Hari ini adalah hari yang paling tidak Shia inginkan dan hari yang dia harapkan tidak akan pernah datang yaitu hari pertunangannya. Pesta itu akan diadakan di Milan, bertempat di mansion Clarikson dan akan dimulai tepat pukul tujuh malam. Shia menatap ruang tengah mansion yang secara tiba-tiba berubah menjadi taman bunga putih. Tatapannya beralih menuju seluruh penjuru ruangan. Para pelayan bergerak kesana-kemari, terlihat sibuk dengan urusannya sendiri. Penjaga gerbang yang bisanya berada dipos depan kini menggelar sebuah karpet merah ditangga, tak jauh dari tempatnya berdiri sambil mengamati. Lalu ia menatap kearah Bastian, yang terlihat sedang memberi perintah pada beberapa pelayan, Bastian tersenyum tipis ketika menatapnya bertemu dengan Shia. “Nona..” Seru Bastian dengan langkah mendekati Shia “Selamat atas pertunangan anda” Tambah Bastian. Shia tersenyum tipis “Belum ada cincin yang melingkari jariku, jadi aku belum bertunangan” Balas Shia, Bastian mengulas senyum tipis. Bar
Shia melangkah setapak demi tapak menuruni tangga, Ia dapat merasakan tatapan semua orang tertuju padanya. Bibirnya berusaha mengulas senyum tipis. Tak ada yang menyadari bahwa senyuman yang diberikannya adalah senyuman canggung. Pandangannya tertuju pada sosok yang dikenalnya, Lyran Kingston menatapnya dengan mata yang penuh binar kekaguman. Shia tersenyum tipis lalu beralih pada pasangan paruh baya disebelah Lyran, Mr dan Mrs Kingson, Shia menyimpulkan. Setelah berada dianak tangga terakhir, Shia berjalan menuju George dan Robert yang terlihat bersama berbincang dengan Mr dan Mrs Kingson. Netra biru Shia kemudian beralih pada Mrs Kingston, wanita paruh baya yang terlihat awet muda. Dia menggunakan dress simple panjang berwarna hitam. Wanita itu sangat cantik, sekarang Shia tau dari mana wajah sempurna milik Lyran didapatkan. Shia tersenyum tipis ketika netra keduanya bertatapan. Irena tersenyum ketika Shia melangkah mendekat ke arahnya. “Arshia Clarikson” sambut wanita itu dengan
“Kau terlihat akrab dengan Mrs Kingston” ucap George pada Shia. Saat ini keduanya berjalan menyapa para tamu dengan senyum sekedar formalitas. “Aku cocok dengannya” balas Shia cuek. “Sayang sekali aku tidak punya ibu yang bisa akrab dengan mu tapi jika kau mau aku bisa membuat mu menjadi seorang ibu?” Goda George yang bercampur dengan candaan gelapnya. “Aku tidak tertarik” “Coba pikirkan lagi, mungkin saja kau akan berubah pikiran lain kali” Tawar George “Mau ku pikirkan seribu kali pun pikiran ku tetap tidak akan berubah” ketus Shia. “Ngomong-ngomong gaun itu cocok untuk mu” “Oh tentu, tapi kenapa tidak kau pesankan aku mini dress sekalian” Ucap Shia sambil tersenyum miring. “Aku sudah memesannya tapi hanya akan digunakan untuk malam pernikahan kita” “Pervert!” Ting! Dentingan gelas mengambil atensi mereka. Shia menatap Robert yang mengambil posisi di depan tangga. Meminta atensi dari seluruh tamu yang hadir malam ini. Pria paruh baya itu mengucapkan terima kasih dan memper
Kedatangan pria rupawan yang merupakan putra pertama keluarga Kingson sontak membuat seluruh tamu undangan di mansion itu terkejut, Pria rupawan itu mengedarkan padangannya ke seluruh penjuru ruangan mencari sosok pujaan hatinya namun sampai sekarang dia tidak menemukan sosok yang menjadi alasannya datang ke sini dan selama itu juga ia menemukan banyak wanita yang curi-curi pandang ke arahnya. Bahkan menggoda dirinya secara terang-terangan. “Apa yang kau cari Dante?” Ucap Irena dengan nada menggoda pada putranya yang terlihat berbeda malam ini. “Tanpa ku katakan pun, mom juga sudah tau” dengus Dante “Hmm…Ngomong-ngomong putraku terlihat berbeda malam ini” godanya lagi. “Lebih tampan kan” ucap Dante percaya diri “Berhenti menggoda istriku.” Ucap Jason tak terima “Aku berbicara dengan ibu ku, bukan menggoda istrimu!” “Zedante Algheri Kingston!” “Yes, that’s me” Irena menghela nafas frustasi. Jason yang posesif pada istrinya dan putranya yang suka sekali menjahili pria posesif it
“Aww” Shia meringis ketika pria itu menggigit bagian atas dadanya. Spontan Shia mendorong Dante dan melotot tajam. Dante menjauhkan tubuhnya namun tidak melepaskan pelukannya.“Apa yang kau lakukan, bastard!”“Sekarang, tidak ada alasan bagi mu untuk menolak menggunakan jas milik ku” Ucapnya dengan senyum remeh.Dante menatap ke arah dada Shia begitupun dengan Shia yang mengikuti arah pandangan Dante. Shia menatap bekas gigitan pria itu. Bercak kemerahan terlihat di kulit putihnya.“Terkutuk! Kuharap kau pergi saja ke neraka!” Shia mengumpat berusaha menutupi jejek kemerahan yang Dante tinggalkan pada dadanyaSedangkan didepan Shia, Dante hanya menyeringai dengan sombong, sebuah kebanggaan baginya meninggalkan tanda di tubuh Shia. “Pilihan ada dua, gunakan jas milik ku atau biarkan mereka melihat tanda ku di tubuh mu”Shia berdecak. Ia mendorong Dante dan pelukan itu terlepas. Sepertinya Dante memeng sengaja melepaskan Shia. Shia melepas kepangan rambutnya. Mengurai surai coklat itu u
Shia membuka matanya perlahan. Tangannya terulur mengusap kepalanya berdenyut sakit. Lalu turun pada tubuhnya yang terasa pegal.Netra birunya menatap tubuh yang kini terbalut oleh gaun tidur berwarna putih sedikit transparan, lebih nyaman dibandingkan gaun pertunangan nya semalam yang kekurangan bahan.Shia bertanya-tanya apa ada seorang penculik yang memperlakukan sandranya dengan istimewa seperti ini, kamar luas dan wangi, ranjang yang sangat luas dan empuk. Padahal berdasarkan pengalaman Shia, penculikan itu adalah sesuatu yang agak mengerikan dan menyakitkan, bukannya kenyamanan dia justru mendapatkan siksaan.Seingat Shia, dia dibius oleh sekelompok pria tak dikenal, Shia sempat berpikir jika mungkin yang menculiknya adalah musuh Robert seperti biasa, tapi begitu mengingat seorang pria dengan masker hitam itu mendekatinya dan terlihat berbicara dengan para pria berseragam hitam itu, Shia bisa menyimpulkan jika mereka bukanlah musuh Robert.“Shia” Merasa terpanggil, Shia menoleh
Dalam satu gerakan cepat Dante menempatkan tangannya dibelakang leher Shia, menariknya lalu mencium bibir Shia dengan ganas.“Hmph!!” Shia yang terkejut jelas memberontak, memukul dada Dante dengan tangannya yang entah kenapa terasa lesu, tidak mempunyai tenaga untuk melawan.Tekuk belakang Shia ditarik lebih dekat lagi, Dante mengabaikan penolakan Shia. Pria itu masih mencium Shia dengan lihai dan semakin intens disetiap gerakannya. Satu tangannya beralih meremas pinggang Shia, memberikan elusan seduktif disana.Shia terdiam, matanya terbelalak, tatapannya bertemu dengan mata abu-abu Dante yang terlihat sayu. Sinar matahari melalui jendela menggaris keras kontur wajah Dante yang serius. Setelahnya pria itu melepaskan ciuman mereka, memberikan Shia kesempatan untuk bernapas"Kau pintar mengantarkan dirimu dalam bahaya, Little Tigris..." Suaranya terdengar berat dan serakTanpa bisa ditebak, Dante mengangkat Shia dengan mudahnya, bagi Dante berat tubuh Shia hanya seringan bulu, memudah
Cahaya matahari membuat netra biru itu Shia mulai terbuka, menatap langit-langit kamar yang telah menemaninya tiga hari ini, di tempat yang sama, sebuah kamar megah yang hanya dihuni oleh dirinya sendiri. Ah tidak, untuk tadi malam kamar ini di huni oleh dua orang.Shia sadar jika semalam Dante masuk ke dalam kamar dan tidur dengan posisi memeluknya. Sayangnya Shia terlalu malas untuk hanya sekedar membuka mata atau mungkin Shia takut jika Dante melakukan sesuatu padanya.Shia bangkit dari ranjangnya. Sepertinya Shia sudah terlalu nyaman dengan tempat tidur itu sehingga mengklaim jika ranjang itu sudah menjadi miliknya. Dia beranjak menuju toilet, mencuci wajahnya lalu menatap bayangannya pada cermin.Ada sebercak warna pink kemerahan pada pundak dan lehernya sebuah kissmark. Shia membuang nafas kasar memilih mandi dan bersiap seperti biasanya. Setelah selesai Shia berjalan kearah pintu, mencoba membuka pintu yang selalu terkunci itu.Cklek..Bibir Shia tersenyum lebar. Sepertinya sem