Cukup... Clara merasa sudah cukup dirinya terlena dengan segala yang ada pada diri Reynald.
“Hentikan mobilnya.” Kata Clara tiba-tiba.
“Kenapa?”
“Aku bisa jalan kaki.”
“Jalan kaki? Kenapa tiba-tiba ingin jalan kaki??”
“Aparetmenku sudah dekat Rey, aku cuma ingin jalan kaki.”
Dan Reynald tak dapat membantah lagi. Clara benar-benar menjadi sosok menyebalkan pagi ini. Sebenarnya ada apa dengan wanita itu? bukankah tadi malam mereka sudah bercinta dengan panas seperti biasanya? Lalu apa yang membuatnya berubah seperti itu?
Reynald hanya mampu melihat Clara yang turun dari mobilnya dan berjalan di atas trotoar. Tanpa banyak bicara, Reynald mengikuti Clara yang berjalan di atas trotoar dengan menjalankan mobilnya pelan beriringan tepat di sebelah Clara.
Clara tak menghiraukan apa yang di lakukan Reynald. Tapi ketika dia sudah berjalan sedikit jauh, Clara merasa r
Clara menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa dengan santainya seakan tak menghiraukan Mily yang menatapnya masih dengan ekspresi ternganga.“Jadi, kamu benar-benar sudah menyukainya?”“Sepertinya begitu.”“Lalu dia bagaimana?”“Ahh sudahlah, jangan bahas dia lagi, aku terlalu malas, aku kesini untuk menjauhinya Mil. Percuma saja kalau kamu selalu mengikatkanku dengannya.” Gerutu Clara.“Cla, ayolah, aku tahu kamu sedang ada masalah.”“Oke. Dia nggak menyukaiku. Apa kamu puas?”Kini wajah Mily nampak bingung. Apa mungkin seorang Reynald tak menyukai Clara sedangkan Mily tahu bagaimana perhatiannya seorang Reynald selama ini terhadap Clara. Reynald memang cenderung pendiam di mata Mily, tak pernah menampakan kemesraannya terhadap Clara, tapi siapapun rekan kerja Clara pasti tahu bagaimana perhatiannya sosok itu.Reynald selalu setia mengantar jemput Cla
Paginya Reynald dengan cekatan membuatkan sarapan untuk Clara, bukan makanan berat, hanya roti bakar keju dengan telur setengah matengnya. Mungkin dengan membuatkan Clara sarapan akan membuat Mood wanita itu membaik.Mily yang baru bangun akhirnya mengernyit melihat pemandangan di dapurnya.“Kamu tidur sini tadi malam?” Tanya Mily sambil membuka lemari pendingin untuk mengambil sebotol air mineral.“Ya, Clara tidur sini, dan aku harus menemaninya.”“Kamu benar-benar suka sama Dia??”Reynald tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya.“Aku hanya tak mungkin pulang tanpa Clara, Mama bisa ngomel semalaman.”“Ohhh jadi hanya karena takut di omelin Mama kamu makanya Kamu nginep sini?”Reynald tersenyum menatap Mily. “Kadang ada suatu hal yang nggak harus kamu jelasin pada orang lain.”Mily masih tak mengerti dengan ucapan Reynald. “Sok miste
Reynald menjalankan mobilnya sepelan mungkin. Ia takut jika Clara benar-benar hamil dan bayinya akan terganggu karena mendapatkan sedikit guncangan akibat mengendarai mobil yang melaju cukup cepat.Sesekali Reynald melirik ke arah perut Clara. Benarkah wanita di sebelahnya ini sedang hamil? Mengandung anaknya? Ahh Sial!! Ia benar-benar harus segera memastikannya.Lagi-lagi Reynald tak kuasa menahan diri untuk melirik kearah wanita di sebelahnya tersebut.“Kamu kenapa? Risih tau nggak.” ucap Clara yang memang sejak tadi merasa sedang di perhatikan oleh Reynald.“Enggak, Kupikir kamu kedinginan, bajumu terbuka.” Reynald mengelak dengan memberikan jawaban seadanya.“Ya, aku memang kedinginan.” Jawab Clara jujur. Sejak tadi Clara memang sedikit kedinginan. Tentu saja, Tadi Reynald menggendongnya begitu saja tanpa membiarkan Clara mengganti pakaiannya terlebih dahulu.Reynald lalu menepikan dan menghentik
Clara masih tak ingin keluar dari dalam bathup kamar mandinya. Di dalam sana begitu segar, semua otot tegangnya seakan rileks kembali. Sikap kucing-kucingan Dina dan Reynald yang membuatnya ingin meledak-ledak seakan hilang begitu saja. Ahhh jika tahu begini sangat nyaman, ia akan berendam sepanjang malam di dalam kamar mandi.Saat matanya mulai sayu-sayu, Clara terkejut saat mendengar suara yang sangat nyaring dari arah pintu kamar mandinya.‘Bruaaaakkkk’Clara terbangun seketika sambil menutupi seluruh tubuh polosnya dengan kedua belah tangannya. Clara ingin berteriak tapi di urungkan niatnya saat melihat Reynald yang sudah terduduk di hadapannya dengan wajah khawatirnya.“Kamu nggak apa-apa kan? Kamu nggak apa-apa kan?” kata-kata itu terucap berkali-kali dari bibir Reynald tanpa menghilangkan ekspresi khawatir dari raut wajah lelaki tersebut.“Aku? Memangnya aku kenapa?” Tanya Clara dengan wajah bingu
Sungguh sangat menjengkelkan, setidaknya itu yang di rasakan Clara. Bagaimana tidak, semenjak keluar dari rumah sakit tadi, Reynald tak berhenti menggenggam tangannya, bahkan ketika mereka berjalan bersama, tangan Reynald tak berhenti melingkari pingggangnya.“Rey, kamu bisa lepasin nggak?” Tanya Clara sedikit kesal. Saat ini mereka sedang berada di sebuah restoran. Tertu saja Reynald yang sejak tadi sibuk mengajak Clara ke sana, katanya Clara harus sering-sering makan mengingat porsi makan Clara yang tak bisa banyak.“Enggak.” Jawab Reynald dengan Cuek dan masih setia menggandeng pinggang Clara sambil berjalan menuju ke sebuah Private Room yang di sediakan restoran tersebut.Dengan kekesalan yang sudah mengakar di kepalanya Clara mengangkat sebelah kakinya dan menginjak keras-keras kaki milik Reynald.Reynald meringis kesakitan sambil sesekali terpincang-pincang.“Apa yang kamu lakukan?” Tanya Reynald y
Reynald masuk ke dalam kamar Clara dan mendapati wanita itu naik di atas kursi riasnya untuk meraih sesuatu yang berada di atas lemari pakaiannya.Seketika itu juga Reynald berlari menghampiri Clara sambil sedikit berteriak.“Apa yang kamu lakukan?” Reynald memeluk kaki Clara, takut jika wanita di hadapannya itu terjatuh.“Aku mau mengambil kardus kecil itu.”“Cepat turun. Kamu harus menghilangkah kebiasaanmu yang ceroboh ini Cla..”“Ceroboh? Enak saja kamu bilang aku ceroboh.”“Sudah jangan banyak bicara, sekarang cepat turun, atau aku dengan paksa akan menurunkanmu.”“Okay, Mr. Protective.” Dengus Clara.Akhirnya Clarapun turun di bantu dengan Reynald. Lalu kini gantian Reynald yang menaiki kursi tersebut dan mengambil kardus yang di maksudkan Clara.“Memangnya apa isinya? Sampa-sampai kamu bela-belain naik kursi segala.&
Selalu gugup, gelisah, Deg degan, dan sedikit salah tingkah, itulah yang di rasakan Clara pada saat ini ketika duduk dan berusaha sesantai mungkin di sebelah Reynald. Ia tak mengerti apa yang terjadi tadi malam. Reynald mencumbunya sepanjang malam, Bibir lelaki itu tak berhenti mengucap kata sayang pada dirinya. Dan Clara benar-benar merasa di sayangi tadi malam.Tapi pagi ini lelaki itu kembali pada mode datarnya seperti tak terjadi apapun di antara mereka, meski tentu saja perhatian Reynald tak berkurang sedikitpun, Reynald kini bahkan mengemudikan mobilnya dengan hanya sebelah tangannya karena sebelahnya lagi sedang sibuk menggenggam jari jemari milik Clara.“Rey, aku mau ke apartemen.”Reynald sedikit terkejut. “Kenapa ke sana?”“Aku mau ketemu sama Mily.”“Nanti, kita pulang dulu. Kamu harus istirahat. Lagi pula kita harus memberitau kabar bahagia ini pada keluargaku.”Clara hanya menghela
Sampai di rumah, Reynald segera masuk dan menuju ke dapur untuk membawa barang belanjaannya. Ternyata di sana sudah ada Sang Mama yang sibuk memberi interuksi pada menantunya.‘Ehhmmm..’ Suara deheman yang di buat Reynald membuat Clara dan sang Mama menoleh ke arahnya.“Ehh kamu sudah pulang Rey?” Sapa sang mama, sedangkan Clara membali mempalingkan wajahnya ke arah panci di hadapannya.Reynald mengerutkan keningnya tak suka dengan sikap cuek yang di tampilkan Clara. “Sedang buat apa Ma?”“Clara minta di ajarin masak, Saat ini kami sedang buat sayur asem, dia mau makan yang asem-asem katanya.” Kata Allea menjelaskan sedangkan Clara sendiri masih sibuk dengan panci di hadapannya dan tak menghiraukan semua orang yang sedang ada di dapur.Reynald hanya menatap punggung Clara dengan tatapan anehnya. Ada yang aneh dengan wanita di hadapannya itu. Clara seperti sedang menghindari kontak mata