Kehormatan Sagara kini mulai pulih kembali dan orang-orang yang sejak tadi mencibir Sagara kini mulai mengagung-agungkan laki-laki itu kembali.
"Ternyata Viola beneran diculik ya."
"Hu'um,"
"Berarti gadis itu bukan melarikan diri dari pernikahannya karena menolak dijodohkan dengan Tuan Muda Sagara dong."
"Jelas bukanlah. Mana mungkin ada wanita yang berani menolak pesona Tuan Muda Sagara yang berkharisma seperti itu. Meski Tuan Muda Saga sudah tidak sesempurna dulu, tapi tetap saja jika dibandingkan dengan laki-laki normal pada umumnya, masih lebih unggul Tuan Muda Sagara kemana-mana."
"Hu'um, betul banget."
"Tapi kasihan ya Tuan Muda Saga, dia malah menikah dengan gadis bodoh gara-gara ulah para penjahat itu."
"Iya, kasihan sekali. Andai saja para penjahat itu tidak menculik Viola, sudah pasti hari ini kita akan melihat peristiwa sakral yang luar bia
"Anu, itu anu apa, Tuan Muda?" tanya Sekretaris Ken."Kepalaku pusing." bohong Sagara. 'Ah, mudah-mudahan Ken percaya.' lanjutnya membatin."Pasti gara-gara peristiwa tadi ya, Tuan. Hehe, aku minta maaf ya kalau tadi sempat membuat Tuan Muda Saga malu. Itu semua di luar rencanaku." ucap Sekretaris Ken yang percaya saja dengan perkataan Sagara dan laki-laki itu mengira bahwa Tuannya sedang pusing gara-gara dipermalukan dua kali gara-gara permasalahan video itu."Kenapa video-nya ngadat seperti itu sih, Ken?" tanya Sagara kesal. "Yang pertama saja sudah buat aku mati kutu, eh ketambahan sama video kartun itu. Arghhh, ingin kubenamkan saja wajahku ke permukaan bantal saat itu.""Kalau yang pertama itu memang sudah sesuai dengan perkiraanku, Tuan.""Maksudmu, kamu memang sengaja membuatnya seperti itu?""Tidak sengaja juga sih, Tuan. Yang pertama itu sepertinya terjadi karena ulah dari Sekretaris Diana. Ini sih hanya tebakanku saja. Ah itu orangny
Sekretaris Ken dan Sagara sudah berada di tempat parkir, begitu pula dengan Yunita, wanita itu ternyata sudah berada di tempat yang sama pula."Apa kau lihat-lihat?" ketus Yunita kepada Sekretaris Ken yang tidak sengaja melihat ke arahnya.Sekretaris Ken hanya membuang wajahnya saja ke arah lain dan tidak ada keinginan sedikit pun untuk meladeni Yunita."Tuan, tolong pegangan kuat-kuat ke tubuhku!" pinta Sekretaris Ken kepada Sagara. Saat ini laki-laki itu ingin memindahkan tubuh Sagara ke dalam mobil.Sagara pun menurutinya dan dengan mudahnya Sekretaris Ken bisa mengangkat tubuh Tuan Mudanya hanya dalam sekali coba."Wow, kuat banget." gumam Yunita yang masih memperhatikan kedua laki-laki itu dari balik kaca hitam mobilnya."Terimakasih, Ken." ucap Sagara."Sama-sama, Tuan."Kini Sekretaris Ken segera melipat kursi roda Tuan Mudanya dan memasukkan
"Inget, Kimoci-nya jangan dikasih makan lagi ya, Teh. Tadi sudah Babeh kasih makan." ucap Tuan Batari."Okeh, Beh." jawab Yunita.Saat Yunita akan melanjutkan langkahnya, Tuan Batari tiba-tiba memanggilnya kembali."Kenapa, Beh?" tanya Yunita."Kamu udah ngasih tahu Raga belum, Teh?""Raga?" kening Yunita mengerut."Iya, Raga. Raga Surya Pratama." ucap Tuan Batari mengingatkan Yunita."Oh Raga anaknya Om Surya.""Iya,""Belum Teteh kasih tahu, Beh.""Cepetan kasih tahu! Acaranya nanti malem kok kamu malah belum ngasih tahu si Raga sih, Teh.""Iya, Beh. Nanti Teteh telepon nomor hapenya Raga. Oh iya, Babeh seriusan mau ngundang Raga dan kedua orang tuanya?""Seriusan lha, Teh. Kalau nggak serius, buat apa Babeh minta
"Bukan gitu, Yun. Nanti sore Om sama keluarga mau ngehadirin acara anniversary pernikahan Kakek dan Neneknya Raga. Kemungkinan acaranya baru selesai pukul enam sore-an. Nah, Om nggak tahu nih, keburu atau nggak dateng ke acara ultah kamu." jelas Tuan Surya."Masih keburu, Om. Acara ulang tahun Yun dimulai pukul delapan malam. Om harus dateng ya!" bujuk Yunita. "Om kan udah Yun anggep keluarga Yun sendiri, jadi Om harus banget hadir ya!""Iya, insyaallah ya, Yun.""Kalau gitu, telepon-nya Yun tutup dulu ya, Om. Maaf kalau Yun ganggu aktivitas Om saat ini.""Nggak kok, Yun. Om nggak merasa terganggu sama sekali.""Syukurlah kalau gitu. Sampai jumpa nanti malam ya, Om.""Iya, Yun."Tut tut tut tut.Panggilan telepon itu pun berakhir."Yang telepon siapa, Pah?" tanya Dania penasaran."Yunit
"Itu masalah gampang, Sayang. Apa sih yang nggak buat kamu." ucap Awan menyanggupi segala permintaan Sekretaris-nya."Oh iya, bukannya nanti malam kamu harus merayakan acara ulang tahunnya Yunita. Cepat sana, kamu pulang ke rumahmu! Kamu kan harus segera bersiap-siap juga untuk acara yang spesial.""Ssstt," jari telunjuk Awan membungkam bibir Sekretaris Diana. "Kamu jangan ngomong gitu, Yank. Bagiku nggak ada yang lebih spesial dibandingkan dengan kamu.""Masa?" tanya Sekretaris Diana tidak percaya."Sumpah, Yank." jawab Awan cepat sambil mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.Sekretaris Diana mulai menghentikan aktivitasnya dan kini wanita itu mulai menghadap ke arah Awan. "Tapi aku ngerasanya Yunita tetap yang paling spesial bagi kamu, Yank." ucap Sekretaris Diana yang kini mulai meraba dada bidang milik Awan."Tapi bagi aku, Yunita itu tidak ada a
"Betul itu," sahut Irna dan Intan yang sependapat dengan jalan pikirannya Rima.Riri yang sedari tadi tetap fokus dalam memetik bunga, kini gerakannya mulai terhenti. "Terserah kalian saja lah." ucap Riri menanggapi semua ocehan dari rekan kerjanya dan kini dia mulai sibuk kembali memetik bunga.Hatinya Rima, Irna, dan Intan menjadi dongkol karena Riri tidak menggubris semua perkataan mereka."Eh, itu wajah kamu kenapa memar gitu?" tanya Intan yang kini mulai penasaran dengan keadaan tubuh Riri yang saat ini terlihat sangat berantakan dan terdapat beberapa luka di bagian wajah gadis itu. Ditambah lagi dengan rambutnya yang acak-acakan seperti orang habis jambak-jambakan."Kepo banget sih." ketus Riri yang saat ini telah selesai memetik bunga. Langkah kakinya kini mulai menapaki lantai marmer kembali setelah sebelumnya menapaki rumput sintetis yang dipasang di
Riri yang tidak suka kalau bantal tidur milik Tuan Mudanya diciumi oleh Viona segera mendekati sang pelaku.Srett.Bantal tidur itu langsung Riri rebut paksa dari pelukan Viona.Viona yang tersentak kaget langsung membuka kedua matanya dan langsung menatap ke arah Riri."Kenapa Kakak ngerebut bantal itu dari Vio?" tanya Viona polos."Heh gadis jelek-""Makasih pujiannya Kakak." potong Viona menyela Riri yang sedang berbicara dengan wajahnya yang ceria."Heh, jangan potong perkataanku ya!" Riri semakin bertambah emosi."Ayo lanjutkan, Kak. Kakak tadi mau bilang apa?" sahut Viona lugu."Arghhh, sini kau! Cepat turun!" kali ini Riri mulai menarik tubuh Viona agar turun dari atas kasur empuk itu."Aku nggak mau turun, Kak. Lepasin!" ronta Viona."Heh, kau itu gadis je
Riri bergidik ngeri saat terbayang aura mengerikan yang terpancar dari Viona yang terkenal akan kejelekan dan kebodohannya.Kini langkah wanita itu sudah hampir dekat dengan ruang kamarnya Sagara. Sebelum masuk ke dalam ruangan yang pintunya masih terbuka, dia sempatkan untuk mengetuk pintu terlebih dahulu, sebagai bentuk kesopan-santunan yang telah dia pelajari sejak dia menginjakkan kedua kakinya di kediaman Tuan Bhumi Cakra saat dia masih remaja.Riri adalah pelayan lawas di kediaman Tuan Bhumi Cakra dan ketika Tuan-nya meninggal dunia, dia ikut bersama Sagara karena dia memang dekat dengan laki-laki itu yang sekaligus adalah cinta pertamanya.Riri disebut sebagai pelayan kesayangannya Sagara bukan tanpa alasan. Wanita itu memang kerap kali diistimewakan oleh Tuan Muda pemilik rumah ini. Jika wanita lain hanya memiliki satu kesempatan untuk menghangatkan ranjang tidurnya Sagara, maka lain ceritanya dengan Riri.