Sore harinya keadaan Bella sudah benar-benar sehat. Sembari menunggu Gara pulang dari markas Hell Devil Bella memilih untuk berendam air hangat di dalam bathtub.Bella membalurkan busa ke seluruh tubuhnya kemudian memejamkan matanya untuk menikmati aroma strawberry kesukaannya.Tiba-tiba Bella merasakan kecupan singkat di keningnya. Ia kaget bukan buatan. Buru-buru Bella membuka matanya dan ia mendapati wajah Gara tepat berada di atasnya."Ngapain kamu disini?" Bella melotot. Sebenarnya ia bertanya-tanya sejak kapan Gara datang. Dan kenapa laki-laki yang sudah menjadi suaminya ini bisa datang tanpa suara. Bahkan Bella tidak mendengar pintu kamar mandi di buka."Mandi. Orang di kamar mandi mau ngapain lagi emangnya?" Jawab Gara tanpa beban dosa seperti biasanya.Bella memandang curiga kepada Gara."Kamu kenapa datang tanpa suara?""Kamu aja yang nggak denger. Keasyikan berendem tuh sampai suami datang nggak denger.""Eh, apa iya aku yang keasyikan berendem sampai Gara datang saja tidak
Bella berkutat di depan cermin rias mengenakan gaun tanpa lengan berwarna merah yang seksi dan elegan. Apalagi pada bagian bawah gaun terdapat belahan hingga ke atas lutut, hal itu menambah kesan seksinya saja. Pada bagian belakang gaun belum di kancingkan sehingga punggung mulus Bella masih terekspos."Butuh bantuan?" Tanya Gara ketika melihat istrinya kesusahan mengancingkan resleting gaun."Iya, tolong sayang," ucap Bella.Gara meninggalkan aktivitasnya mengancingkan lengan kemejanya. Ia mendekati istrinya, berdiri tepat di belakang Bella."Bukankah ini terlalu seksi?" Tanya Gara melihat pantulan bayangan istrinya di cermin dalam balutan gaun kiriman dari Ibunya Gara."Iya, kenapa? Kamu keberatan aku memakai gaun ini?"Gara menarik naik resleting gaun Bella. Gaun itu begitu pas di badan Bella. Sempurna menampilkan lekuk tubuh Bella yang memiliki pinggang ramping."Sebenarnya iya, tapi jika Ibuk mengharapkan kamu memakai gaun ini maka hargai saja."Bella berbalik ke arah Gara. Ia me
Selanjutnya mereka disapa Tuan Tohir dengan hangat."Oh, Rihanda junior ternyata juga datang?"Tuan Tohir memang memiliki panggilan khusus untuk Gara, yaitu Rihanda Junior. Entah mengapa laki-laki yang usianya sudah pantas menjadi kakek Gara itu justru senang memanggil dengan nama Rihanda Junior ketimbang memanggil dengan nama Gara seperti orang-orang pada umumnya."Kami memintanya untuk datang juga Tuan Tohir." Ibunya Gara justru yang menjawab pertanyaan Tuan Tohir."Kau sekarang sudah besar ya Rihanda Junior. Siapa rupanya gadis yang bersamamu Rihanda Junior? Apakah dia pacarmu?" Tanya Tuan Tohir begitu melihat Bella.Gara tersenyum singkat."Istriku Tuan." Gara menyalami Tuan Tohir dan istrinya bergantian.Tuan Tohir terkekeh."Anak muda jaman sekarang benar-benar. Baru pacaran sudah berani mengakui gadisnya sebagai istri di depan orang tuanya. Jaman kita dulu mana berani ya Tuan Daniel?"Tuan Daniel ikut-ikutan tertawa. Meskipun tawanya adalah tawa terpaksa yang sangat miris. Kare
Bella kembali ke meja makan sebelum orang-orang merasa curiga mengapa Bella lama sekali hanya untuk ke kamar mandi.Usai jamuan makan malam itu Tuan dan Nyonya Tohir mengajak semua orang berpindah ke ruang tengah untuk menikmati teh sambil mengobrol hangat."Oh, ya, Nak Gara dan Nak Bella kalau ingin menikmati pemandangan yang berbeda dari rumah ini mungkin bisa naik ke roof top. Dari atas sana saya jamin Nak Gara dan Nak Bella akan melihat sesuatu yang sangat menakjubkan," kata Nyonya Tohir."Apakah kami diijinkan untuk naik ke roof top Nyonya?" Tanya Gara."Tentu saja Nak Gara. Silahkan naik saja tidak apa-apa.""Baiklah. Terimakasih Nyonya.""Mbak, tolong tunjukkan jalan menuju roof top pada Nak Gara ya," kata Nyonya Tohir pada salah satu maid."Baik Nyonya," maid itu menjawab dengan sopan.Gara tersenyum. Ia meraih tangan Bella untuk mengikuti maid yang menunjukkan jalan menuju roof top. Mereka berjalan menyebrangi ruangan bersantai yang ukurannya sungguh sangat keterlaluan karena
"Aku akan ke markas sekarang juga!" Potong Bella tak sabaran untuk segera mengetahui detail lengkap informasi itu.Sambungan telepon dimatikan. Bella melepaskan jas Gara dan mengembalikannya pada suaminya."Kamu mau kemana?" Tanya Gara."Ke markas.""Malam begini Bel?""Iya. Aku tidak bisa menunda hingga esok hari Gara. Aku akan pergi.""Ayo pergi denganku." Gara meraih tangan istrinya untuk di gandeng."Tapi acaranya?""Aku akan pikiran alasan untuk membawamu pergi dengan normal."Bella mengangguk. Ia tahu Gara pasti tidak mengijinkan pergi tanpa dirinya. Laki-laki itu sangat ingin menjaga Bella dan memastikan istrinya tidak tersentuh siapa pun lagi.***Gara dan Bella tiba di markas. Penampilan Bella yang kini terlihat seksi membuat Leo terbius oleh pesona seorang Bella beberapa saat lamanya. Bahkan Leo sempat lupa jika di dalam jajaran Hell Devil Bella merupakan putri seorang pimpinan mafia.Leo memang mata-mata termuda yang di miliki oleh Hell Devil. Usianya baru dua puluh tahun.
"Versi cerita yang aku temukan adalah Tuan Rendy dan Tuan Rano dulunya sama-sama tergabung dalam anggota mafia Black Dragon di bawah kepemimpinan Tuan Tohir. Bisa dikatakan dulunya mereka bersahabat dekat. Mereka bahkan terlibat kisah cinta yang rumit." Leo menyalakan sebatang rokok lalu menghisapnya dalam-dalam. Menikmati racun nikotin itu sebelum akhirnya menghembuskan asapnya ke udara."Singkatnya begini. Papanya Sabia mencintai Rea anak Tuan Tohir, pimpinan mafia Black Dragon kala itu. Tapi Rea mencintai Papa Tuan Putri, yaitu Tuan Rano. Rupanya Tuan Rano justru mencintai gadis biasa-biasa saja seperti mama Tuan Putri.""Saat Papa dan Mama Tuan Putri menikah Rea memilih bunuh diri. Inilah yang menjadi awal mula keretakan hubungan mereka. Tuan Rendy tak terima pada kematian Rea dan dia menyalahkan Tuan Rano atas kejadian ini."Leo mengambil jeda untuk menghisap rokoknya lagi."Kemudian Tuan Rendy membuat suatu siasat, Tuan Rano di fitnah mencuri berlian senilai lima milyar. Tuan Ra
Hari ini adalah hari minggu jadi tidak ada yang mengusik tidur Bella. Gadis itu baru terbangun pukul delapan pagi, tepat ketika Gara keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambut basahnya dengan handuk."Selamat pagi sayang," sapa Gara terlihat aneh. Bagi Bella memang aneh karena Gara tidak biasa-biasanya mengucapkan selamat pagi pada Bella apalagi ditambah dengan senyuman yang aneh itu."Kamu kenapa Ra, kok aneh bener hari ini?"Bella berusaha duduk."Akhhh!!!" Seketika ia memekik kesakitan. Bella melihat keadaan kamarnya yang berantakan dengan pakaian yang bertebaran di lantai. Bella seketika tersentak kaget ketika ia ingat kejadian semalam."Ra, kita semalam... Kita sudah..."Gara menghentikan aktivitasnya mengerikan rambut. Ia duduk di pinggiran ranjang."Kenapa kaget begitu? Bukankah semalam kamu sepenuhnya sadar dan sudah mengijinkannya?"Bella menggigit bibir bawahnya. Semua berawal dari sebuah kalimat, "Ra, aku butuh bantuanmu untuk membuka resleting gaunku."Lalu Gara da
Ujian akhir semester ganjil berlangsung seminggu penuh. Selama ujian itu ada yang aneh dari Edo dan Sabia. Karena Gara orangnya sangat pemerhati sekali jadi dia langsung tahu jika ada hal-hal kecil yang tidak berjalan seperti biasanya.Kemudian ketika ujian terakhir hampir selesai Sabia tampak bangkit dari kursinya. Ia membawa kertas soal di tangannya. Saat melewati bangku Edo ia tampak meninggalkan secarik kertas kecil yang terlipat di atas lembar jawaban Edo."Sabia nyerahin apa sih ke Edo? Masa contekan? Sejak kapan mereka jadi akur dan sedekat itu? Bukannya selama ini Edo paling sering ya jelek-jelekin Sabia? Mana pernah bilang ilfil dengan cewek modelan Sabia yang nggak setia lagi. Ini maksudnya jilat ludah sendiri?" Batin Gara. Kebetulan ia duduk tepat di belakang Edo.Keluar dari ruang ujian Gara juga tidak menemukan Edo. Sahabatnya itu selama seminggu penuh tampak sedikit gelisah dan tak secerewet biasanya. Awalnya Gara pikir karena ujian. Tapi mustahil seorang Edo akan beruba