Anna sangat terkejut dengan pengakuan suaminya. Dia sampai tidak bisa berkata-kata untuk membalasnya. Baru kali ini Anna mendapatkan pengakuan cinta, terlebih dengan kondisi yang seperti sekarang. Awal mula mereka menikah, Anna tidak pernah membayangkan kisah pernikahannya akan berakhir bahagia. Dia malah berpikir mungkin saja mereka akan bercerai kurang dari lima tahun ke depan. Sama sekali tidak pernah menyangka bahwa suaminya akan lebih dulu mencintainya. Anna sangat bingung dengan perasaannya sekarang. Dalam hatinya masih muncul ketakutan jika dia akan dikecewakan. Anna sadar jika dia memilih untuk jatuh cinta pada Eric, maka dia harus siap untuk disakiti oleh rasa cintanya. Namun, di sisi lain Anna juga tidak mau Eric pergi dari hidupnya. Sebab dia sudah mulai merasa nyaman dengan keberadaan pria itu di sisinya. Seakan tahu dengan yang dipikirkan oleh istrinya, Eric tersenyum sembari berkata, "Tidak apa-apa jika kamu belum mau membuka hatimu untukku. Aku akan siap menunggumu
Anna langsung membalikkan tubuhnya ketika Eric masuk saat dia sudah siap. Beruntungnya dia sudah membalut tubuhnya dengan handuk kimono sehingga Eric tidak langsung melihat tubuhnya yang berbalut lingerie. Anna tidak berniat untuk mengenakannya tetapi ketika tadi dia mencoba untuk melihat ke sekeliling tidak satupun pakaian yang dapat dipakainya. Benar-benar hanya ada lingerie saja yang disediakan. Awalnya dia memilih hanya mengenakan handuk kimono saja tetapi setelah dipikirkan ulang lebih baik dia memakai dalaman. Anna sama sekali tidak tahu kenapa bisa dua hari ini kejadian yang sama terulang. Hal yang menjadi pembeda adalah di sini tidak ada pakaian sang suami yang bisa dikenakan. "Kenapa lama sekali?" Eric bertanya selidik. Melihat ekspresi wajah Anna seketika membuat dia curiga bahwa ada sesuatu yang disembunyikan darinya. Namun, tentu saja Anna tidak akan bicara dengan mudah. Bagaimana bisa dia memberitahu suaminya bahwa dia hanya mengenakan lingerie di balik handuk kimon
Ekspresi wajah Eric berubah muram, "Kamu tahu bahwa aku sangat tidak bisa tidur di sofa.""Tidak, aku tidak tahu. Selama ini hanya kamu yang mengatakan bahwa kamu tidak bisa tidur di coklat. Tapi aku tidak pernah melihat kamu benar benar tidak bisa tidur di sofa."Eric menghela napas, dia memandang Anna dengan ekspresi wajah sedih, berharap istrinya itu akan percaya dengan dirinya.Namun, Anna sudah tiga kali mengalaminya, dia tidak ingin lagi ada yang keempat kali di pagi hari bersama dengan Eric. "Jika kamu tidak mau, tolong biarkan aku yang tidur di sofa." Anna segera bangun dan mengambil sebuah bantal lalu berjalan melewati Eric setelah itu duduk di sofa. Anna sudah bertekad bahwa malam ini tidak akan ada kejadian serupa seperti sebelumnya. Dia tidak mau lagi bangun dalam keadaan malu sebab salah satu dari mereka yang saling menyentuh. "Anna," panggil Eric, tetapi sama sekali tidak digubris oleh Anna. "Anna," kedua kalinya masih tetap sama, Anna malah memejamkan kedua matanya.
Siang harinya, Anna sudah tidak lagi merasakan sakit di perutnya. Sepertinya obat yang diberikan oleh dokter sangat berguna dan mampu menghentikan rasa sakit yang dirasakannya. Dia melihat sekeliling dan tidak mendapati siapapun di sana. Anna turun dari ranjang, di saat itu dia merasakan sakit di punggung tangannya. Selang infus yang masih tertancap, membuat dia sedikit nyeri di sana. Anna memegang tiang infus kemudian berjalan dengan perlahan keluar kamar. Tidak ada siapapun di sana hingga membuat Anna memilih untuk turun ke lantai satu dan mencari keberadaan suaminya. Ketika dia baru menuruni setengah anak tangga, tiba-tiba telinganya mendengar percakapan beberapa orang yang berarti tidak jauh dari sana. Suara yang sangat familiar di telinganya adalah suara suaminya. Namun, yang membuat Anna tidak bisa melanjutkan langkahnya adalah ketika dia mendengar suara sang suami yang membentak seseorang dengan kasar. "Apakah kamu sadar dengan yang kamu lakukan itu? Kamu bisa saja membunu
Eric membuka kedua matanya dengan lebar, dia seperti tidak percaya dengan pendengarnya, "Katakan sekali lagi." Anna tersenyum malu, dia mana mungkin mengulanginya. Dia saja sudah berusaha untuk bersikap jujur walaupun sulit sebab rasa malu yang begitu besar. "Tidak mau! Aku tidak akan mengulanginya lagi," ucap Anna, dia segera memalingkan wajah menatap ke arah yang lain. Anna merasa, jika dianterus melihat Eric, maka dia tidak akan bisa menahan dirinya. "Katakan sekali lagi, aku ingin mendengarnya darimu," ucap Eric mendesaknya. Tetapi Anna menggelengkan kepalanya, dia benar-benar sangat malu sekarang. Bahkan Anna sampai menutup wajah dengan kedua tangan hanya untuk menghindari tatapan dari suaminya. "Tolong, jangan desak aku lagi. Aku sangat malu sekarang," ucap Anna dari balik wajahnya yang ditutup oleh kedua tangan. Eric terkekeh mendengarnya, dengan segera dia menarik tangan Anna dan memeluknya dengan erat. Tidak ada satupun kata-kata yang bisa menggambarkan betapa baha
Anna tidak bisa berkutik ketika sang suami mengancamnya. Saat ini jantungnya berdebar dengan sangat cepat. Pandangannya seperti terkunci hingga tidak bisa berpaling ke arah yang lain. Hanya menatap kedua mata sang suami yang sangat mempesona. Tepat pada saat itu, Eric mengangkat tangan kemudian mulai mengusap wajah Anna dengan sangat lembut. Menyentuh setiap inci wajah istrinya tetapi hal itu malah membuat dirinya semakin terbangun. Anna bisa merasakan sentuhan itu yang penuh dengan kehangatan. Sehingga dia otomatis memejamkan kedua mata saking merasa sentuhan sang suami yang menenangkan. "Anna," panggil Eric dengan berbisik. Anna yang dipanggil, langsung membuka kedua mata dan di saat itulah dia bisa merasakan pandangan penuh cinta sang suami hanya untuknya. "Kenapa?" jawab Anna dengan suara serak yang begitu merdu di telinga Eric. "Anna," panggil Eric lagi, dia sangat menyukai ketika Anna merespon saat dirinya memanggil. "Iya, ada apa?" tanya Anna lagi dengan suara yang sama
Eric sama sekali tidak terpikir dengan kata-kata yang diucapkan oleh istrinya. Selama ini dia hanya berpikir bagaimana cara untuk membahagiakan Anna.Ketika Eric jatuh cinta dengan seseorang, maka itu berarti dia sudah memutuskan untuk memberikan seluruh hati dan perhatiannya hanya untuk seorang wanita yang dicintainya. Erik akan berusaha sekeras mungkin membahagiakannya. Selalu berada di dekatnya sesibuk apapun pekerjaannya. Dia tidak akan rela jika wanita yang dicintai kehilangan perhatian dan kasih sayang darinya.Namun, perkataan Anna sudah menyadarkannya bahwa cinta bukanlah sebuah pengorbanan. Melainkan bagaimana hubungan timbal balik itu terjadi sebab dua orang yang saling memiliki perasaan cinta. Eric tersenyum pada sang istri, menganggukan kepala tanda membenarkan perkataan Anna. Dia bahagia memiliki istri yang pemikirannya dewasa. "Aku bahagia sekali memilikimu, Anna." Eric langsung memeluk erat tubuh istrinya. Ternyata wanita yang dia pilih sebagai istrinya merupakan pil
Anna terbangun dengan tubuh yang sangat segar. Belum pernah dia merasakan tidur nyenyak seperti yang dia rasakan sekarang. Kening Anna berkerut ketika dia hendak membuka mata, tetapi malah sinar cahaya yang menghalanginya. Setelah beberapa saat Anna hanya diam saja sembari memejamkan kedua mata, barulah dia kembali membuka kedua mata lalu melihat ke arah sekitar. Tentu saja hari ini masih berada di dalam kamar di vila. Anna teringat dengan kejadian kemarin di mana dia baru saja melakukan sebuah adegan panas untuk pertama kalinya. Teringat dengan hal itu, membuat dia kembali membayangkan adegan semalam. Anna merasa sangat malu ketika teringat betapa liar dirinya. Anna memejamkan kedua matanya, bibirnya tersenyum dengan sangat lebar. Tidak menyangka bahwa menikah bisa teramat bahagia seperti sekarang. Padahal awalnya pernikahan ini adalah sebuah keterpaksaan baginya. "Jika kamu tidak mau bangun, maka aku akan habiskan sarapannya." Anna langsung membuka mata ketika mendengar suara