"Ha, Jeany...."Dia duduk di antara.kedua kaki Jeany dan menyiksa tubuh bagian bawah wanita itu dengan gerakan yang lebih biadab dari sebelumnya.Richard.membuka area berdaging itu lebar-lebar dan tanpa ampun mencubit dan menggaruk klitoris yang tersembunyi di dalamnya, berulang kali memasukkan dan menarik jari tengahnya yang tebal ke dalam.lubang yang berdenyut itu. Berbeda dengan tangan kurus wanita, tangan pria berperawakan tebal mampu meremas dan meremukkan daging sensitif di dalamnya hanya dengan memasukkan satu jari di antara Iabia.Klitoris yang bergairah dan ereksi dihancurkan di sana-sini di bawah tangan Richard,.memberikan sensasi yang lebih erotis. Saat dia gemetar karena kenikmatan yang memusingkan, Richard tersenyum bahagia. "Aku merasa senyaman ini bahkan ketikakamu sedang tidur... seberapa baik perasaankujika kamu terjaga, Jeany?"Richard menggumamkam sesuatu dan tertawa pelan. Namun, tangan yang menggosok klitoris Jeany tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti."Istri
"Hmm, bagaimana, ya? Apakah kalian bertengkar semalam?"Mayes memandangku dan bertanya, sehingga dengan panik aku segera menggeleng, takut jika Mayes menemukan kejanggalan dalam hubungan pernikahan antara aku dan Richard. "Bertengkar? Itu tidak mungkin!" sanggahku, segera mengambil air di gelas dan ku minum sampai habis untuk menyingkirkan panik. Mayes sepertinya mengawasi seluruh tindak tandukku, tapi untungnya tidak bicara apa-apa. "Oh, lalu kenapa Anda bertanya kondisi tuan tadi malam pada saya, Nyonya?"Mayes memasang ekspresi polos, tapi aku benar-benar jadi ragu sebenarnya dia tidak lah se polos itu. Aku juga curiga kalau sebenarnya Mayes bukanlah di pihakku. Yah, dia anak buah siapa? Tentu saja Mayes akan selalu di pihak Richard. "Tidak, tidak ada apa-apa," jawabku sambil mengibaskan tangan, berusaha terlihat tak bermasalah sama sekali dan memasang wajah cuek. Entah kenapa saat ini aku takut menunjukkan kelemahan di depan Mayes. Apalagi mengingat fakta bahwa dia sangat be
"Tapi apa, Rich? Apa aku harus memakai masker atau bagaimana, agar tidak dilihat pria lain?"Suara jernih Jeany mengalir melewati earphone yang terpasang di telinga Richard, membuat pria yang sedang duduk di depan meja kerjanya itu secara reflek tersenyum. Suara istrinya sangat manis, sampai-sampai membuat Richard yang sedang pusing karena pekerjaan yang tak ada habisnya, merasa rileks sedikit. Richard sangat senang mendengar suara Jeany di pagi hari, tapi alih-alih menjawab pertanyaan istrinya dengan lembut, Richard malah berbicara dengan suara kaku untuk menutupi kegembiraannya. "Hm, tidak usah. Dandanlah secantik mungkin, aku sedang sangat capek karena pekerjaan jadi aku tidak mau melihat dirimu kucel saat ke sini.""B-baiklah! Aku akan dandan secantik mungkin!"Jeany menjawab dengan gugup, sedangkan Richard langsung menggeleng. "Tidak, tidak. Jangan terlalu cantik, yang biasa saja. Mengerti maksudku, kan?""M-mengerti, Rich," jawab Jeany, yang membuat Richard tertawa tanpa suar
"Huuh, kenapa dia sangat berhati dingin?!" sungutku saat membaca balasan pesan dari Richard, setelah aku mengirim gaya dandananku yang akan pergi ke rumah sakit tempat dia bekerja untuk mengantar makan siang.Bagaimana tidak? Bukannya menjawab bagus atau apa, Richard hanya menulis balasan satu kata: 'oke'. Ya! Hanya itu! "Rasanya kecantikanku yang paripurna ini benar-benar tak terlihat di mata pria dingin seperti Richard," dengusku sambil cemberut. Dia tadi mengatakan bahwa aku tidak boleh kucel karena dia sedang pusing dengan pekerjaan, menyuruh dandan yang cantik tapi tidak terlalu cantik, lalu, setelah usaha kerasku untuk berdandan agar stress nya mereda, dia tak memuji sama sekali dan hanya bilang oke. "Aaah, aku lupa. Aku kan menikah dengan manusia robot. Mana sadar dia dengan kecantikanku?"Aku mencoba menghibur diri dengan mengatakan hal itu dan mulai berangkat menuju rumah sakit, tapi setiap kali ingat bagaimana dia menjawab sangat singkat dan seperti tanpa jiwa, aku mere
Itu adalah ciuman yang manis.Terlebih lagi karena rasanya sudah lama sekali, padahal baru kemarin kami berciuman."Uhh."Erangan keluar secara spontan di sela-sela bibir yang remuk. Itu karena lidah kami bergesekan dengan kasar.Nafas yang kusut begitu manis. Bibir Richard begitu panas sehingga aku tidak tahan saat dia menekanku tanpa ragu-ragu."Tunggu, tunggu. Rich, sebenarnya apa.... "Aku belum selesai bicara atau bertanya tentang bagaimana situasinya jadi berubah seperti ini, tapi seperti sebelumnya, Richard kembali menyerang ku dengan ciuman yang dalam dan luar biasa. "Haa."Erangan teredam terdengar tepat di depanbibirku. Itu adalah Richard. Bukan hanya aku, tapi Richard sepertinya juga bersemangat dan bersemangat dalam ciuman ini. Aku ingin melihat bagaimana ekspresi dan wajah Richard saat ini. Karena itu aku sengaja memiringkan kepalaku ke belakang dan menjaga jarak darinya.Aku ingin tahu dia sedang marah atau apa karena tiba-tiba mengusir dokter cantik itu keluar dan m
"Kenapa selalu... saja!"Richard mengumpat pelan dan meninggalkan tubuhku, merapikan kemejanya dan beranjak berdiri. "Apakah... panggilan operasi darurat lagi?" tanyaku dengan pipi memerah karena malu, segera duduk dan merapikan bajuku yang acak-acakan akibat tindakan Richard. "Entahlah," jawab Richard, menghela napas panjang dan berjalan ke arah pintu. Dia tampak berbicara dengan seseorang di luar dengan ekspresi serius untuk beberapa waktu yang lama, lalu setelah selesai, Richard berjalan ke arahku dengan kening berkerut, terlihat jelas bahwa dia sedang sangat badmood sekarang. "Terima kasih atas kiriman makan siangnya, Jeany. Aku ingin berlama-lama denganmu di sini tapi ada urusan mendadak yang tidak bisa aku abaikan begitu saja," ucap Richard seraya menekan keningnya dengan jari, terlihat sedang sangat pening. "Tidak apa-apa, Rich. Kamu pasti sibuk dengan banyak pekerjaan," jawabku, yang merasa sangat canggung setelah beberapa pertukaran panas kami di sofa tadi. "Kalau begit
Untuk sesaat, dunia tiba-tiba menjadi gelap dan kembali lagi. Ini adalah pertama kalinya bagiku merasakan sensasi segila ini.Saat aku menciumnya, aku merasa seperti akanterjun bebas, tapi sekarang aku berada di level yang berbeda.Aku merasa seperti tidak akan pernah bisa keluar dari tempat ini sendirian karena aku benar-benar berubah menjadi tempat tanpa akhir, yang terlihat dan tanpa dasar."Haet, haa...."Aku yang sudah kacau di bawah Richard, mengulurkan tangan, berusaha mengambil apa pun sebagai pelampiasan. Namun, hanya rambut Richard yang ada di tanganku. Mungkin dia juga merasakan saat aku memegangi rambutnya, sehingga kepalanya kembali terangkat.Menatap matanya yang tulus, tiba-tiba akumenurunkan pandangan sedikit, dan akumelihat bibirnya yang berkilau. Aku ingat apayang baru saja dia lakukan, jadi aku mencobamenoleh karena malu. Tapi dia lebih cepat dariku.Dia menyerangku lagi sehingga mengeluarkan erangan keras dengan reflek. "Heu... mmmm!"Karena aku belum sepenuhn
"Siapa ini, Jeany sayang?"Richard bertanya lagi. Tampak sedikit menekankan pertanyaan itu padaku. Aku terus mengerang dari mulutku, tetapi sulit untuk mengeluarkan setiap kata ketika aku diminta untuk berbicara."R-Richard. Ahngh!""Siapamu Jeany?"Suaraku menjadi serak karena erangan yangterus-menerus, sedangkan Richard, menurunkan suaranya ke nada rendah karena kegembiraan. Sepertinya saat ini Richard juga merasa sangat bersemangat."S-suamiku! Ha!"Saat aku memanggil dia dengan sebutan suami untuk menutup mulutnya, aku merasakan pusakanya semakin besar di dalam."Ah, apa ini, hm! Ah, ugh!"Aku mengoceh tidak jelas di tengah kenikmatan yang aneh. Alat kelamin berukuran sangat besar terusbergerak dengan liar di dalam dan napasku menjadi lebih cepat.Pada saat yang sama, gerakan yang tampaknya tak ada habisnya akhirnya berhenti, lalu pada akhirnya, senjata itu masuk dengan kuat dan dalam.Kami kini mengerang secara bersamaan."ahh! Nnggh!"Aku sekali lagi mencapai klimaksku dan t