyi knalpot motor Revan memang sedikit berisik karena sengaja diganti dengan knalpot brong.

Ckitt!

Gara berhenti tepat di samping Bella.

"Naik Bel," perintahnya.

"Lho, kok naik motor Ra? Mobil kamu kemana?"

"Naik aja. Keburu panas lho nanti."

Bella pun menurut. Ia berpegangan pada puncak Gara ketika naik.

"Pegangan Bel, awas jatuh."

Sambil tersenyum Bella melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Gara.

Gara pun menggeber motornya meninggalkan area sekolah.

"Bel, mampir ke rumah Ibu dulu ya. Tadi beliau kirim pesan kita disuruh mampir."

"Boleh," jawab Bella singkat.

Rumah Gara berbeda arah depan rumah Bella. Di banding dengan rumah Bella, rumah Gara sedikit lebih jauh. Selain itu mereka juga harus menghindari jalan-jalan besar. Mereka berputar mencari jalan tikus karena Bella tidak memakai helm. Tujuannya jelas, menghindari polisi lalulintas.

Cuaca panas berubah dengan cepat. Mendung hitam menggantung tebal bergerak cepat diarak angin. Tak berapa lama angin kencang bertiup bersamaan turunnya rintik-rintik hujan.

"Bel, lanjut aja ya. Bentar lagi sampe kok. Gak papa kan kalo kehujanan?"

"Nggak papa, tenang aja."

Akhirnya saat tiba di rumah Gara mereka berdua benar-benar basah kuyup. Bella menggigil kedinginan.

"Masuk yok. Ganti baju biar nggak dingin."

Bella menurut saat Gara membimbingnya masuk rumah. Di ruang tamu ternyata ada ibunya Gara yang sedang duduk membaca buku.

"Buk, Gara dateng nih," ucap Gara saat melihat ibunya.

"Eh, sudah dateng anak Ibu. Mana menantu Ibu yang cantik?"

"Eh, hai Ma." Bella muncul di belakang Gara.

Melihat tubuh Bella yang basah kuyup Ibunya Gara langsung panik.

"Ya, ampun Gara, kamu apakah menantu Ibu sampai basah kuyup begini?" Ibunya Gara buru-buru mendekat.

"Cuma nggak sengaja kehujanan di jalan kok Ma. Bella nggak papa."

"Nggak papa gimana? Kamu kedinginan loh sayang. Gara, anak orang kok diajak hujan-hujanan sih."

"Loh, kok malah jadi lebih belain menantu sih Buk daripada anak sendiri."

"Udah pasti. Kamu kan cowok. Harusnya bisa melindungi cewek. Apalagi istrimu loh Ra, Bella ini. Ibu nggak pernah ngajarin kayak gini ya sama kamu."

"Iya deh, iya. Gara minta maaf. Nggak ngulangi lagi."

Ibunya Gara tersenyum lembut. Sangat kentara sekali jiwa keibuannya.

"Ajak Bella masuk dan ganti baju. Ibu bakal buatin wedang jahe buat kalian biar anget."

Gara mengangguk singkat. Setelah kepergian Ibunya ke dapur Gara mengajak Bella masuk ke kamarnya.

"Ibu kamu baik banget ya Ra," ujar Bella yang salut dengan kebaikan Ibunya Gara.

"Udah pasti lah. Ibuk kan udah lama banget kepengen anak cewek. Tapi nggak dikasih-kasih sama Tuhan. Pas kita terpaksa nikah kemarin aja beliau kaget tapi beliau keliatan seneng dapet menantu."

Bella hanya tersenyum. Ia tidak dari kecil tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu jadi merasa beruntung mendapatkan mertua seperti Ibunya Gara.

"Masih dingin nggak?" Tanya Gara begitu melihat Bella sudah keluar dari kamar mandi. Gadis itu sudah menukar seragamnya yang basah dengan baju yang disiapkan Ibunya Gara sebelum mereka tiba. Ibunya Gara memang seperhatian itu dengan Bella.

"Sedikit," jawab Bella sambil meniup telapak tangannya.

Gara mengambil selimut untuk menutupi tubuh Bella. Kemudian Gara mendekap Bella ke dalam pelukannya.

"Eh, Ra..." Bella kaget karena tiba-tiba dipeluk Gara.

"Kenapa?" Tanya Gara.

"Nggak. Kaget aja karena tiba-tiba dipeluk kamu."

"Jangan berpikiran yang nggak-nggak ya Ra. Aku melakukan hal ini biar kamu nggak kedinginan aja. Aku bisa repot kena omel Ibuk kalo beliau liat kamu masih kedinginan."

"Berpikiran yang iya-iya juga nggak papa kok Ra. Sekarang mungkin cuma karena alasan males kena omel Ibuk. Ntar lama-lama kamu juga bakal meluk aku karena cinta."

Gara meniup wajah Bella.

"Bangun woe, dah kesiangan jauh ini buat mimpi."

Bella memamerkan senyumnya yang manis di depan wajah Gara.

"Baru kali ini aku nemu cewek dengan tingkat kepedean yang di atas rata-rata air."

"Yee... Dikira baris berbaris apa Ra pake rata-rata air."

Gara sudah menunduk bersiap memagut bibir istrinya ketika bunyi ketukan pintu membuyarkan semuanya.

Tok! Tok! Tok!

"Ra, Ibuk nih." Teriak Ibunya Gara.

"Iya, Buk," jawab Gara. Ia buru-buru membuka pintu.

"Bella masih kedinginan?" Hal pertama yang langsung ditanyakan Ibunya Gara adalah Bella. Ini sedikit banyak membuat Gara merasa cemburu.

"Udah nggak kok Ma. Gara baik, tadi dipeluk sama dia."

Mendengar jawaban menantunya Ibunya Gara langsung tersenyum. Sementara Gara terlihat merah wajahnya. Ia malu, kenapa Bella harus pake acara bilang dipeluk Gara sih ke Ibunya?

"Gitu dong Ra. Jadi suami tuh yang sayang sama istrinya."

Gara hanya diam saja. Sebisa mungkin ia menyembunyikan wajahnya yang merah. Takut diledek Ibunya.

"Turun yok makan dulu. Ibuk dah masak loh buat kalian. Sekalian tadi Ibu dah bikin wedang jahe spesial untuk menantu Ibuk yang cantik."

"Buat Gara nggak ada Buk?" Sergah Gara terlihat cemburu. Tapi wajahnya justru terlihat menggemaskan.

"Ada kok. Tenang aja." Ibunya Gara mencubit pipi anaknya dengan gemas. "Yaudah yok turun."

Bella melepaskan selimut dari tubuhnya. Ia menyusul keluar paling belakang.

"Ra, nggak usah ngomong ke Ibuk dong kalo aku meluk kamu," bisik Gara saat mereka menuruni tangga.

"Kenapa? Kan bagus. Biar Mama tahu kalau anaknya baik. Berarti kan didikan beliau selama ini berhasil."

"Iya, tapi aku malu."

"Cieee... Malu-malu. Padahal biasanya juga malu-maluin."

"Sialan memang kau Bel. Awas aja nanti."

"Aduh, takut nih ye. Wekkkk...!" Bella mengejek Gara sembari lari menuruni tangga.

"Awas Bel jangan lari, tangganya licin kau bisa jatuh."

Belum sampai Gara mingkem ternyata Bella sudah kepleset.

"BEELLL!!!" Gara berteriak panik.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Randy permana
terlalu b♡c1n
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status