"Kita akan kemana Nona?" Dimas menoleh lewat spion depan.
"Ke cafe 'Sehati', di jalan XY," jelas Luna.
Dimas mengangguk.
"Anda terlihat senang hari ini Nona," Dimas memecah kesunyian selama diperjalanan.
"Iya Dimas, aku senang hari ini. Aku akan bertemu teman-temanku lagi," jelasnya, nampak sebuah senyum manis penuh bahagia tergambar jelas diwajahnya yang imut.
"Baguslah kalau begitu, jadi anda tidak akan kesepian lagi," tanggapan Dimas.
"Ya, kamu benar. Disini terasa asing bagiku. Mereka memperlakukanku seolah aku Nona penting di mansion tersebut. Itu sungguh membuat jarak antara aku dan pelayan disana semakin jauh. Mereka tidak ada yang mau mengobrol denganku. Semuanya menunduk didepanku," jelas Luna panjang lebar.
"Bukankah semua orang akan senang dilayani seperti itu Nona?" Dimas tak habis pikir dengan Luna. Dimana semua
"Apa saja yang kamu lakukan tadi siang?" Tanya Abimana seraya menyendokkan suapan nasi kedalam mulutnya."Aku datang ke cafe, bertemu dan mengobrol dengan teman-teman lamaku. Hanya itu saja," Luna masih mengunyah makan malamnya.'Buat apa bertanya lagi, kan akusudahtelpon dia dari tadi siang,' batin Luna.Setelah pukul 18.00 tadi Abimana pulang dari kantor, kini mereka sedang makan malam berdua di ruang makan mansion."Rendang ini buatanmu?" Tanya Abimana."Iya. Apa tidak enak?" Luna.
Sepagi ini Luna sudah bangun, ia sudah menyetel alarm di ponselnya. Ia tidak mau dihari pertamanya kerja datang terlambat. Luna sangat antusias menyambut hari ini. Dia bahagia, bisa bertemu dan bercengkrama kembali dengan orang-orang yang ia sayangi.Luna sudah selesai membereskan kasurnya, juga sudah mandi. Saat ia bangun tadi, Abimana tidak ada diranjangnya. Kemungkinan devil itu tidak pulang semalam. Luna tidak menghiraukan tentang Abimana kemana dan sedang apa.Biarkan saja pria itu pergi dan kalau bisa ia tidak pernah kembali lagi kesini. Walaupun itu rasanya tidak mungkin, kenyataannya adalah, mansion ini adalah milik pria devil itu.Luna sudah merias wajahnya dengan tampilan secukupnya namun terlihat segar. Ia mengambil sling bagnya dan memakai sneakers pink nya.Luna segera turun menuju dapur."Nona kecil! Anda mau kemana sepagi ini?" Tiba-tiba Maya muncul da
Setelah selesai mandi, Luna berjalan menuju walk in closet. Ia mengambil pakaian santainya. Tanpa curiga, ia melepas handuknya dan menampakkan tubuhnya yang polos.Ia ambil dalamannya, namun sebelum ia sempat memakai ke tubuhnya, tiba-tiba saja Abimana memeluk tubuh polos Luna dari belakang.Luna tersentak, ia diam mematung saat kedua tangan kekar pria itu memeluk erat perut ratanya. Hembusan udara hangat menerpa kulit bagian belakang telinganya. Ia meremang merasakannya."Harum," Abimana menghirup aroma wangi yang menguar dari tubuh Luna."Sudah kubilang, pakai pakaianmu didepanku. Apa kau lupa, huh?" Abimana masih nyaman di ceruk leher Luna. Tangannya mengelus lembut perut ratanya dan bergerak pelan ke payudaranya.Abimana memutar balik tubuhnya sehingga sekarang Luna berhadapan dengan Abimana. Obsidian gelap pria itu menatap sendu kedalam netra c
"Ganti pakaianmu, ambil paper bag itu!" Setelah sampai di lobby sebuah hotel, Abimana keluar dari mobilnya dan menyerahkan kunci mobilnya pada petugas valley. Pintu bagian Luna sudah dibukakan oleh petugas hotel lainnya.Luna mengikuti Abimana berjalan dibelakangnya. Setelah Abimana memesan sebuah kamar di hotel itu, ia berjalan kembali menuju kamarnya. Luna masih tetap mengikutinya dari belakang.Setelah keluar dari lift, mereka sudah sampai dilantai tempat Abimana memesan kamarnya. Dilantai ini hanya ada beberapa kamar. Ini lantai khusus kamar president suit. Kamar mewah, luas dan tentunya harga per malamnya tidak sedikit.Setelah memasuki kamarnya, Abimana menyuruh Luna agar segera membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan yang sudah ia siapkan. Abimana berjalan menuju mini bar di kamar itu, ia menuangkan wine ke gelas kristalnya.Setelah be
Luna masih menikmati alunan musik yang menghentak. Pencahayaan remang, alkohol dan musik yang menghentak sungguh perpaduan yang sempurna untuk menaikkan hasrat.Luna semakin menempel pada tubuh Abimana didepannya, ia bergoyang mengikuti musik. Tanpa disadari, Luna sangat menggoda malam ini. Ini tidak seperti Luna yang biasanya. Bukan seperti gadis polos yang terkadang bisa membangkang. Malam ini Luna berubah menjadi sosok penggoda yang liar.Luna membuka kancing jas Abimana lalu membuka ketiga kancing kemeja bagian atasnya, sehingga memperlihatkan dada bidangnya yang menggoda. Luna mengusap dada tersebut dengan gerakan sensual. Abimana mengerang, ia meremas pinggul Luna. Sungguh ia sudah tak tahan, ingin rasanya mengungkung tubuh Luna dibawahnya."Shit! Luna, hentikan tanganmu itu!" Abimana mengerang lirih seraya obsidian gelapnya menatap tajam pada Luna. Ada sepercik gairah disana.
"Kau tidak ke kantor hari ini?" Tanya Luna setelah mereka selesai membersihkan diri.Abimana hanya menggeleng seraya sibuk dengan ponselnya."Bagaimana kalau hari ini kita jalan-jalan?" Luna.Abimana menoleh, ia melihat ada sedikit binar harapan dikedua netra cokelat itu."Mau kemana?" Abimana."Ke taman hiburan.""Ck! Seperti anak kecil saja! Kenapa tidak jalan saja ke Mall? Kita belanja saja?""Aku mau ke taman hiburan, boleh ya?" Tanya Luna penuh harap.Abimana tidak langsung menjawabnya, ia menelpon seseorang."Dimas, kau tidak perlu kesini. Aku akan pergi, nanti kau dan pengawal lainnya menyusul saja. Aku akan berikan lokasinya," Abimana segera menutup ponselnya."Ayo, kita berangkat sekarang!" Abimana mengambil jasnya.
Hari sudah menjelang sore, sang surya semakin turun untuk menenggelamkan dirinya karena harus digantikan oleh bulan.Mereka masih betah berada di taman hiburan. Tentunya ini semua keinginan Luna. Seumur hidup Luna, baru kali ini ia merasakan semua wahana bermain di taman hiburan.Maklum saja, ia hanya seorang yatim piatu. Seluruh hidupnya hanya fokus pada kebutuhan hidup saja."Anak-anak panti pasti akan senang sekali bermain disini,” ujar Luna.Mereka sedang singgah memesan makanan kecil di pinggiran. Ala-ala street food, Luna sedang memesan sosis bakar dan kentang goreng."Memangnya anak panti tidak pernah diajak ketempat seperti ini?" Abimana."Tidak pernah. Kami hidup dengan sangat berhemat, terlebih para donatur sekarang sudah mulai berkurang,” Luna.Abimana diam saja, ia masih mena
"Luna, sebenarnya sekarang kamu tinggal dimana?" Devi bertanya pada Luna, kini mereka sedang makan siang ditempat makan yang tak jauh dari cafe tempat mereka bekerja."Devi, jujur saja aku bingung harus cerita mulai dari mana. Dan aku juga bingung, apa aku harus menceritakan padamu?" Luna menunduk."Luna, kamu bisa bercerita padaku seperti sebelum-sebelumnya," Devi menggenggam tangan Luna dengan erat."Aku takut jika kamu sudah mendengar ceritaku, kamu akan menjauhiku dan melihatku dengan jijik," Luna."Luna, aku bukan orang suci. Kurasa, aku juga tidak lebih baik darimu Luna. Ada apa? Ceritalah. Kamu sekarang berbeda dan sangat tertutup Luna," Devi.Luna menatap Devi dengan lekat, ia terdiam agak lama. Menyiapkan hati dan perasaannya untuk cerita yang akan ia keluarkan.Akhirnya Luna bercerita semua kejadiannya pada Devi. Dari malam ia diculik lalu dijual dan akhirnya ia dibeli oleh Abimana. Dan sampai dimana, Luna menjadi penghangat