“Selamat pagi, Nona Hanako. Bagaimana, apa tidurmu nyenyak?”Hanako seketika berteriak kaget saat dia membuka mata dan melihat ada Ryoma Otsuka yang berbaring persis di sebelahnya dan tersenyum lembut. “Tuan Muda, kenapa Anda berada di kamar tidur saya?” seru Hanako.“Ini apartemenku, Nona Hanako. Semua kamar tidur di sini kamar tidurku. Aku bebas masuk ke kamar tidur mana pun sesuka hatiku. Apalagi masuk ke kamar tidur calon istriku,” sahut Ryoma Otsuka.“Ta-tapi, Tuan Muda. Kita ... kita belum resmi menikah,” Hanako tergagap.“Sekarang memang belum. Tapi, besok pagi, ya.”“Ma-maksud Anda?”Ryoma Otsuka lagi-lagi tersenyum dan menatap dalam-dalam mata Hanako yang berbaring di hadapannya dengan wajah harap-harap cemas. “Setelah aku pikir-pikir, Nona Hanako, satu minggu itu ternyata terlalu lama. Jadi, aku putuskan untuk mempercepat pernikahan kita menjadi besok pagi. Lagipula, semua masalah yang ada sudah selesai. Selain itu, aku baru ingat jika minggu depan aku ada agenda lain yang b
Ryoma Otsuka tersenyum penuh kemenangan di balik pintu kamar tidur Hanako. Semua yang telah dia rencanakan berjalan dengan sangat baik sekali. Misi balas dendamnya kepada semua orang yang telah menghancurkan hidupnya di masa lalu telah resmi dimulai. Dan sebagai hadiah dari kerja kerasnya selama bertahun-tahun dia akan mendapatkan Hanako Rin Sudo. Senjata yang akan menghancurkan semua musuh-musuhnya. Ryoma Otsuka melipat tangan di dada kemudian dia melangkah pergi. Dia tidak mau jika sampai Hanako menyadari dirinya sedang menguping pembicaraan Hanako dengan Tomohiro atau Ham melihatnya berdiri di sana seperti orang bodoh.Setelah kembali ke kamar tidurnya Ryoma mengambil sehelai sapu tangan berwarna merah muda yang terlipat rapi di dalam sebuah kotak beludru berwarna putih. Dia membuka lipatannya dan membuka kembali kenangan jauh di masa lalu, di malam Natal di taman dekat menara Tokyo.“Ini,” ujar seorang gadis berusia sekitar tujuh tahun berwajah hati sambil mengulurkan sapu tangan
“A-apa katamu, Ham? Besok pagi?” Tomohiro terlompat berdiri hingga kursi yang didudukinya terjengkang ke belakang. “Kau jangan bercanda, Ham. Itu sama sekali tidak lucu. Kau tahu itu.”“Demi Tuhan, Tomohiro. Aku tidak sedang bercanda. Aku bersungguh-sungguh dengan apa yang aku katakan. Untuk apa aku bercanda seperti itu. Tak ada gunanya. Konyol,” sahut Ham di ujung sambungan. “Aku diperintahkan langsung oleh Tuan Muda Ryoma Otsuka untuk menyampaikan kabar ini kepada, Tomo. Agar kau bersiap-siap dengan orang tuamu. Tuan Muda Ryoma Otsuka sudah mengatur segala sesuatunya. Semuanya. Jadi kau tidak perlu khawatir akan apa pun lagi.”“Oh, ya, Tuhan, Ham. Beberapa waktu yang lalu aku baru menelepon Hanako dan dia tidak mengatakan apa pun soal itu.”“Tuan Muda Ryoma Otsuka mengatakan dia telah memberitahu Nona Hanako.”“Benarkah? Tapi kenapa Hanako tidak mengatakan apa pun padaku?”“Soal itu, aku rasa Tuan Muda Ryoma baru memberitahu Nona Hanako,” sahut Ham. “Tapi, apa pun itu, kau tak perl
Yusuke Sakazaki melayangkan tinjunya ke atas meja. Dadanya naik turun karena marah. Dia baru saja mendapat kabar dari Takuya jika Nona Ayumi sudah berhasil menjual sahamnya di Shiseido Company kepada Ryoma Otsuka.“Sial! Benar-benar Sial sekali! Padahal aku baru saja ingin memakai kasus Ayumi ini untuk mendesaknya agar mau bersekutu denganku melawan Ryoma. Tapi dia justru sudah mendapatkan uangnya untuk melunasi hutang-hutang itu. Dengan begini rencanaku menjadi gagal total,” geram Yusuke. Tapi yang membuatnya meledak tentu saja bukan masalah itu. Melainkan karena Ryoma Otsuka yang telah merebut Hanako darinya memberikan saham Shiseido Company sebesar sepuluh persen kepada Hanako. Hal ini tentu saja akan menutup jalan Yusuke untuk mendapatkan kembali Hanako Rin Sudo dari cengkeraman tangan Ryoma. Meskipun dia membawa semua bukti yang ada kepada Hanako, kecil kemungkinan Hanako akan mau mendengarnya apalagi kembali kepadanya. Sebab, sekalipun dia sudah tahu kenyataannya, tapi, saham di
Masaki Otsuka dan Ryuchi Otsuka baru selesai makan siang di sebuah restoran Cina dan mereka mengambil tempat privat karena mereka berdua memang ingin membicarakan hal penting dan rahasia.“Aku benar-benar tidak menyangka jika Ryoma Otsuka akan berbuat seperti itu,” kata Ryuchi Otsuka sambil menyesap minumannya dan mengelap ujung mulutnya dengan kain serbet yang telah disiapkan. “Menurutmu, apakah Ryoma tahu tentang persekutuan kita ini, Masaki?”Yang ditanya meletakan gelasnya dan berkata dengan murung. “Entahlah, aku tidak tahu dan tidak dapat memastikan. Tapi, ada kemungkinan memang Ryoma sudah tahu rencana kita ini. Karena, aku merasa Ryoma sepertinya sengaja memancing kemarahan kita dengan dia melanggar aturan perusahaan keluarga yang telah ada selama puluhan tahun dengan memberikan saham Shiseido Company meski hanya sepuluh persen kepada Nona Hanako Rin Sudo dengan alasan yang sama sekali tidak masuk akal.”“Aku juga mempunyai pikiran yang sama denganmu, Masaki. Karena itulah aku
Jika ada orang yang paling tidak ingin Tomohiro Yamashita Sudo temui di dunia ini maka orang itu adalah Takuya Isahara. Bagi Tomohiro Takuya merupakan pecundang paling menyedihkan sekaligus paling menjengkelkan yang pernah dia temui selama hidupnya. Selain Ryoma Otsuka dan dirinya, masih banyak lagi orang lain yang membenci Takuya Isahara. Salah satunya adalah Hanako Rin Sudo, tak lain dan tak bukan adik kandungnya sendiri. Padahal Hanako hanya pernah satu kali bertemu dengan Takuya sewaktu Takuya mengunjungi Tokyo sekitar satu setengah tahun yang lalu. Akan tetapi, Takuya sudah memberikan kesan yang buruk untuk Hanako.Waktu itu, Takuya datang berkunjung ke toko parfum milik Tomohiro. Layaknya musuh di masa lalu yang kembali bertemu setelah sekian lama, Takuya Isahara yang sudah sukses dan popular itu pun kembali membuat ulah. Dia menghina Tomohiro dan merendahkannya.“Aku pikir setelah sekian lama kita tidak bertemu hidupmu sudah berubah menjadi jauh lebih baik lagi, Tomohiro Yamash
Begitu Tomohiro dan Akio sampai di hotel tempat Takuya menginap mereka berdua langsung menuju resepsionis untuk menanyakan di kamar nomor berapa Takuya Isahara menginap. Setelah mengetahui di kamar nomor berapa Takuya menginap dan memastikan kepada resepsionis itu jika Takuya memang berada di kamar tidurnya dan tidak sedang keluar maka Tomohiro dan Akio pun bergegas. Saat mereka berdua hendak masuk ke dalam lift, tiba-tiba saja seorang pria ikut menerobos masuk. Betapa kagetnya Tomohiro dan Akio saat melihat wajah pria itu. Ternyata dia Yusuke Sakazaki. Tidak hanya Tomohiro yang terkejut, Yusuke pun tampak sama terkejutnya.“Kau, sedang apa kau di sini, Yusuke? Jangan katakan jika kau diam-diam mengikuti aku dan Akio,” kata Tomohiro.Yusuke mengerutkan bibir. “Aku sama sekali tak mengerti kenapa kau sejak dulu selalu saja mencurigai aku dan selalu saja berpikiran buruk. Aku datang ke hotel ini karena aku ada urusan dan itu bukan denganmu, tentu saja. Dan bukan juga urusanmu,” sahut Yu
Hanako Rin Sudo duduk termenung di balkon kamar tidurnya dan menatap langit Kyoto yang cerah dengan matahari yang bersinar keemasan. Hanako tersenyum. Langit itu sama persis dengan langit Suzuka kampung halamannya. Berwarna biru muda dengan matahari keemasan dan awan putih tipis hampir transparan.“Bagaimana menurutmu langit Kyoto?” tanya sebuah suara yang sudah tidak asing dari arah belakang.Hanako menoleh tanpa membalikkan badannya. Ryoma Otsuka tampak berjalan ke arahnya dengan tangan terlipat di dada. “Indah sekali, Tuan Muda Ryoma. Persis langit di atas kampung halamanku di Suzuka,” sahut Hanako.“Benarkah?”Hanako menganggukkan kepala pelan. “Tentu saja.” Dia kembali menengadah menatap langit dan kemudian berkata, “Dulu, sewaktu saya kecil, hampir setiap pagi aku selalu pergi ke bukit tak jauh dari rumahku di Suzuka hanya agar dapat melihat langit lebih jelas dan lebih bebas lagi. Langit Suzuka yang berwarna biru muda dengan matahari keemasan dan awan yang hampir transparan yan