Tok...! Tok...! Tok...!
Bram mengetuk pintu.“Masuk aja pintunya tidak aku kunci,” ucap Kayla, Bram dan Rey masuk ke dalam dan menyapa Erlan dengan ramah.
“Bagaimana keadaan Om saat ini?” Sapa Bram.
“Ya masih seperti ini, apa kau anak Yoga, sahabatku?” Tanya Erlan.
“Bukan Om! saya keponakannya dan dialah anak Om Yoga yang sebenarnya,” jelas Bram dan tangannya mendorong Rey ke depan.
“Rupanya kamu telah dewasa, bagaimana kabarmu? Om minta maaf tidak bisa menyelamatkan Papa dan Mamamu!” Ujar Erlan, tampak matanya yang berkaca-kaca.
“Sudahlah Om jangan merasa bersalah seperti itu, lagi pula itu sudah berlalu dan kedatangan saya ke sini mau berpamitan dan meminta doa dari Om.” Cakapnya lembut.
“Kamu mau pergi ke mana?” Sahut Erlan.
“Saya mau pergi keluar negeri besok siang untuk menumpas mereka semua,” tuturnya dengan suara datar.
“Apa yang kamu pikirkan?” Tanya Rey lirih.“A-aku teringat mereka, apakah tidak ada masalah di sana?” Jawab Kayla yang masih memandang ke luar jendela.“Tentu saja keadaan mereka baik-baik saja! penjagaannya sudah aku perketat,” sahut Rey dengan percaya diri.“Baguslah kalau kamu memperhatikan keselamatan kedua rang tua dan adikku, terima kasih banyak Rey!” Pungkas Kayla sambil menatap Rey sebentar.“Hmm...!” Gumam Rey dan segera memalingkan pandangannya.Bram hanya mendengarkan percakapan Kayla dan Rey, pemuda itu tak ikut mengobrol karna dia lagi sibuk melihat handphone-nya untuk memeriksa semua laporan kantor dan laporan dari berbagai mata-mata yang tersebar di berbagai daerah, tak terasa satu jam telah berlalu akhirnya mereka sampai di kediaman Kenken sahabat Rey sewaktu kuliah di Inggris, Kenken adalah orang yang baik dan berbudi luhur dia tak pernah memandang rendah siapa pun karna m
Dua hari telah berlalu masih tak ada pergerakan dari Agen 57 dan kelompoknya membuat Rey, Kayla dan Bram bingung menghadapi hal tersebut, Kayla hanya diam memperhatikan Rey dan Bram mengubah rencana mereka semula dan menyusun strategi baru yang akan mereka lakukan selama di Jepang, tak lama saat mereka bertiga diskusi Kenken masuk ke dalam ruangan dan ikut bergabung dalam obrolan mereka di situ Kenken bersedia membantu dia juga telah menyiapkan beberapa mobil untuk transportasi buat Rey, Kayla dan Bram. Dan Kenken juga memberi sejumlah senjata beserta anak buahnya untuk membantu Rey menyelidiki orang yang selama ini membuat bencana di keluarga mereka bertiga (Rey, Kayla dan Bram), obrolan mereka berempat terhenti saat pelayan Kenken mengetuk pintu dan memberitahunya bahwa ada seseorang yang datang untuk menemui Kenken karna Kenken.Karna diskusi terhenti Kayla keluar mencari udara segar dan Rey mengikuti langkah kaki Kayla, tak sengaja kaki gadis itu tergelincir membuatnya te
Rey menghampiri Irwan yang meringkuk di bawah tangga, belum sempat tangan Rey meraih Irwan, kedatangan petugas keamanan bandara mengejutkannya.“Ugokanai de!! (diam di tempat jangan bergerak!!)” Teriak salah satu petugas.Semua orang yang ikut berkelahi mengangkat tangan tanpa terkecuali. Orang-orang yang menonton di sekitar seketika bubar dan kembali ke tempat duduk mereka dan ada juga yang melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing.“Watashi o tasuketekudasai!(tolong bantu saya!)” ucap Irwan sambil merangkak mendekati petugas keamanan.Salah satu petugas mendekati Irawan dan membantunya pergi ke rumah sakit untuk mengobati luka-lukanya, sedang kan Rey, Bram dan Kayla beserta para bodyguard Irwan di bawa ke kantor polisi untuk di interogasi, Rey adalah orang pertama di minta penjelasan oleh polisi dan dia menceritakan semua yang ia lalui dan apa yang menjadi alasan utamanya memukuli Irwan tanpa belas. Setali tiga uang dengan
Sang matahari telah terbit menyinari seluru dunia, burung-burung berkicau dengan suara yang merdu membuat suasana pagi semakin indah. sebagian ibu-ibu dan bapak-bapak berjalan menyusuri jalan menuju ladang dan perkebunan teh, hari yang cerah membuat semangat mereka menggebu-gebu, Bram yang selesai mandi membangunkan Rey yang masih tertidur pulas.“Bangun Rey! apa kau tak ingin melihat pemandangan di pagi ini?” Mengguncang badan Rey.“Emang, ada apa di luar sana?” tanyanya pelan dan berpaling lalu menarik selimutnya.“Ayo bangun! nanti kau akan tahu sendiri...,” ujar Bram sembari menyisir rambutnya.“Ok, aku bangun... kau bangun jam berapa Bram?” tanya Rey yang kini duduk di pinggir ranjang.“Jam lima, tapi aku mandi menit menit yang lalu karna cuaca di sini sangat dingin,” tuturnya dan melempar handuk kearah Rey.Bram berlalu meninggalkan Rey di d
Ditempat lain Irwan merencanakan untuk bertindak lebih cepat karna dia tak ingin mengalami kegagalan untuk ke sekian kalinya, sudah lama berpikir Irwan beranjak pergi menuju lemari dan mengganti pakaian yang ia kenakan sejak tadi siang, Irwan berteriak memanggil nama asisten pribadinya dan dia menyuruh asistennya itu untuk mengurus administrasi rumah sakit, begitu selesai Irwan keluar dari ruang rawat inap rumah sakit dan kini dia di kawal beberapa bodyguard yang terlatih khusus di tengah perjalanan Irwan menelepon sekretarisnya untuk mengurus segala keperluannya yang hendak keluar negeri.“Aruta chõkan wa kyõ kankoku-iki no hikõki o junbi shite kudasai! (Sekretaris Arta tolong siapkan pesawat menuju Korea hari ini!)” Perintah Irwan.“Kashikomarimashita... (Baik tuan...)” suara dari seberang telpon.Irwan tertawa bahagia bisa melanjutkan rencananya yang selam ini tertunda, masih berjalan santai di koridor rumah
Irwan menyusun rencana untuk membuat John Charles bangkrut dan menyerahkan semua harta yang ia miliki dengan suka rela tanpa paksaan, dengan begitu Irwan tak perlu susah paya membuang semua waktu dan tenaganya hanya untuk mengurus hal seperti itu. Otak Irwan sangatlah licik dan kejam sehingga dia pandai memanipulasi lawannya, tak peduli saudara atau keluarga yang paling utama dalam dirinya adalah harta dan kesuksesan walau harus menempuh jalan pintas.“Kalau rencanaku ini berhasil tak perlu aku susah payah hidup di Jepang lagi!” Gumamnya lirih sambil mengelus-ngelus dagunya.Tok...! Tok...! Tok...!!“Siapa...?” teriaknya dari dalam kamar hotel.“Ini saya Bos, Haikal...,” jawaban dari balik pintu.“Masuklah...!” sahutnya.“Ada laporan dari Pak Arta, Bos!” tutur Haikal yang berdiri di hadapan Irwan.“Berita apa yang dia berikan?”
Sang matahari telah terbit menyinari seluru dunia, burung-burung berkicau dengan suara yang merdu membuat suasana pagi semakin indah. sebagian ibu-ibu dan bapak-bapak berjalan menyusuri jalan menuju ladang dan perkebunan teh, hari yang cerah membuat semangat mereka menggebu-gebu, Bram yang selesai mandi membangunkan Rey yang masih tertidur pulas.“Bangun Rey! apa kau tak ingin melihat pemandangan di pagi ini?” Mengguncang badan Rey.“Emang, ada apa di luar sana?” tanyanya pelan dan berpaling lalu menarik selimutnya.“Ayo bangun! nanti kau akan tahu sendiri...,” ujar Bram sembari menyisir rambutnya.“Ok, aku bangun... kau bangun jam berapa Bram?” tanya Rey yang kini duduk di pinggir ranjang.“Jam lima, tapi aku mandi menit menit yang lalu karna cuaca di sini sangat dingin,” tuturnya dan melempar handuk kearah Rey.Bram berlalu meninggalkan Rey di d
Pria itu bersiul dengan irama yang berbeda dan gerak tubuh yang berbeda pula. Perilaku pria itu membuat hati Kayla semakin penasaran, samar-samar terdengar derap langkah kaki mendekat kearah mereka dan terhenti di sudut pintu, dan orang yang membawa mereka masuk mempersilahkan duduk.“Apa kalian yang selalu menghubungiku?” Tanya Bos besar itu.“Iya Tuan, kami butuh bantuan Tuan saat ini!” Jawab Kayla dengan lantang dan penuh kepercayaan diri“Hahaa... kau gadis yang jujur dan penuh semangat,” suara tawa Bos itu memenuhi ruangan.“Maafkan dia Tuan! dia memang sedikit lancang,” pungkas Rey.“Tidak masalah, aku suka sikap Istrimu ini!!” Telunjuk Bos itu mengacung kearah Kayla.“Apa...?” Pekik Kayla.Rey menatap Kayla dengan tatapan yang sedikit mengejek. Sebaliknya Kayla malah memelototi Rey yang menahan tawa geli sedari tadi