TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 24
Sebagian besar ikan yang aku bawa, sudah aku kirim ke pembeli. Tinggal sisa dua kilo lagi yang kini masih ada dalam keranjang jualanku, yang akan aku antarkan ke toko Bu Haji.
Aku menghentikan motor dan turun, setelah aku sampai di tokonya Bu Haji.
"Assalamualaikum, Bu Haji."
"Waalaikumsalam. Ke mana aja, Rin. Jam segini baru nyampe. Untung saja, Ibu gak beli lauk di tempat lain."
Aku hanya nyengir mendapat omelan dari pelanggan. Sudah biasa, kalau telat, harus terima konsekuensinya. Yaitu, diomelin.
Ini semua gara-gara Mas Andri tadi. Coba saja dia tak menghalangi jalanku, pasti sekarang aku sudah selesai mengantarkan ikan ke semua pemesan.
"Maaf, Bu Haji, tadi ada sedikit ke
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 25"Rin, kamu pulang?" ujar Mas Andri.Sudut bibirnya terlihat merah, mungkin bekas sirip ikan bawal tadi."Apa yang kamu lakukan dengan ruamahku, Mas? Siapa yang menyuruh kalian mengganti warna catnya?" tanyaku dengan wajah yang menahan amarah."Ibu yang nyuruh. Ibu bosan dengan warna biru laut. Berasa kayak rumah Nyi Roro Kidul, kalau warna laut. Ibu ingin yang segar, yang bisa memberikan semangat saat kita membuka mata." Ibu menjawab pertanyaanku."Ini rumahku, bukan rumah Mas Andri!" ujarku dengan berteriak."Arin! Yang sopan kamu sama Ibu. Jangan berteriak di sini, Rin. Sebentar lagi juga ini akan jadi rumahku, kok. Lihat saja nanti." Mas Andri berucap dengan kedua alis yang terangkat."Maksudm
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 26"Ya Allah, Neng ... orang mah kalau jatuh bilangnya sakit, bukan malu." Abah balik kanan, melihat dan membantuku berdiri. Begitupun dengan Yusuf, dia memegang lenganku dan langsung aku tepis.Aku jatuh juga gara-gara dia. Dia yang mengingatkanku pada kejadian memalukan waktu itu."Gak papa, Rin?" tanyanya.Aku menggeleng.Kami pun melanjutkan perjalanan. Kini, aku memilih berjalan beriringan dengan Abah, memegang lengannya dengan erat.Bukan apa, jika nanti aku kesandung lagi, biar Abah saja yang jatuh. Aku enggak. Eh.Rumah Berwarna merah sudah semakin jelas terlihat. Jaraknya pun semakin dekat.Hatiku kembali dag dig dug membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini.
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 27Seperti dihantam batu besar, dadaku berdenyut mendengarkan pengakuan Hena.Bukan hanya aku yang kaget dengan pengakuan Hena. Tapi semua orang yang ada di sini pun sama sepertiku. Sangat kaget."Kapan kalian menikah?" tanyaku."Tidak, Rin. Hena salah, kita belum menikah." Mas Andri yang menjawab."Mas, sudahlah jangan ditutupi terus, percuma. Aku juga lelah dituduh sebagai perebut suami orang!" ujar Hena keberatan dengan sanggahan Mas Andri."Baiklah, kalau begitu, sekarang kita duduk dan selesaikan masalah ini dengan baik-baik. Mari, kita duduk dan dengarkan pengakuan dari Hena dan Andri. Biar nanti, kita bisa memutuskan siapa yang salah diantara kita." Pak RT memberikan instruksi.Akhirnya, warga pun luluh dan bersedia dud
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 28Semua orang berteriak dan menghalangi Abah yang mengambil golok dari pinggang salah satu warga yang duduk di sampingnya. Ia mengacungkan golok itu ke depan Mas Andri."Gung, jangan gegabah! Nanti kamu bisa celaka, bisa masuk penjara!" ujar Pak RT.Abah yang memegang golok dengan bergetar, akhirnya duduk kembali. Golok yang ia pegang, diambil sama yang punya."Andri ...."Suara lirih terdengar, kita semua melihat pada Ibu mertuaku yang memegangi dada seraya memanggil nama anaknya. Mungkin ia kaget, ketika Abah berdiri dengan golok di tangannya tadi."Ibu, Ibu kenapa?" Mas Andri menghampiri wanita itu.Semua anaknya panik. Hingga akhirnya Ibu tidak sadarkan diri.
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 29Mobil yang dipakai Mang Deri untuk mengangkut pasir dan batu, ialah mobil milik Abah. Jadi, dia tidak akan berani membantah, jika Abah menyuruhnya."Mobil untuk apa, Gung? Kakimu kram lagi?" tanya Pak RT. Ia belum pulang, sebelum memastikan semua warganya kembali ke rumah."Kau lihat saja nanti, Te," tutur Abah.Sekarang, hanya ada kita bertiga yang masih belum pulang. Ada pun orang-orang di dalam rumah yang masih berada di kamar Ibu."Kalian nungguin apa?" tanya Hena yang menyadari kita masih berada di sini."Terserahku, dong. Inikan rumah aku," ujarku jutek.Hena memutar bola mata. Ia seperti nyonya, duduk di sofa dengan mengangkat kedua kaki ke atas meja.Karena tenggorokan terasa haus,
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 30Melihat Ibu kembali pingsan, aku buru-buru menarik tangan Abah untuk keluar dari dalam rumah. Segera aku naik ke atas mobil dan menyuruh Mang Deri untuk tancap gas.Aku tidak mau jika terlalu lama di sana, Mas Andri akan meminta uangku dengan alasan berobat ibunya.Aku pelit, perhitungan? Iya, memang.Aku sudah tidak mau lagi mengeluarkan uang sepeserpun untuk mereka. Cukup sudah baktiku pada keluarga Mas Andri. Biar sekarang, urusan keluarga Mas Andri, menjadi tanggung jawab Mas Andri sebagai kakak tertua di sana."Sudah sampai, Bah, Rin." Mang Deri menghentikan mobil.Aku dan Abah turun. Mempersilahkan Mang Deri untuk masuk dan beristirahat sebentar. Aku ke dapur, membuatkan dua cangkir kopi untuk Abah
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 31[Aku tidak meminta uangmu, aku meminta uangku yang kau ambil. Tolong kembalikan!][Uang yang mana?] Aku pura-pura lupa.[Yang kamu simpan di dus sarung, yang waktu itu kamu ambil.]Ya ampun, kalau soal uang, dia pasti ingat. Aku berdecak sebal membaca pesan darinya.[Gak ada habis. Sudah aku pakai. Itu bukan uang kamu, tapi uangku yang tidak pernah kamu kasih. Itu nafkah untukku sebagai istrimu! Ingat, apa yang pernah kamu kasih ke aku, tidak seberapa dengan apa yang sudah Abah berikan padamu?] tulisku panjang lebar.Aku harap, Mas Andri membuka mata dan sadar, kalau dia tidak pantas meminta uang itu dariku. Sudahlah dia simpan dengan diam-diam, kini minta dikembalikan, pula. Menyebalkan.[Kamu mau perhitungan dengank
TERUNTUK MANTAN ISTRI SUAMIKU 32"Gak mungkin, San, gak mungkin aku hamil. Aku gak mau hamil, ah ...."Aku menggeleng-gelengkan kepala dengan cepat.Santi mengusap perutku yang rata. Ia melihat wajahku dengan sendu."Rin, kalau kamu hamil terima saja. Gak papa, kok. Kan kamu sudah menikah, wajar kalau kamu hamil dan punya anak," tuturnya."Aku udah ditalak. Aku juga gak mau punya anak dari Mas Andri, San. Aku gak mau." Aku menutup wajah dengan kedua telapak tangan.Antara takut dan bingung. Gimana kalau Mas Andri memanfaatkan kehamilanku untuk bisa kembali kepadaku. Aku tidak mau hidup dimadu. Apalagi harus kembali menjalin hubungan suami istri dengan dia."Rin, anak itu rejeki yang tak ternilai. Kamu harus bersyuk