Bi Sanih sudah tidak sabar untuk mengabarkan kedatangan dari Deni pada Dini. Tentu saja ini adalah kabar yang akan di sambut dengan baik oleh Dini. Sudah hampir 2 bulan, Dini dan Deni tidak bertemu. Tentu ada kesan tersendiri yang di rasakan oleh keduanya.Bi Sanih segera mendatangi ruang tata usaha. Di mana mungkin dia akan bertemu dengan Dini secara langsung. Di ruangan itu, bi Sanih siap bertemu dengan Dini untuk mengabarkan Deni yang sudah ada di rumahnya. Bisa juga, menjadi ajang untuk menjemput Dini dari pesantren untuk bertemu dengan Deni."Assalamualaikum," sapa bi Sanih pada Laras yang merupakan penjaga ruangan tata usaha."Wallaikumsallam, ada yang bisa di bantu Ibu?" jawab Laras dengan lembut."Apakah saya bisa bertemu dengan Dini?" Tanya bi Sanih."Maksud Ibu Bu Dini. Tentu saja bisa Bu, baik saya akan panggil Bu Dini ke sini," jawab Laras dengan lembut.Laras segera pergi ke kelas, tempat Dini mengajar saat ini. Laras yakin, Dini berada di kelas 11-6, di mana kelas itu se
Gus Fiment tidak bisa berkata-kata lagi, saat Deni dan pak Suprapto berada di ruang tunggu demi Gus Fiment. Hal yang tidak di duga oleh Gus Fiment akan kebaikan yang telah di berikan oleh Deni dan pak Suprapto pada dirinya. Deni sangat senang dengan apa yang sudah di lakukan pada Gus Fiment. Itu adalah tindakan mulia yang coba di lakukan Deni untuk membuat Gus Fiment merasa lebih terlindungi. Banyak bahaya yang mungkin saja datang pada Gus Fiment. Sehingga Deni dan pak Suprapto tidak ingin hal buruk akan datang pada dirinya dengan segera. Gus Fiment segera menghampiri Deni di ruang tunggu. Dia membawa sebuah kertas berisi surat keterangan akan hilangnya Khadijah. Surat yang akan membuat Gus Fiment bisa lebih nyaman kembali. Sehingga peluang untuk kembali mendapatkan Khadijah akan begitu besar di dapatnya. "Bagaimana, apakah sudah?" Tanya Deni dengan penuh antusias. "Alhamdulillah sudah. Respon mereka baik. Saya senang dengan apa yang mereka katakan. Mereka akan segera mencari Khad
Ferdi begitu kesal saat Gus Fatur membawa kabar akan Gus Fiment yang telah melaporkan kasu penculikan dari Khadijah pada pihak berwajib. Ada rasa khawatir yang di rasakan oleh Ferdi, sehingga ia mulai gelisah dengan laporan yang di buat oleh Gus Fiment di kantor polisi. Ferdi merasa ini akan menjadi kabar buruk yang akan di terima olehnya. "Kenapa kamu tidak mencegah dia untuk ke kantor polisi?" Tanya Ferdi dengan suara keras. "Aku sudah berusaha. Aku menghadang setiap langkah dia. Tetapi itu sulit untuk bisa aku hindari. Ada pertolongan dari orang lain yang membuat dia lolos. Sehingga dia bisa tiba di kantor polisi," jawab Gus Fatur. Kedua penculik dari Khadijah pun mulai gelisah dengan laporan yang datang pada mereka. Keduanya pernah merasakan dinginnya sel penjara. Itu yang membuat mereka khawatir akan kembali masuk ke dalam penjara. "Belum setahun bebas dari penjara, masa sudah masuk lagi. Nasib-nasib, gini amat sih hidup gue. Kecut!" ucap salah seorang penculik. "Kalau sampa
Bi Sanih terlihat begitu merasa sedih saat Deni pak Suprapto datang menghampiri dirinya di ruang tamu. Kedatangan dari Deni dan pak Suprapto di liputi rasa gembira yang cukup besar. Tidak heran, mereka sudah tidak sabar untuk mendapatkan kabar dari bi Sanih. Terutama pak Suprapto yang sudah tidak bisa menahan rasa rindu yang ada pada seorang Dini. "Bagaimana Bi?" Tanya pak Suprapto dengan begitu antusias.Bi Sanih dilema besar. Dia ingin mengatakan yang sesungguhnya. Tetapi bi Sanih khawatir akan menyakiti hati pak Suprapto. Tetapi jika dia berbohong, mungkin itu akan semakin membuat pak Suprapto sakit di kemudian hari. Bi Sanih benar-benar merasa berada di dia persimpangan yang begitu besar saat ini. Dia tidak tahu harus memilih jalan mana yang harus dia ambil olehnya. "Ya Allah, berikan hamba petunjuk Mu. Hamba benar-benar tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Rasanya ini benar-benar bukan hal yang mudah. Tetapi ini adalah hal yang cukup sulit untuk di lakukan. Ampuni hamba, ji
Dini masih belum bisa membayangkan bagaimana kesalahan yang sudah di lakukan oleh ayahnya di masa lalu. Itu yang membuat Dini begitu sulit untuk memaafkan ayahnya sendiri. Padahal sudah berjalan cukup lama, begitu juga dengan ayahnya yang sudah meminta maaf pada Dini. Tetapi ia tidak bisa memaafkan begitu saja. Sehingga pintu maaf yang ada di dalam hati Dini. Urung terbuka pada ayahnya sendiri. Sekali pun ayahnya sudah memohon maaf pada Dini. Tetapi Dini tetap pada keputusan yang ada, dia merasa ini sudah menjadi keputusan yang sudah di ambil oleh Dini. Dini menikmati angin malam di taman. Dia terus terpikir akan apa yang sudah di lakukan oleh dirinya pada ayahnya selama ini. Di mana Dini terlihat begitu merasa bersalah dengan sikapnya yang masih dingin pada ayahnya. Menolak pertemuan dengan ayahnya sendiri. Hal yang bodoh di lakukan oleh Dini pada ayahnya. Gus Fiment yang melihat Dini berada di taman sendirian. Tertarik untuk tahu apa yang sedang di lakukan oleh Dini. Tidak biasany
Dzikir menjadi kegiatan rutin yang di lakukan oleh Khadijah selama berada dalam gubuk tempat dia di sekap oleh kedua penculik tersebut. Khadijah percaya, dengan terus berdzikir. Dia akan selalu mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. Oleh sebab itu Khadijah terus berdzikir untuk mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. Sudah tiga hari dia di sekap oleh kedua penculik tersebut. Sudah jenuh rasanya berada di dalam gubuk itu. Menantikan seseorang menolong dirinya. Sepertinya itu sudah cukup mustahil bagi seorang Khadijah. Tidak heran, dia pun sudah pasrah dengan nasib yang akan datang pada dirinya saat ini. "Jika memang ini ketetapan yang Engkau berikan. Hamba tidak akan pernah marah. Hamba bersyukur di ujia dengan cobaan seperti ini. Terima kasih Ya Allah," ucap Khadijah dengan raut wajah bersedih. Khadijah kembali melanjutkan dzikir yang selalu di anggap sebagai penolong dalam hidupnya. Khadijah percaya, satu-satunya jalan yang bisa menolong dirinya saat ini adalah dzikir. Berdzikir
Apa yang di sampaikan oleh Gus Fiment adalah perkataan yang sama sekali tidak salah. Ternyata Dini yang selama ini terlalu egois. Dia hanya mementingkan dirinya sendiri. Tidak pernah bisa merasakan perasaan dari ayahnya yang sedikit sedih dengan apa yang telah terjadi. Dini tidak bisa tidur, di mana ia terus di hinggapi rasa bersalah yang cukup besar pada ayahnya sendiri. Selama bertahun-tahun, Dini tidak pernah bertegur sapa dengan ayahnya sendiri. Hal yang membuat dia merasa begitu bersalah pada ayahnya. "Apa aku akan selamanya bersikap dingin pada Ayah. Di satu sisi, aku butuh dia untuk selala ada. Tetapi masa lalu yang cukup buruk. Aku pikir itu cukup menyiksa ku. Tetapi aku merasa sudah tidak berdaya dengan apa yang terjadi. Sehingga aku hanya bisa memilih, bertahan dengan segala kemungkinan yang ada. Atau aku akan menjadi seorang yang jauh lebih baik lagi," ucap Dini dengan penuh kesedihan.Dini segera mengambil handphone miliknya yang berada di atas laci. Dia melihat gambar w
Tidak ingin kehilangan momen yang akan menjadi sebuah kenangan indah dalam hidupnya. Dini pun segera berlari ke arah bi Sanih sebelum matahari benar-benar terbit dari ufuk timur. Hari ini Deni dan ayahnya akan kembali ke Jakarta. Meninggalkan Dini yang masih belum mau untuk membuka pintu maaf. Perjalanan jauh yang di lakukan oleh keduanya menjadi sia-sia dengan apa yang di dapat oleh ayahnya. Ada rasa kecewa yang di rasakan oleh ayah Dini. Tetapi ia menghargai keputusan dari Dini yang masih belum bisa memaafkan. Dini berlari untuk segera tiba di rumah bi Sanih. Deni yang sulit di hubungi oleh Dini, memaksa dirinya harus memastikan jika ayahnya itu tidak pulang. Sebab Dini ingin menyampaikan beberapa pesan yang sudah ada di dalam kepalanya. Pesan maaf yang ingin Di sampaikan pada ayahnya. Dini pun akhirnya tiba di rumah bi Sanih. Berbarengan dengan Deni dan ayahnya yang akan segera kembali ke Jakarta. Sudah ada tas serta kantong plastik berisi makanan yang di hadiahkan oleh bi Sanih