Share

Kembalinya Raisya

Amisha tidak bisa tidur. Dia takut Anggara tiba-tiba datang dan melakukan hal yang tidak diinginkan padanya. Tatapan mata Anggara padanya tadi membuat Amisha ketakutan. Sebisa mungkin dia terlihat biasa saja. Jangan sampai Anggara tahu kalau dia ketakutan.

Sementara pria yang Amisha takuti sudah terlelap. Tidak biasanya Anggara tidur sebelum larut malam. Bahkan kini dia tengah bermimpi indah. Pikiran buruk tentang sesuatu yang ingin dia lakukan pada wanita itu, di tekannya dalam-dalam.

Pagi-pagi sekali sebelum Anggara bangun, Amisha sudah keluar dari apartemen. Dia semangat sekali untuk bekerja. Di hari pertamanya, Amisha ingin memberi kesan yang baik dengan tidak membuat si pemilik laundry kecewa.

Amisha disambut hangat pemilik laundry. Bu Sari namanya. Dia langsung diberi seragam bertuliskan laundry Jaya Amanah. Hari pertamanya bekerja, dia akan mengantarkan pakaian yang sudah dicuci bersih kepada para pelanggan.

"Selamat bekerja dan hati-hati," ucap Bu Sari. Amisha pun pamit. Dia mulai mengantarkan pakaian bersih sesuai arahan Bu Sari.

"Bismillah! Semoga aku bisa bekerja dengan baik dan tidak mengecewakan Lastri juga Bu Sari."

Motor matic berwarna merah itu mulai melaju. Dengan dibantu ponsel pintarnya, Amisha mulai menjajal jalanan yang belum diketahuinya.

Dengan semangat empat lima, Amisha pergi menuju satu per satu rumah konsumen laundry. Dia yakin pasti bisa melewati semuanya. Sebelum menjadi orang kaya, Amisha dan kakaknya adalah orang tidak punya. Mungkin bukan hal yang sulit baginya jika harus hidup seperti dulu.

"Semangat, Sha. Kamu pasti bisa!" Amisha menyemangati diri sendiri.

Tinggal satu konsumen lagi, dia harus menyelesaikannya. Sebentar lagi dia harus masuk kuliah. Semangatnya untuk meraih cita-cita masih berkobar.

Hari beranjak siang. Pekerjaan Amisha sudah selesai. Dia kembali ke laundry. Bu Sari senang dengan kinerja wanita itu. Dia mampu mengerjakan pekerjaannya lebih cepat.

Masih ada waktu satu jam sebelum jam kuliah. Amisha akan memanfaatkan waktunya untuk makan dulu. Saat di apartemen, dia hanya sarapan roti yang kemarin dibelinya. Kini perutnya sudah merasa lapar lagi.

Amisha mencari tempat makan yang sesuai dengan isi kantongnya. Bukan restoran juga kafe yang menjadi tempat tujuannya untuk makan melainkan warung nasi di pinggir jalan. Beruntung masih ada uang yang tersisa. Nasi juga sayur lodeh menjadi pilihan wanita itu. Tidak lupa ikan asin juga sambalnya. Seketika Amisha teringat dengan masa lalunya, dimana dia dan kakaknya hidup susah. Mereka bisa makan kalau sudah selesai membantu tetangganya di warung nasi.

Amisha dan Dito bekerja sebagai pencuci piring di warung nasi milik tetangganya. Sesekali mereka berjualan keliling. Apa pun mereka kerjakan selama uang yang dihasilkan halal.

"Ini tidak seberapa. Aku bahkan pernah gak makan selama dua hari," gumam Amisha dengan mata berkaca-kaca.

Yang paling Amisha sesalkan bukan kondisinya yang kembali seperti dulu, tetapi sikap Dito padanya sekarang. Cuek dan acuh.

Saat Amisha menikmati makanannya, sudut matanya melihat dua orang yang tidak asing di mata Amisha. Dia memelototkan matanya karena kaget.

"Bukannya Kak Raisya baru pulang besok? Tapi, kok, dia …?" Amisha melihat kakak iparnya sedang bersama Anggara masuk ke restoran yang ada di seberang warung nasi. Dia mengepalkan tangannya. Setelah Anggara menikah pun, dia masih menjalin hubungan dengan kakak iparnya.

Amisha mengeluarkan ponsel miliknya. Dia menghubungi pegawai di rumah kakaknya. Tidak mungkin Amisha menghubungi kakaknya, Dito tidak pernah menerima panggilan darinya.

Dari informasi yang pegawai kakaknya katakan, Raisya belum pulang. Dia akan pulang esok hari. Itu tandanya, kakak iparnya berbohong pada semua orang. Padahal dia sudah kembali pulang.

Satu jam berselang, Raisya dan Anggara baru keluar dari restoran. Layaknya pasangan kekasih lainnya, mereka berjalan dengan bergandengan tangan. Wajah mereka tampak jelas memperlihatkan kebahagiaan. Sementara Amisha kini berada tidak jauh dari pangkalan ojek. Dia akan mengikuti ke mana mereka pergi.

Sebuah hotel menjadi tujuan mereka. Kaki Amisha sampai bergetar saat mengikuti langkah mereka yang menuju salah satu kamar. Rupanya sudah sejauh itu perselingkuhan mereka. Keluar masuk kamar hotel.

Amisha memutuskan untuk diam tidak jauh dari kamar yang mereka masuki. Setelah lima belas menit berlalu, Amisha mencari benda yang bisa dilempar. Seorang pelayan yang keluar dari salah satu kamar menarik perhatiannya. Dia melihat gelas di atas nampan. Pelayan menyimpannya sebelum masuk kembali ke kamar yang lainnya.

Amisha bergegas mengambil gelas itu sebelum pelayan kembali. Dia menunggu waktu yang aman untuk membuat gaduh di depan kamar kakak iparnya. Setelah dirasa semua aman, Amisha melempar gelas tepat di pintu kamar hingga jatuh dan menimbulkan bunyi yang sangat keras. Dia yakin orang yang ada di dalam pasti mendengarnya. Tidak berselang lama, pintu kamar terbuka. Amisha bisa melihat Anggara yang hanya memakai kolor pendek sementara Raisya hanya dibalut selimut. Sudah dapat Amisha tebak sedang apa mereka di dalam.

Amisha hanya bisa menahan sesak di dadanya. Kakak ipar yang sangat disayanginya benar-benar tega mengkhianati kakaknya. Padahal mereka terlihat harmonis dan sekalipun tidak pernah terlihat bertengkar. Wanita itu jadi bertanya-tanya tentang alasan kakak iparnya berselingkuh.

Amisha putuskan untuk pulang ke apartemen. Dia urung ke kampus. Suasana hatinya kini tengah buruk, dia tidak mungkin bisa belajar dengan baik.

Ingin rasanya Amisha menghancurkan isi apartemen pria itu hingga tidak berbentuk. Marah juga geram dengan perbuatan yang mereka lakukan. Jika memang Raisya sudah tidak mencintai kakaknya, kenapa dia tidak meminta cerai saja dan mengakhiri perselingkuhan mereka dengan hidup bersama dalam sebuah pernikahan.

Amisha kini berubah pikiran. Dia tidak akan menyelamatkan keutuhan pernikahan kakaknya, melainkan menyelamatkan kakaknya dari Raisya yang sudah berkhianat. Wanita seperti Raisya tidak layak untuk pria sebaik Dito.

Saat Amisha tengah duduk termenung di balkon apartemen, dia dibuat kaget dengan suara pintu yang dibanting dengan sangat keras. Dia bergegas melihat siapa yang datang. Matanya menatap tidak percaya saat melihat Anggara masuk dengan wajah penuh amarah. Padahal satu jam yang lalu Amisha melihat pria itu tersenyum bahagia.

Anggara langsung masuk ke kamarnya dengan kembali membanting pintu lebih keras dari sebelumnya.

"Bukannya mereka yang habis begituan suka terlihat happy? Kenapa dia pulang dengan marah-marah?" gumam Amisha.

Amisha memutuskan untuk keluar dan duduk di taman. Dia enggan bertemu dengan Anggara yang terlihat tengah marah. Takut dirinya menjadi sasaran kemarahan pria itu.

Saat tangannya meraih kenop pintu, Anggara menarik pinggang Amisha dan membawanya ke dalam pelukan pria itu. Dengan wajah penuh amarah, Anggara hendak mencium Amisha. Wanita itu terus berontak dan tidak membiarkan Anggara mengambil first kiss-nya.

Plaak!

Sebuah tamparan seketika mendarat dengan sempurna.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status