“Aku belum pernah melihat seorang programmer begitu cepat menemukan masalah dan menyelesaikan coding.” Suara Trojan yang entah sejak kapan berdiri di belakang Sobig. Bukan hanya Trojan saja tetapi Mac juga ada di sana. Mereka dengan mata memelotot dan belum percaya dengan apa yang dilihatnya. “Kamu benar-benar hebat, Emma.” Puji Trojan lagi.
Emma hanya menyeringai dan langsung bangkit berdiri dari kursi Sobig. “Mohon bimbingannya untuk kerja selanjutnya,” pinta Emma pada ketiga lelaki yang menatap kagum padanya.“Aku akan membantu kamu,” ucap Mac.“Aku juga.” Trojan juga tidak mau kalah. Mereka berebut untuk menolong Emma. Sangat langka menemukan wanita cantik dan jenius seperti Emma.“Apakah diperbolehkan?” tanya Emma lagi. Sebelumnya sudah diberitahuka oleh Ryan bahwa Emma-lah yang harus menyelesaikan semua pekerjaan hari ini.“Aku akan meretas cctv di ruangan kita ini.” Trojan berinisiatif agar pertolongan mereka tidak ketahuan. Mac mengangguk setuju. “Komputer diDi kursi kebesarannya, Ethand duduk terdiam menatap bunga hortensia yang di rawatnya seperti anak sendiri. Keindahan bunga tersebut tidak mampu menghibur hatinya. Pikirannya di penuhi oleh wanita yang baru beberapa kali ditemuinya, Emma Liandra Jones.“Komputer ini sepertinya eror. Panggilkan wanita itu untuk memperbaikinya.” Perintah Ethand pada Ryan yang berdiri menatap bingung dirinya sejak setengah jam yang lalu. Komputer itu belum dinyalakan namun atasannya sudah menilainya error. Ryan menggeleng kepalanya heran. Namun atasan tetap atasan. Dengan cepat ia merogoh ponsel dari saku celana kerjanya dan menelepon manajer tim IT.“Sudah dihubungi, Pak.” Ryan kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celana dan kembali berdiri tegak dihadapan atasannya itu.“Silahkan tunggu di meja kerjamu.” Perintah Ethand. Ryan langsung menunduk sejenak ke arah Ethand dan berbalik pergi dari ruangan kerja Ethand.Ethand melihat jam di pergelangan tangan kanannya. Ibu jarinya menge
“Bagaimana tampang CEO baru kita, Emma?” tanya Trojan ketika melihat Emma sudah kembali. Mac dan yang lainnya juga turut menunggu jawaban dari Emma. Sejak pergantian CEO, mereka belum pernah bertemu CEO baru tersebut. Mereka hanya mendengar jika CEO baru itu sangat kompeten dan terkesan kejam.“Masih sangat muda,” jawab Emma lalu berjalan menuju meja kerjanya. Sobig hanya melihat Emma sebentar dan membiarkan yang lainnya menginterogasi Emma.“Apakah seumuran denganku?” tanya Mac ingin tahu.Emma memperhatikan Mac sejenak. “Kurang lebih.”“Jadi benar CEO baru kita adalah cucu tunggal dari tuan Alves. Dia sudah kembali.” Ucapan Mac membuat yang lainnya bingung.“Apa maksud dari perkataanmu, Mac?” tanya Ruby.“Namanya adalah Ethand. Sebelumnya dia berkuliah di luar negeri. Aku tidak tahu pasti di negara mana ia menuntut ilmu. Yang jelas, semenjak ia kuliah, CEO baru kita tidak pernah kembali. Banyak yang berpikir ia telah meninggal. Namun pada kenyat
“Apakah nama Melissa begitu berpengaruh? Sudah dua orang yang bertanya tentang nama itu,” gumam Emma dengan melipat kedua tangannya. Ia enggan masuk ke dalam ruangan IT dan hanya berdiri di depan pintu. “Ah sudahlah.” Emma pun membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam ruangan.“Ada apa lagi, Emma?” tanya Json penasaran.“Tidak ada apa-apa,” jawab Emma tersenyum.Melihat senyum Emma, Json akhirnya melanjutkan kembali pekerjaannya. Mereka bersama-sama membantu Emma memperbaiki komputer. Yang tidak bergabung hanyalah Sobig karena masih sibuk dengan program yang dibuatnya.“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Sobig ketika Emma sudah duduk di kursi kerjanya.“Aman kok. Setelah menjadi kucing sesuai saran kamu,” jawab Emma.“Syukurlah.” Sobig kembali pada komputernya dan Emma meng-copy software untuk diinstal pada komputer yang sedang diperbaiki oleh rekan-rekan ke
Untuk pertama kalinya, Emma merasakan sakit hati akibat dikhianati oleh seseorang yang memiliki tempat istimewa di hati. Jika pemikiran Emma sebelumnya yang selalu menganggap bahwa setiap perubahan warna daun itu indah dan setiap situasi kehidupan yang berubah sangat bermakna maka perubahan dan situasi yang dialaminya sekarang adalah sisi tidak beruntung yang melemparkannya ke dalam jurang kegelapan. Sakit dan sesak rasanya dada Emma.Kakinya terus melangkah sedangkan pikirannya dipenuhi oleh penyesalan dan kesedihan. Rasa lapar dan letih yang dirasakannya sebelumnya kini tergantikan kesedihan yang masih saja ditahannya.DUARRRR!!Petir menggelegar dan tidak lama hujan pun turun. Tetesan demi tetesan hujan mengenai tubuh Emma. Seakan enggan menepih dan berteduh, Emma terus melangkah di tengah derasnya hujan.Derasnya air hujan tidak akan menenggelamkan kamu. Air hujan turun untuk menyuburkan tanaman dan menghilangkan panas yang senantiasa terbak
“Bisakah dipercepat, Bu? Atasan anda sedang menunggu untuk makan siang.” Suara pelayan dari balik pintu.“Apa?” Emma tidak mengira bahwa ia akan makan bersama dengan Ethand kali ini. Ia juga malu dengan kejadian yang menimpanya sehingga berakhir di restoran ini. Tidak ingin membuat atasannya menunggu lama, Emma segera bertukar pakaian. Ia memilih kemeja berwarna navy dipadukan dengan celana highwaist cokelat berbahan katun. Rambutnya yang lembab dibiarkan terurai. Emma melihat ada serangkaian make up di atas meja. Ia hanya memakai bedak dan lipstick matte berwarna merah muda yang membuatnya begitu mempesona. Dia hanya memakai kedua make up tersebut namun sudah terlihat menawan. Pipinya yang merah ranum alami bagaikan di poles dengan blush on. Emma melihat penampilannya sekali lagi di cermin. Setelah merasa cukup ia pun memutuskan untuk keluar.Pelayan yang melihat Emma merasa kagum dengan penampilannya. Pakaian bermerek tidak dipilihnya namun lebih
Kota Vunia yang di guyur hujan membuat Emma enggan melihat keluar. Taksi yang ditumpanginya terus membawanya pulang ke Alves Corp. Dalam hatinya masih tidak terima dengan perselingkuhan Orlando. Lelaki itu datang menjadi bagian hidup, namun memiliki cara pergi yang berbeda. Menyisahkan luka dan kekecewaan. Emma meyakini bahwa semua yang datang menghampiri dan menggenggamnya punya cara masing-masing untuk pergi termasuk dengan orang yang kamu pikir bahwa ia mencintaimu. Setiap kisah senantiasa dibuka dengan hal yang sama namun akhirnya akan diakhiri dengan cara yang berbeda. Bahkan kepergiannya meninggalkan rasa sakit dan bekas yang akan menemanimu melanjutkan hidup. Seiring dengan rintik hujan yang kembali perlahan deras, hujan mampu meneduhkan hati Emma, menurunkan segala rasa marah, segala rasa kekecewaan. Kedua hal itu mereda ketika mata Emma beradu dengan rintik hujan yang rela jatuh berkali-kali dan berkumpul menjadi satu menuju lautan lepas. Ada rasa ego yang mereda. Ada harap
Dari kejauhan ekor mata Ethand terus membidik ke arah wanita yang di kelilingi oleh enam lelaki. Ia menghembuskan napas kasar dan melangkah dengan gusar. Entah kenapa pemandangan itu sangat mengganggunya. Padahal Emma bukanlah siapa-siapa. Sampai ketika lift hampir tertutup, Ethand masih saja melihat ke arah Emma dan rekan-rekan kerjanya.“Apakah tim IT selalu santai seperti itu?” tanya Ethand dengan nada dingin. Ryan yang tidak tahu apa-apa lagi-lagi dibuat bingung dengan pertanyaan Ethand.“Mereka selalu bekerja dengan giat, Pak,” jawab Ryan. Ia tahu bagaimana performa kerja tim IT yang selalu membuatnya puas. Jika Ethand sampai bertanya demikian maka ada sesuatu yang dilihatnya. Tentunya telah membuat atasnnya gusar. Ryan langsung mengirim pesan pada Mac agar memperhatikan timnya.Ethand tidak menjawab dan kembali terdiam. Lift yang biasanya hangat kini terasa dingin. Ryan mengusap tengkuknya. Ekor matanya menangkap wajah Ethand yang muram d
“Orlando Anderson adalah kekasih Emma, Pak.” Ryan berucap dengan hati-hati. Mac baru saja mengirimkan pesan padanya. “Dan… tadi Emma tidak sengaja bertemu Orlando berselingkuh dengan wanita lain.”Sudut bibir Ethand berkedut samar. Mendengar Orlando adalah kekasih Emma membuatnya gusar. Namun ketika mendengar mereka telah putus, hati Ethand langsung lega. “Orlando dari perusahaan Fuller?” tanya Ethand.“Betul, Pak.” Ethand tersenyum sarkastik. Ia memiliki investasi di Fuller. Jika ia berhenti investasi, maka dapat dipastikan Fuller akan segera gulung tikar. Ryan mencium aroma-aroma balas dendam dari raut wajah Ethand.“Not today,” harap Ryan dalam hati.“Hentikan kerja sama dengan Fuller.” Perkataan Ethand membuat Ryan menghembuskan napas kesal. Apa yang tidak ingin di dengarnya kini diperintah oleh Ethand.“Baik, Pak.” Ryan hanya mampu melaksanakan apa yang dipe