Sarah berjalan menuju kamar mandi hanya dengan berbalut handuk. Dan seketika ia melebarkan senyuman di wajahnya saat Anna sudah berdiri di ambang pintu kamarnya.
"Masuk, sayang. Aku mau berendam Kemana-mana." Sarah menarik tangan Anna dan mempersilahkan duduk di ranjangnya yang mewah.
Maklum, selain seorang model Sarah juga merupakan putri konglomerat di daerah itu.
Anna masih tercenung sambil menahan rasa marahnya mengungkapkan Sarah dengan penuh amarah amarah. Kedua sisi giginya saling beradu hingga menimbulkan suara. Rahangnya pun mulai mengeraskan, sementara kedua telapak tangan tangannya terkepal.Kesal. Bagaimana tidak? Ia adalah orang yang sedang ditanyakan oleh Sarah. Begitu buruknya teman-teman Anne menilai dirinya yang sebenarnya.
Rumah Lara tampak begitu seram, bangunan tua itu memang masih berdiri kokoh. Meski hampir seluruh dinding bangunan berbahan dasar kayu asli. Debu bertebaran di mana-mana. Membuat ruangan menjadi pengap dan menyesakkan dada siapa pun yang memasukinya. Di salah satu dinding 'Rumah Pertunjukan'. Membuat Sarah langsung mendekat dan menghimpit tubuh Anna setelah bangkit.
Jimmy masih menunggu Delano di tepi jalan bersama teman-teman Anna yang lainnya. Mereka tampak tampak, menoleh ke arah luar jendela. Ramah Delano segera muncul dari jarak sana.Sepuluh menit. Dua puluh lima menit. Hingga akhirnya empat puluh menit berlalu, Delano tidak kunjung muncul juga. Hingga membuat semua memutuskan untuk pergi.
Hari sudah larut malam. Suasana sangat sunyi, tidak ada kabar berita mengenai Delano. Berulangkali Anna mengintip layar ponselnya. Tidak ada panggilan masuk atau pesan di dalamnya. Membuatnya bersemangat semangat pemuda yang berhasil menghibur itu.Waktu terus berlalu. Bahkan mungkin sebagian orang sudah tayang di jam itu. Akan tetapi tidak dengan Anna. matanya masih terbuka leba
Ben Daniele takut putrinya sedih karena tidak berhasil membawa pulang kembali Delano Hilton ke tengah-tengah keluarga.Langkahnya berubah pelan hingga mendekati ambang pintu. Siapa sangka jika Megan membukakan pintu untuknya dan mengajaknya masuk sambil bergelayut manja memeluk sebelah lengan kekarnya."Megan, adalah seorang polisi wanita di kawasan ini. permalukan di hadapan para pemuda yang bisa kamu dirikan sendiri." Ben
Apa yang sebenarnya dilakukan oleh Lara setiap malam di pinggir pantai sambil membocorkan ombak besar yang datang menerjang? Semua itu sangat membuat kawanan pemuda semakin penasaran.Mereka ingin mencari tahu lebih banyak tentang siapa Lara. Tentu alasan mereka adalah tidak ingin menjadi korban berikutnya. Takut, bahkan jarang di antara mereka tidak bisa tidur menjelaskan bagaimana caranya agar masalah ini berakhir.
Aneh memang. Saat Ben Daniele datang ke rumahnya, Lara mengatakan bahwa ia tidak mengenal Delano dan tidak pernah bertemu dengannya juga. Akan tetapi ketika keduanya bertemu seolah-olah telah mengenal lamanya. Berbincang biasa saja.Malam larut, udara dingin yang berembus seolah menembus tulang. Ditemani gigil, Delano melangkah pergi mendekati Lara yang kian menjauh memasuki pintu goa.
Delano terperanjat bahkan terpelanting mendengar suara Ben yang tiba-tiba saja datang dari arah lain menegurnya. matanya tidak melirik suka ke arah perban yang terlihat di salah satu lengan Delano."Kamu mendapatkan luka itu dari mana?" tanya Ben yang masih membocorkan sinis."Ketika lari menuju pulang dari rumah Lara." Delano pandangannya ke arah lai