Share

Chapter 7

Tubuh Karina hampir tenggelam.

Melihat itu, Saka segera menarik tubuh wanita itu dan membawanya ke tepi.

Dengan cepat, Saka menempelkan bibirnya dengan bibir Karina--memberikan nafas buatan untuk wanita itu.

"Uhuk!" Karina terbatuk—namun masih memejamkan mata.

Melihat itu, Saka bernafas lega. Setidaknya, Karina masih hidup.

“Siapa yang mengizinkanmu mengakhiri hidup?” tanya Saka tajam, “sampai kapanpun, aku tidak akan membiarkannya. Kau tidak akan bisa mati tanpa izinku.”

Sang sopir yang sedari tadi dibuat terkejut oleh tingkah atasannya itu lantas mendekat.

Dengan hati-hati, ia pun berucap, “Sebaiknya dibawa ke rumah sakit, Sir.” 

Saka pun mengangguk dan bergegas mengikuti saran yang baru didengarnya itu.

~~

Karina mengernyit.

Ia mencium bau obat-obatan yang menyengat.

Tubuhnya tidak bisa bergerak. Namun, ia merasakan ada sesuatu yang menancap di tangannya.

Perlahan, dibukanya mata dan memandang sekitar.

Seketika ia sadar sedang berada di sebuah kamar rumah sakit.

“Kenapa aku masih hidup?” lirih Karina yang merasa sedih karena gagal mengakhiri hidupnya sendiri.

“Seharusnya aku mati. Kenapa aku malah selamat?”

Karina lalu mendongak dan menatap sebuah infus yang mengalir ke punggung tangannya. Kepalanya terasa pusing, hingga ia pun memejamkan mata.

Kriet!

Bersamaan pintu yang terbuka, seorang perawat masuk, “Anda sudah bangun?” 

Karina kembali membuka matanya. “Kenapa aku di sini?”

“Ada yang membawa Anda ke sini.”

Perawat itu tersenyum, lalu menyuntikkan sebuah obat ke infus Karina. “Anda bisa pulang besok. Untuk saat ini, Anda istirahat di sini.”

Karina mengangguk perlahan. Namun, ada satu hal yang masih mengganjal. “Kalau boleh tahu, siapa yang membawaku ke sini?”

“Saya tidak tahu.” Perawat itu menggeleng pelan lalu pergi begitu sudah menyelesaikan tugasnya.

Setelah pergi, Karina kembali terdiam.

Ia menatap langit-langit kamar dengan murung.

“Siapa yang menolongku?” Karina berdecak. “Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku tidak mau dijual.”

Air matanya kembali menetes. Karina meringkuk di atas ranjang ini. Terus-menerus, menangisi nasibnya diambang jurang kegelapan.

~~

Keesokan harinya, Karina sudah bisa pulang.

Ia menatap pintu Apartemennya yang sudah rusak.

Mengernyit— Karina pun masuk ke dalam dengan waspada.

Saat saklar dinyalakan, keadaan rumahnya terlihat sangat berantakan.

Beberapa barang hancur.

Semua seperti dijajah.

Karina tidak tahu apa yang pencuri cari. Ia tidak memiliki harta apapun untuk disembunyikan. Ia menoleh ke cermin. Di sana terdapat coretan berwarna merah.

[ JANGAN KABUR. LUNASI HUTANGMU. ]

Deg!

Seketika Karina menyadari bahwa ini adalah ulah rentenir yang mengejarnya.

"Astaga!" lirih Karina menghempaskan bokongnya di atas sofa.

Ia merogoh ponselnya yang bergetar.

[ Boss]

Karina tahu pasi Saka akan memarahinya karena hilang tanpa kabar. Jadi, percuma saja lari.

Lebih baik, Karina menghadapinya.

“Halo, Sir,” ucap Karina hormat.

“Cepat datang ke rumahku. Malam ini aku ada rapat.”

Setelah itu, panggilan telepon langsung dimatikan.

Karina pun melongo.

"Saka tidak memarahinya? Dia hanya menyuruh untuk datang ke rumah?" gumam Karina heran.

Namun, entah mengapa ada sebuah ide yang tiba-tiba terlintas di kepala Karina.

Saka, sang mantan yang sekarang menjadi bos, kini bergelimang dengan harta.

"Apakah aku harus meminta bantuannya?"

~~

Karina  bergegas ke rumah Saka. Ia pun melakukan tugasnya.

Namun, begitu selesai, Karina hanya berdiri seperti patung.

Ia menatap Saka yang sudah siap dengan setelan jas rapi--siap berangkat bertemu dengan klien.

“Sir,” panggil Karina.

Saka pun berhenti di ambang pintu. “Kenapa?”

“Ada yang ingin saya bicarakan dengan anda.” Karina mendeka. Ia meremas kedua tangannya perlahan, sangat gugup.

Saka mengernyit bingung. Namun, ia menyembunyikan ekspresinya secepat kilat.

“Katakan.” Saka melihat jam tangannya sebentar. “Waktumu 1 menit.”

Karina menggigit bibirnya. Ia sungguh malu tapi inilah pilihan terakhirnya. “Sir, bolehkah saya meminjam uang?”

Saka menaikkan salah satu alisnya. “Berapa?”

“300 juta.” Karina mendongak. “Saya akan mengembalikannya dengan menyicil. Saya berjanji tidak akan kabur. Bahkan, bila perlu, saya akan bekerja seumur hidup pada Anda. Saya mohon pinjami saya uang.”

Saka berdecih pelan sebelum tersenyum miring. “Aku bisa memberikanmu uang itu.”

Pria itu perlahan melangkah mendekati Karina yang juga ikut mundur.

Namun, tindakan ini malah membuat Karina terjebak dan berakhir seperti tikus kecil yang dipojokkan oleh Saka.

“Asal dengan satu syarat.” Saka menunduk.

“Syarat?” cicit Karina.

Melihat ekspresi wanita itu, Saka pun mengangkat dagu Karina agar menatapnya. “Jadi milikku.”

“Sir,” lirih Karina. “Tapi, Anda sudah punya istri.”

“Aku tidak peduli.” Saka mengusap pelan pipi Karina. “Aku akan memberikanmu 300 juta itu dan juga memenuhi semua kebutuhanmu asal kau menjadi milikku.”

Karina terdiam. Ia jelas tahu milikku yang dimaksud disini adalah Saka berhak atas apapun dirinya.

Jiwa maupun raga. Saat itulah, Karina benar-benar di bawah kuasa Saka.

Ia tidak bisa lari apalagi lepas.

“Kau mendapatkan uang dan aku mendapatkan kepuasan.” Jemari Saka mengusap bibir bawah Karina. “Bagaimana?”

Karina mengepalkan kedua tangannya. Apa pria ini benar-benar Saka yang dulunya polos?

Kenapa Saka sangat berbeda? Pria ini sama dengan kebanyakan pria brengsek di luar sana.

Jika Karina menerima hubungan ini, ia sama saja menjadi seorang jal@ng untuk pria ini.

Melihat keterdiaman Karina, Saka tersenyum. “Kau boleh berpikir dulu,” katanya sembari mengusap puncak kepala Karina pelan lalu pergi meninggalkannya.

Pikirannya Karina berkecamuk. Bila menerima, ia akan terkurung di bawah kuasa Saka.

Namun, bila menolak, orang suruhan Tanto tak akan tinggal diam. Sekarang saja, Karina terus diawasi.

Lantas, apakah Karina punya pilihan selain menerima tawaran Saka?

~~

Karina terdiam memandang kontrak yang Saka buat mengenai hubungan keduanya.

Di sana, tertulis Karina yang akan menjadi miliknya selama 1 tahun.

Saka berhak atas apapun tentang Karina.

Selama 1 tahun itu juga, Karina tidak berhak protes ataupun melawan Saka. Adapaun yang didapat Karina selama menjadi milik Saka adalah uang 300 juta dan uang bulanan sebesar 100 juta setiap bulan.

Karina mengambil bolpoin dan menandatanganinya. Ia menatap kertas itu dengan perasaan yang begitu berat. Andai saja, ia punya pilihan lain.

“Well, kau sudah menyerahkan dirimu padaku.” Saka mengambil bolpoin dan menandatanganinya.

Karina mengangguk.

“Aku tidak suka basa-basi.” Saka berdiri. Sampai berdiri di hadapan Karina, ia menarik wanita itu bangun.

Kemudian menempelkan bibirnya di bibir Karina. Tangannya memeluk pinggang Karina yang ingin memberontak.

“Kau harus ingat jika sekarang kau adalah milikku.” Saka mengangkat tubuh Karina ke atas meja. Ia terus bermain dengan bibir Karina yang sangat candu. Menggigit pelan bibir bawah wanita itu hingga memberikannya akses lebih.

Karina pasrah. Inilah akhirnya.

Ia harus menerima jika Saka menyentuhnya.

Saka yang berhak atas tubuhnya. Ia memejamkan mata kala Saka mengusap pinggangnya lembut.

Dari belakang, jemari Saka mencari di mana letak resleting yang digunakannya.

“KREEEK.”

Saka yang tidak sabaran segera menyobek dress Karina lalu menurunkan dress Karina, hingga sebatas pinggang.

“Sir, bagaimana jika istri Anda melihat kita?” tanya Karina di sela-sela permainan mereka yang kian panas.

Namun, Karina menyadari aura Saka berubah menjadi lebih dingin.

Sesungguhnya, pria itu sangat tidak suka ada orang yang membahasa keluarganya. “Aku tidak peduli.”

"Sir..."

Saka menatap tajam Karina. Dengan suara berat, ia berkata, "Fokus padaku, Karina."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Subagyo
aku suka,,tapi sedih jg baca nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status